Termasuk Sentra Penghasil, Banyuwangi Justru Inflasi karena Cabai
Sebagai sentra cabai rawit, Banyuwangi justru mengalami inflasi akibat cabai rawit pada Maret sebesar 0,31 persen. Hal ini mesti diantisipasi, terutama menjelang Ramadhan.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Inflasi pada Maret yang sebesar 0,31 persen mengantarkan Banyuwangi sebagai daerah kedua dengan inflasi tertinggi di Jawa Timur. Bawang merah dan cabai rawit menjadi komoditas penyumbang inflasi.
Kondisi ini ironis karena Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah sentra penghasil cabai rawit yang memasok kebutuhan Jawa Timur, bahkan nasional. Dibutuhkan strategi khusus agar harga tidak kembali melonjak saat memasuki bulan puasa.
Hal itu disampaikan Koordinator Fungsi Statistik Distribusi BPS Banyuwangi Mulyono, di Banyuwangi, Jumat (9/4/2021). ”Pada Maret, seluruh kota kabupaten di Jawa Timur mengalami inflasi. Inflasi Banyuwangi mencapai 0,31 persen menjadi kedua tertinggi se-Jawa Timur,” ucapnya.
Adapun daerah dengan inflasi tertinggi di Jawa Timur ialah Jember dengan 0,45 persen. Sementara daerah dengan inflasi terendah di Jawa Timur ialah Kota Malang dengan 0,08 persen.
Kondisi ini cukup mengejutkan. Pasalnya, dalam beberapa kali rilis BPS saat daerah lain mengalami inflasi, Banyuwangi justru mengalami deflasi. Mulyono mengungkapkan, inflasi yang terjadi di Banyuwangi disumbang oleh komoditas bawang merah, cabai rawit, dan sawi hijau. Dari pantauan Kompas, harga bawang merah yang pada Februari Rp 21.000 per kilogram (kg) naik menjadi Rp 31.000 pada Maret.
Adapun harga cabai rawit pada Maret bahkan menyentuh Rp 120.000 per kg. Ironisnya, Banyuwangi yang dikenal sebagai sentra cabai rawit justru mengalami inflasi akibat cabai rawit. ”Kami juga merasakan keraguan yang sama. Kami sempat turun ke lapangan dan menemukan fakta bahwa banyak kebun cabai di Wongsorejo banyak ditumbuhi tanaman tua. Oleh beberapa petani, pohon tersebut ditebang sehingga menyebabkan produksi turun,” ujarnya.
Pada Maret, lanjut Mulyono, pasokan cabai di Banyuwangi menipis, sedangkan kebutuhan masyarakat tinggi. Akibatnya, harga cabai rawit terkerek naik. Kendati naik, hal itu tidak dirasakan petani karena mereka tidak memiliki stok cabai.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jember Hestu Wibowo mengatakan, warga dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tidak perlu khawatir terkait data inflasi tersebut. Pasalnya, posisi tertinggi kedua tersebut hanya perbandingan dengan daerah lain.
”Namun, apabila dilihat dari angkanya yang hanya 0,31 persen tersebut, relatif rendah dan terkendali. Angka terebut juga masih dalam batas rentang yang ditargetkan pemerintah pusat, yakni 3 plus minus 1 persen,” tutur Hestu.
Hestu mengakui, Banyuwangi memang merupakan sentra cabai. Bahkan, neraca pangan Banyuwangi menunjukkan cabai di Banyuwangi kerap surplus. Namun, ia mengingatkan bahwa tanaman hortikultura sangat bergantung pada masa tanam, pemeliharaan, dan masa panen.
Menurut dia, perlu upaya serius dari Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk memikirkan teknologi pertanian. Hal ini diperlukan agar siklus tanam hortikultura lebih baik sehingga meminimalkan gejolak harga yang berdampak pada inflasi.
Jelang Ramadhan, Hestu mengingatkan agar Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi melakukan pemantauan ketersediaan pangan, khususnya komoditas rentan, seperti daging ayam ras dan telur ayam ras. TPID harus mampu mengelola ekspektasi masyarakat dalam melakukan stabilisasi harga melalui pasar murah dan memantau arus perdagangan komoditas pangan antarwilayah.
”Sebagai sentra beberapa komoditas pangan, Banyuwangi harus mengambil peran sebagai penyangga komoditas pangan nasional dan berkontribusi dalam pengendalian inflasi di Indonesia. Berdasarkan data surplus defisit komoditas pangan Indonesia dan Banyuwangi, terdapat tiga komoditas pangan yang perlu mendapat perhatian, yaitu beras, cabai rawit, dan cabai merah,” paparnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan telah menyiapkan berbagai langkah untuk turut menjaga stabilitas harga. Hal tersebut dilakukan khususnya untuk komoditas yang sentra pengembangannya ada di Banyuwangi. ”Tahun ini, kami menyiapkan green house untuk cabai rawit. Harapannya dengan green house ini pengelolaan cabai lebih matang sehingga gejolak harga bisa lebih terkendali,” tuturnya.