Anak-anak Korban Bencana Perlu Pendampingan Psikologi
Korban bencana siklon tropis Seroja di Nusa Tenggara Timur juga memerlukan pendampingan piskologi, terutama kalangan anak-anak, untuk mengatasi trauma dan takut serangan bencana di masa depan.
Oleh
AMNBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Anak-anak korban bencana di Nusa Tenggara Timur menderita trauma serangan banjir bandang, tanah longsor, dan atau gelombang pasang. Anak-anak memerlukan pendampingan psikologi untuk mengatasi trauma dan takut.
Hal itu diungkapkan Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi dalam jumpa pers secara dalam jaringan (online), Kamis (8/4/2021) malam. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, malapetaka yang dipicu siklon tropis Seroja itu mengakibatkan kematian 163 jiwa warga, 45 orang hilang, dan memaksa 22.003 jiwa mengungsi.
Josef mengatakan, pihaknya mendapat laporan ada anak usia 2 tahun yang selamat dari banjir bandang. Anak itu sempat terendam lumpur. Namun, si anak menjadi trauma dan takut dengan ancaman banjir bandang di masa depan.
”Pemerintah daerah mengupayakan konseling psikologi untuk anak-anak,” kata Josef.
Kepala BNPB Doni Monardo mengatakan, aparatur negara telah ditugaskan untuk percepatan penanganan bencana di NTT. Polri telah mengerahkan 4.003 anggota, sedangkan TNI menurunkan 3.569 personel. Angkatan Darat telah mengirimkan 5 jembatan bailey sebagai pengganti sementara prasarana yang putus di pulau-pulau terdampak bencana yang menghambat mobilitas peralatan, manusia, logistik, dan obat-obatan.
Doni memaparkan, Angkatan Laut telah mengerahkan sejumlah Kapal Republik Indonesia (KRI) untuk operasional mobilitas bantuan antarpulau di NTT. KRI Escolar-871 akan beroperasi di rute Alor-Pantar, KRI Oswald Siahaan-354 untuk Adonara-Lembata, dan KRI Ahmad Yani-351 ke Sumba Timur.
Memobilisasi
BNPB memobilisasi enam helikopter dan akan bertambah satu unit lagi. Selain itu, ada dua pesawat kargo yang dioperasikan demi kelancaran pendistribusian logistik dan personel bantuan.
”Dampak bencana terutama di sektor ekonomi pertanian diyakini amat besar dan sedang dihitung,” kata Doni. Beribu-ribu hektar sawah dan ladang terendam. Prasarana pertanian, terutama irigasi, hancur. Hewan-hewan ternak mati tersapu banjir bandang atau tanah longsor.
Hal ini menambah penderitaan bagi masyarakat korban bencana yang sebagian masih terisolasi. Lokasi yang sulit dijangkau ditambah cuaca buruk memaksa tim penolong menunda perjalanan kapal atau pesawat untuk distribusi bantuan.
Dalam jumpa pers terpisah di Surabaya, Direktur Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga Agus Harianto mengatakan, kapal pinisi ini akan berangkat untuk misi kemanusiaan dari Pelabuhan Tanjung Perak menuju NTT pada Jumat (9/4/2021) petang.
Dampak bencana, terutama di sektor ekonomi pertanian, diyakini amat besar dan sedang dihitung.
Ada sembilan kegiatan dalam misi kemanusiaan Ksatria Airlangga di NTT. Masing-masing ialah pelayanan kesehatan rujukan dengan dokter spesialis, pelayanan kesehatan dasar, penyembuhan trauma, pendampingan pemulihan ekonomi keluarga, penyediaan air bersih, dapur pengungsi, pendistribusian bantuan logistik, reboisasi dengan pohon buah, serta edukasi Covid-19, perilaku hidup besih dan sehat, juga adaptasi normal baru.
”Selama kegiatan di sana, kami harus menerapkan protokol kesehatan dengan ketat untuk menekan potensi penularan Covid-19,” kata Agus.
Pendampingan psikologi atau penyembuhan trauma, lanjut Agus, menjadi salah satu program misi kemanusiaan Ksatria Airlangga. Diharapkan, korban bencana pulih dari trauma dan rasa takut melalui pendampingan psikologi.