Doni Monardo: Siskamling Bencana di Alor Perlu Jadi Contoh
Kepala BNPB Doni Monardo mendorong sistem keamanan lingkungan diperkuat sekaligus untuk mitigasi bencana. Di salah satu daerah di Alor, NTT, semua warga selamat kendati perkampungan mereka hancur disapu banjir bandang.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo meminta agar di setiap perkampungan rawan bencana dibangun sistem keamanan lingkungan yang sekaligus menjalankan mitigasi bencana. Hal itu berkaca pada keberhasilan warga di Desa Waisika, Kecamatan Alor Timur Laut, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Saat ditemui di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Kamis (8/4/2021), Doni menuturkan, semua warga di Desa Waisika selamat saat banjir bandang menerjang desa mereka, khususnya di salah satu rukun tetangga (RT). Padahal, sejumlah rumah hanyut, rusak berat, dan ringan disapu batu, potongan kayu, dan lumpur.
Keselamatan 85 jiwa di lokasi terdampak itu berkat peran Soleman Kamenglet, ketua RT dimaksud. Saat banjir mulai menggenangi perkampungan itu pada Minggu (4/4/2021) dini hari, ia bangun lalu berlari dari rumah ke rumah menggendor pintu rumah warga. Dia membangunkan warga yang tertidur lelap.
Saat itu, ketinggian air sudah naik mencapai 1 meter. Di bawah guyuran hujan deras, warga terbangun lalu diarahkan berlari menuju perbukitan yang berada tak jauh dari perkampungan. Perkampungan itu berdiri di antara perbukitan dan pegunungan sehingga sangat berisiko banjir dan longsor.
Sekitar pukul 07.00, lanjut Doni, datang banjir gelombang kedua yang menyapu perkampungan tersebut. Setelah gelombang kedua selesai, sejumlah warga ingin turun melihat kondisi perkampungan, tetapi dilarang oleh Soleman yang juga tokoh setempat itu. Mereka pun akhirnya bertahan.
Sekitar 2 jam kemudian, datang lagi banjir besar yang membawa material batu, kayu, dan lumpur dan menyapu permukiman. Sebanyak 41 rumah warga, sebagian hanyut dan rusak. ”Tidak ada satu pun warga yang menjadi korban. Semuanya selamat. Pak Soleman ini seperti juru selamat,” kata Doni.
Untuk selanjutnya, di setiap perkampungan perlu dibentuk semacam sistem keamanan yang di dalamnya dapat berperan sebagai pemandu pada saat kondisi siaga bencana. Dengan begitu, resiko bencana dapat ditekan.
Menurut Doni, cara yang dilakukan Soleman patut menjadi contoh. Untuk selanjutnya, di setiap perkampungan perlu dibentuk semacam sistem keamanan yang di dalamnya dapat berperan sebagai pemandu pada saat kondisi siaga bencana. Dengan begitu, resiko bencana dapat ditekan.
Pekan lalu, sejumlah daerah di NTT dilanda banjir bandang dan longsor, yakni Kabupaten Alor, Lembata, Flores Timur, Ende, Ngada, Malaka, Sabu Raijua, Kota Kupang, dan Kabupaten Kupang. Total 136 orang meninggal dan 61 orang dinyatakan masih hilang. Lokasi dengan korban terbanyak adalah Flores Timur.
Bupati Flores Timur Anton G Hadjon mengatakan, kejadian bencana itu menjadi pelajaran berharga bagi mereka. Ke depan, aspek mitigasi bencana akan diperkuat termasuk lewat sistem keamanan lingkungan setempat. ”Kejadian ini mengagetkan dan membuka mata bagi semua orang termasuk pemerintah dan masyarakat,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi juga berharap agar Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyampaikan prakiraan cuaca kepada para kepala daerah secara langsung. Tujuannya agar pemerintah dapat mengambil langkah antisipasi.