Sempat Terkendala Cuaca, 5 Ekskavator dan 4 ”Dump Truck” Mulai Digerakkan ke Adonara
Sebagian akses jalan dan jembatan di Pulau Adonara terputus akibat banjir bandang. Pemerintah berupaya secepatnya membuka akses tersebut agar distribusi logistik bisa berjalan lancar.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Banjir bandang dan longsor yang menerjang sejumlah titik di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, telah menimbun puluhan korban jiwa serta merusak berbagai ruas jalan dan jembatan. Lima ekskavator dan empat dump truck digerakkan untuk mencari korban, membuka akses, serta mengalirkan bantuan di Adonara pada Rabu (7/4/2021) malam. Mobilisasi itu sempat terkendala cuaca.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo kepada Kompas mengatakan, lima ekskavator dan empat dump truck itu diberangkatkan dari Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, menggunakan feri. Ekskavator digunakan untuk mempercepat pencarian korban dan membuka akses, sedangkan dumptruck berisi bantuan bagi korban.
Feri itu digerakkan dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka, sekitar 137 kilometer arah barat Larantuka. Feri baru bisa berlayar setelah perairan mulai teduh. Sebelumnya, gelombang tinggi melanda perairan itu sejak akhir pekan lalu. Kendala utama dalam mobilisasi peralatan dan barang ke Adonara adalah cuaca buruk.
Menurut pantauan Kompas, sejumlah ruas Jalan Trans-Adonara terputus. Di Desa Terong, Kecamatan Adonara Timur, jalanan yang terputus ditimbun batu seadanya oleh warga. Lebar lintasan darurat itu kurang dari 2 meter. Jalanan juga digenangi banjir dengan arus deras. Jalanan tersebut pun berlubang sehingga pengendara kesulitan menebak arah.
Di titik itu hanya sepeda motor yang bisa melintas. Pengendara pun terpaksa harus meminta tolong beberapa pemuda untuk memandu dan mendorong sepeda motor dengan bayaran paling sedikit Rp 10.000. Jika tidak, pengendara bisa terjatuh dan bisa hanyut bersama sepeda motor.
Belum tertangani
Selain itu, kondisi Jembatan Waiburak di Kecamatan Adonara Timur yang terputus pun belum bisa tertangani sama sekali. Bentang jembatan itu belasan meter. Jembatan tersebut menghubungkan lima dari delapan kecamatan di Pulau Adonara, yakni Adonara Timur, Klubagolit, Ile Boleng, Witihama, dan Adonara.
Seharusnya untuk jembatan darurat sudah bisa dikerjakan. (Antonius Wuran)
Baik ruas jalan di Terong maupun Jembatan Waiburak sama-sama berada di ruas Jalan Trans-Adonara, jalan utama di pulau seluas 509 kilometer persegi itu. Biasanya, puluhan orang melintasi rute tersebut setiap hari. Terputusnya jalur itu menyebabkan mobilitas orang dan barang pun lumpuh.
”Seharusnya untuk jembatan darurat sudah bisa dikerjakan. Sekarang sudah hari keempat, tapi tidak ada tanda-tanda. Sementara di sisi lain para korban bencana di beberapa lokasi sangat membutuhkan bantuan orang lain,” kata Antonius Wuran (45), salah satu sukarelawan bencana.
Ia berharap agar tim penanggulangan bencana daerah dapat membangun sementara jembatan darurat di lokasi dimaksud untuk mempercepat distribusi bantuan yang kini mulai berdatangan dari luar Adonara. Banyak bantuan masih tertahan di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur.
Di lokasi bencana, pencarian korban minim alat. Di Desa Nelelamadike, hanya ada 1 ekskavator, di lokasi bencana Waiburak hanya ada 1 ekskavator, dan Desa Oyangbarang tidak ada ekskavator. Warga mencari jenazah secara manual. Total warga yang masih hilang di lokasi itu tersisa enam orang.
Sementara itu, Kepala Desa Nelelamadiken, Pius Pedang, mengatakan, kebutuhan makan minum korban diperoleh dari sumbangan warga dari sejumlah desa di Adonara. Mereka datang membawa makanan jadi dan makanan siap saji. ”Yang diperlukan saat ini adalah pakaian, selimut, tikar, makanan anak balita, dan perlengkapan khusus perempuan,” ujarnya.