Sebanyak 61 orang warga Nusa Tenggara Timur belum ditemukan atau masih hilang akibat banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang dipicu siklon tropis Seroja. Penanganan masih terkendala situasi dan cuaca buruk.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Sebanyak 61 orang warga Lembata, Alor, dan Flores Timur di Nusa Tenggara Timur masih dinyatakan hilang. Mereka korban banjir bandang, tanah longsor, dan gelombang pasang dipicu badai tropis Seroja di Samudera Hindia.
Korban yang belum ditemukan terdiri dari 35 orang warga Lembata, 20 orang warga Alor, dan 6 orang warga Flores Timur. Bencana juga mengakibatkan kematian 138 jiwa warga. Korban meninggal terbanyak dari Flores Timur (67 orang).
Selanjutnya, Lembata 32 orang, Alor 25 orang,Kabupaten Kupang 5 orang, Malaka 4 orang, dan masing-masing 1 orang korban meninggal di Ende, Kota Kupang, Ngada, dan Sabu Raijua.
Demikian diungkapkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Munardo dalam jumpa pers secara dalam jaringan (online) situasi terkini bencana di NTT pada Rabu (7/4/2021) jelang pukul 21.00 WIB.
Turut hadir secara online Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Badan SAR Nasional) Marsekal Madya Henri Alfiandi, dan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati.
Doni mengatakan, sejumlah daerah di NTT masih terisolasi atau belum bisa dijangkau alat berat dan personel Tim SAR Terpadu untuk percepatan penanganan bencana. Daerah-daerah yang hingga kini belum bisa dijangkau bahkan oleh helikopter yakni Rote Ndau, Malaka, Adonara, dan Alor.
BNPB telah menyiagakan 2 helikopter di Maumere, 1 helikopter di Sumba, dan 1 helikopter di Kota Kupang untuk mobilitas bantuan terutama ke lokasi yang terisolasi. “Dua helikopter dijadwalkan tiba besok (Kamis) pagi,” ujarnya.
Menurut Doni, aparatur terutama TNI dan Polri terus mengirim bantuan dan dukungan untuk percepatan mobilitas alat berat untuk mencari para korban yang masih tertimbun. Angkatan Darat dan Polri telah membangun dapur lapangan dan pos komando bencana di seluruh kabupaten terdampak.
Kami juga masih memantau perkembangan bibit siklon tropis 90S di Samudra Hindia di selatan Banten yang membentuk low level jet yang memanjang (Dwikorita)
Angkatan Laut mengerahkan KRI Oswald Siahaan, KRI Ahmad Yani, KRI Semarang (Rumah Sakit Lapangan), KRI Teluk Amboina, KRI Tanjung Kambani, KRI Escolar, dan sea rider (Larantuka-Adonara). Angkatan Udara mengerahkan pesawat Hercules.
Polri mengirimkan tim kesehatan dan tim anjing SAR. PT Garuda Indonesia tetap memberikan pelayanan penerbangan dengan pesawat ATR rute Kupang-Maumere-Larantuka-Lembata dan akan diperpanjang ke Alor.
Pelayanan kesehatan di Adonara tidak bisa optimal karena belum ada rumah sakit di pulau tersebut. Penanganan kesehatan korban bencana Adonara yang harus memerlukan perawatan rumah sakit terpaksa didorong ke Larantuka. “Kondisi cuaca yang masih hujan dan gelombang tinggi menunda pergerakan peralatan dan personel untuk percepatan penanganan bencana,” ujar Doni.
Henri mengatakan, sinyal telekomunikasi juga belum pulih sehingga rantai informasi perkembangan penanganan bencana di NTT tertunda. Cuaca yang menghambat mobilitas alat berat dan personel menyulitkan tim yang sudah ada dalam pencarian korban tertimbun.
Di lokasi, tim kesulitan memindahkan batu-batu atau material bangunan berukuran besar secara manual untuk efektivitas pencarian korban tertimbun.
BNPP telah mengirim tambahan personel SAR terpadu 18 orang ke Larantuka, 16 orang ke Lembata, 16 orang ke Adonara. “Satu satuan (10 orang) belum bisa berangkat dari Kupang karena gelombang tinggi, kami berharap ada potensi cuaca membaik untuk percepatan mobilitas,” ujar Henri.
Dwikorita mengatakan, Seroja terus menjauhi pesisir selatan Jawa Bali Nusa Tenggara dengan kecepatan maksimum 35 knot (65 kilometer per jam). Seroja akan terus menjauh dengan prediksi tiga hari ke depan menuju Samudra Hindia bagian barat daya. Menjauhnya Seroja menurunkan intensitas hujan terutama di NTT yang amat lebat ke saat ini lebat. Cuaca diprediksi membaik meski intensitas hujan sedang masih akan turun.
“Kami juga masih memantau perkembangan bibit siklon tropis 90S di Samudra Hindia di selatan Banten yang membentuk low level jet yang memanjang,” kata Dwikorita.
Seroja dan bibit siklon tropis 90S meningkatkan kecepatan angin lebih dari 25 knot dan ketinggian gelombang lebih dari 2,5 meter di kawasan low level jet yang memanjang di selatan Banten-Jawa Barat itu.
Prakiraan cuaca di NTT sampai 24 jam ke depan ada yang cerah berawan sampai hujan lebat disertai petir (Kefamenanu dan Soe). Kecepatan angin rata-rata 20 Km/jam, suhu 19-31 derajat Celcius, dan kelembaban 70-85 persen.
Aparatur diingatkan untuk peningkatan kewaspadaan jika di suatu daerah turun hujan sekitar 3 jam apalagi jika intensitasnya tinggi atau lebat. Kecepatan angin dan tinggi gelombang, lanjut Dwikorita, juga harus diperhatikan jika menempuh mobilitas besar untuk percepatan penanganan bencana.
Sampai sepekan mendatang, rute penerbangan di selatan Jawa-Bali-Nusa Tenggara akan menghadapi tantangan besar dan dituntut kewaspadaan tinggi karena keberadaan awan Cumulonimbus.