Kerja Sama Lintas Sektor Harus Ditingkatkan dalam Program Magang Kampus Merdeka
Komunikasi antara pemerintah, universitas, dan industri perlu ditingkatkan agar mahasiswa mendapatkan posisi sesuai bidangnya dalam program magang, salah satu program Kemendikbud dalam Kampus Merdeka.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Program mahasiswa magang yang belum lama ini diluncurkan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai menghadapi tantangan. Komunikasi antara pemerintah, universitas, dan industri perlu ditingkatkan agar mahasiswa mendapatkan posisi sesuai bidangnya selama magang.
Hal itu menjadi salah satu pembahasan dalam dialog Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim bersama dosen dan mahasiswa Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (7/4/2021). Kegiatan tersebut juga dihadiri Rektor ITK Budi Santosa dan Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian.
Mahasiswa magang adalah salah satu program dalam kebijakan Kampus Merdeka yang diluncurkan sejak Nadiem menjabat Mendikbud. Dalam program itu, mahasiswa diberi kesempatan mencari pengalaman di luar kampus dengan magang di perusahaan, organisasi nirlaba dan multilateral, lembaga pemerintahan, atau usaha rintisan. Program ini senilai 20 SKS selama satu semester.
Dalam diskusi tersebut, mahasiswa Teknik Elektro ITK, Zein, mengatakan sudah mengikuti program magang di Purwakarta, Jawa Barat. Namun, ia ditempatkan oleh manajemen perusahaan di bagian perencanaan teknik yang tidak sesuai dengan kompetensinya.
”Magang memberi saya pengalaman baru. Namun, saya ditempatkan di bagian yang tidak sesuai kebutuhan kuliah. Saya harus mengeksplorasi sendiri kegiatan sesuai kebutuhan bidang teknik elektro saat magang,” kata Zein.
Rektor ITK Budi Santoso mengatakan, sinergi antara dunia industri, pemerintah, dan kampus perlu ditingkatkan dalam program magang ini. Menurut dia, kesiapan dunia industri dalam menerima mahasiswa magang juga perlu disamakan persepsinya agar mahasiswa ditempatkan sesuai kompetensi dan kebutuhan belajar di dunia industri.
Menurut dia, hal itu penting agar kegiatan yang dilakukan mahasiswa setara dengan perkuliahan 20 SKS. Selama ini, mahasiswa ITK sudah melakukan program magang di sejumlah perusahaan di Kawasan Industri Kariangau Balikpapan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kaltim, dan perusahaan di luar Pulau Kalimantan.
Mahasiswa memang dibolehkan magang di mana saja sesuai bidang. Kami mendorong melakukannya di sekitar Kaltim. Sebab, jika tidak ada bantuan dari pemerintah, mahasiswa harus menanggung biaya hidup sendiri.
”Mahasiswa memang dibolehkan magang di mana saja sesuai bidang. Kami mendorong melakukannya di sekitar Kaltim. Sebab, jika tidak ada bantuan dari pemerintah, mahasiswa harus menanggung biaya hidup sendiri,” ujar Budi.
Menanggapi hal tersebut, Nadiem menjelaskan, program magang ini bertujuan agar mahasiswa berkesempatan mencicipi dunia kerja dan banyak belajar di luar kampus. Ia menilai, hal itu penting supaya mahasiswa siap menghadapi dunia kerja setelah selesai studi sekaligus mengimplementasikan ilmu di luar kampus.
Program magang ini menjadi salah satu dari delapan indikator kinerja utama Kampus Merdeka. Tidak ada bantuan dana dari pemerintah untuk mahasiswa yang mengikuti program magang ini. Adapun insentif dari pemerintah akan diberikan kepada kampus yang telah melaksanakan delapan indeks kinerja utama yang di dalamnya terdapat program magang satu semester.
Nadiem berharap di masa mendatang perusahaan kelas dunia bisa berpartisipasi dalam program magang ini. Ia juga berharap kampus berperan aktif mencari peluang magang bagi mahasiswa.
”Rektor dan dosen tolong carikan kesempatan ini untuk di daerah. Apa saja pembelajaran berbasis proyek atau aktivitas di luar kampus yang (akhirnya kampus) bisa kerja sama dengan industri atau organisasi nirlaba,” ujar Nadiem.