Ekskavasi Lanjutan Sempurnakan Kenampakan Kompleks Situs Kumitir
Pemerintah akan melanjutkan ekskavasi Situs Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur, ke tahap keempat pada Juli 2021. Ekskavasi untuk menyempurnakan kenampakan kompleks istana Bhre Wengker, bangsawan Kerajaan Majapahit itu.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
Kompas/Bahana Patria Gupta
Arkeolog Wicaksono Dwi Nugroho menjelaskan temuan kerangka jenazah saat proses Ekskavasi Situs Kumitir di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (16/3/2021). Ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur tersebut merupakan ekskavasi tahap ketiga. Ekskavasi dilakukan untuk mengetahui penampakan istana dari Bhre Wengker yang ada masa Kerajaan Majapahit.
SURABAYA, KOMPAS — Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur akan melanjutkan ekskavasi tinggalan Kerajaan Majapahit, yakni Situs Kumitir, Jatirejo, Mojokerto. Ekskavasi tahap keempat, menurut rencana, berlangsung pada Juli 2021. Tujuannya, menyempurnakan luas Situs Kumitir yang diduga kompleks istana Bhre Wengker, paman Raja Majapahit Hayam Wuruk.
Ekskavasi tahap ketiga kurun 1-30 Maret 2021 telah berakhir. Salah satu temuan signifikan dalam penggalian itu, antara lain, adalah kerangka manusia dari tiga individu. Namun, cuma satu individu yang kerangkanya utuh. Kerangka sedang diteliti oleh tim antropologi forensik Universitas Airlangga, Surabaya, dan kemungkinan juga akan diteliti oleh tim Australian National University.
”Kami menunggu hasil penelitian kerangka manusia itu, jika berasal dari masa Majapahit, tentu amat penting untuk menyusun narasi Situs Kumitir,” kata Kepala BPCB Jatim Zakaria Kasimin, Rabu (7/4/2021). Selain kerangka, temuan cukup penting ialah fragmen bata bergores, batu putih bergores bentuk bintang segi enam, bata segi delapan, dan sebaran pecahan genting, ukel (hiasan atau bangunan), gerabah, dan keramik. Semua temuan itu ada di Sektor A-B-C yang memperlihatkan bekas reruntuhan suatu bangunan.
Menurut Zakaria, sampai dengan ekskavasi tahap ketiga berakhir, tim arkeologi belum membuka gundukan yang diyakini sudut benteng sisi barat daya. Dalam ekskavasi tahap ketiga, tim arkeolog menemukan sudut tenggara. Sudut timur laut dan barat laut terlebih dulu ditemukan.
Dari tiga tahap penggalian, bisa diyakini kompleks Situs Kumitir membentang 318 meter dari barat ke timur dan lebar 200,3 meter dari utara ke selatan atau seluas 6,37 hektar.
”Ekskavasi tahap keempat akan lebih fokus pada pengungkapan dinding sisi selatan sehingga dapat sempurna untuk ditindaklanjuti,” kata Zakaria. Penggalian berikutnya direncanakan pada Juli 2021 dengan pendanaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Arkeolog Andi Muhammad Said menunjukkan batu putih yang ditemukan saat proses Ekskavasi Situs Kumitir di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Selasa (16/3/2021). Ekskavasi oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur tersebut merupakan ekskavasi tahap ketiga. Ekskavasi dilakukan untuk mengetahui penampakan istana dari Bhre Wengker yang ada masa Kerajaan Majapahit.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Sinarto mengatakan, pihaknya terus mengupayakan pendanaan untuk kelanjutan ekskavasi Situs Kumitir. Keberadaan Situs Kumitir sebagai bagian dari tinggalan Kerajaan Majapahit tetap penting bagi Jatim pada masa mendatang.
”Jika dapat diselesaikan, tentu menambah daya tarik wisata Trowulan untuk pendidikan dan kebudayaan,” kata Sinarto.
Arkeolog BPBC Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho, menambahkan, hasil ekskavasi dan penelitian tahap ketiga Situs Kumitir terus dikumpulkan. Tim masih menunggu data Lidar (light detection and ranging), teknologi pemindai jarak jauh optik pada susunan tanah, hasil penelitian kerangka manusia, dan mempersiapkan rancang tiga dimensi (3D) kompleks Situs Kumitir.
Kami menunggu hasil penelitian kerangka manusia itu, jika berasal dari masa Majapahit, tentu amat penting untuk menyusun narasi Situs Kumitir
”Jika tidak ada kendala, kami berharap ekskavasi Situs Kumitir dapat selesai di tahap keempat untuk langkah selanjutnya, yakni pengamanan dengan pembebasan lahan dan pemugaran,” kata Wicaksono. Untuk menjadi sempurna atau selesai dipugar dan bisa dimanfaatkan sebagai obyek wisata pendidikan sejarah bagi publik belum dapat dipastikan, tetapi diperkirakan paling cepat dua tahun.
Penyelesaian pemugaran Situs Kumitir, menurut BPCB Jatim, bertujuan memberikan gambaran nyata tinggalan bangunan istana masa Kerajaan Majapahit. Di Mojokerto, tinggalan itu lebih pada struktur candi, gerbang, petirtaan, dan kolam. Selain itu, Situs Kumitir dapat menuntun tim arkeologi untuk menemukan kompleks bangunan lainnya, terutama istana raja yang hingga kini belum diungkap.
Wicaksono menduga, jika istana Bhre Wengker yang notabene kerabat raja seluas 6,37 hektar, bisa diduga kompleks istana raja lebih luas. Dari logika itu, istana raja kemungkinan mencakup struktur yang sudah ada dan menjadi obyek wisata saat ini, yaitu Kolam Segaran, Gapura Bajang Ratu, dan Candi Tikus di barat Situs Kumitir. Adapun Situs Kumitir menghadap ke barat yang dalam tata ruang kerajaan klasik menghadap kompleks istana raja.
”Semoga Situs Kumitir bisa menuntun kami menemukan istana-istana lainnya, terutama istana Raja Hayam Wuruk,” kata Wicaksono.
Anak-anak didampingi orangtua berada di samping Situs Kumitir yang masih dalam proses ekskavasi di Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (11/3/2021).
Seperti diberitakan, di masa awal Majapahit abad ke-13, penguasa Wengker ketika itu adalah kesatria bernama Kudamerta. Lelaki ini, menurut kitab Pararaton, menjadi menantu Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), pendiri Majapahit. Bhre atau Batara Wengker menikahi Rajadewi Maharajasa (Bhre Daha), yang juga adik Tribhuwana Wijayatunggadewi (Bhre Kahuripan), dan mendapat gelar Wijayarajasa.
Situs Kumitir kompleks bangunan yang dikelilingi tembok bata. Kompleks ini menghadap ke barat atau arah pusat Majapahit. Kesimpulan itu didukung keterangan pada naskah-naskah kuno, yakni Negarakertagama, Pararaton, dan Kidung Wargasari. Keterangan itu dipadukan dengan legenda peta-peta Majapahit era Hindia-Belanda, yakni sketsa rekonstruksi Maclaine Pont, Stutterheim, Pigeaud, dan peta RA Kromodjoyo Adi Negoro 1921. Selain itu, juga menyelaraskan dengan peta Keletakan Kekunaan Majapahit di Trowulan dan peta Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan.
Naskah dan legenda peta menyebut ada suatu kompleks bangunan di sisi timur Trowulan yang disebut Kumitir (Kumeper versi Pararaton). Kumitir juga disebut sebagai tempat bangunan Pura van Wengker atau Compound of Wengker-Kadiri. Masa itu, Kadiri beribu kota Daha sehingga Compound of Wengker-Kadiri adalah istana kediaman Bhre Wengker dan Bhre Daha. Keduanya raja bawahan atau vassal Majapahit.
Negarakertagama memberi keterangan bahwa kompleks kedaton atau istana Raja Majapahit dikelilingi oleh istana para raja vassal atau bhre. Kitab ini juga mencatat, di timur, tersekat lapangan, menjulang istana ajaib Raja Wengker dan Rani Daha penaka Indra dan Dewi Saci berdekatan dengan istana Raja Matahun dan Rani Lasem, tak jauh di sebelah selatan kedaton Raja Wilwatikta (Majapahit).