Korban Tabrakan Kapal di Indramayu Bertambah, 14 Nelayan Masih Hilang
Pencarian nelayan korban tabrakan kapal di perairan Indramayu, Jawa Barat, pada hari kedua menemukan satu jenazah lagi. Dengan demikian, 3 korban ditemukan meninggal, 15 selamat, dan 14 masih dalam pencarian.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Jumlah korban meninggal akibat tabrakan kapal di perairan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, bertambah, dari dua menjadi tiga orang pada Senin (5/4/2021). Tim SAR gabungan masih mencari 14 nelayan lainnya.
Hingga Senin petang, tim SAR gabungan kembali mengevakuasi satu jenazah yang berada 10,6 mil laut (NM) atau sekitar 19 kilometer dari lokasi tabrakan kapal. Jenazah langsung dibawa ke RS Bhayangkara Indramayu untuk identifikasi lebih lanjut.
Dengan demikian, tim sudah menemukan tiga jenazah. Sebelumnya, korban meninggal adalah Leman (71) dan Toeron (80). Tim SAR gabungan juga telah mengevakuasi 15 anak buah kapal (ABK). Adapun 14 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Semua korban adalah nelayan kapal Barokah Jaya. Sebagian masih berusia 13-16 tahun.
Sebelumnya, kapal Habco Pioneer berukuran 17.979 gros ton (GT) bertabrakan dengan kapal Barokah Jaya berukuran 29 GT, Sabtu (3/4/2021) pukul 16.45, di perairan Indramayu. Insiden tabrakan itu terjadi di koordinat 5°37\'35.00"S 108°17\'18.00"E, sekitar 7 jam menggunakan kapal nelayan dari Eretan Wetan.
Kapal kargo Habco Pioneer berlayar dari Balikpapan ke Merak, Banten. Adapun kapal nelayan Barokah Jaya yang berisi 32 orang bertolak dari Tanjungan ke Balongan, Indramayu, untuk mencari ikan. Akibat kejadian, kapal nelayan terbalik. Tiga orang tewas, 15 selamat, dan 14 masih hilang.
Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansah mengatakan, sesuai standar operasi, pencarian 14 korban hilang berlangsung selama 7 hari sejak kejadian. Pos SAR telah dibangun di Pelabuhan Eretan Wetan. ”Tim kami arahkan melakukan kembali penyelaman di dalam kapal dan menyusuri jaring. Dicurigai korban masih ada di situ,” katanya.
Pencarian oleh tiga armada dilakukan di tiga sektor. Kapal KN SAR Wisnu mencari dengan radius 33 NM atau sekitar 59 km, KM Gelora Asmara dengan area 26,5 NM (49 km), serta KRI Cucut dengan luas pencarian 38,7 NM (69 km). Perahu kecil juga ikut membantu pencarian.
Pencarian korban masih terkendala cuaca. Kecepatan angin, misalnya, mencapai 15 knot, sedangkan ketinggian gelombang hingga 2,5 meter. ”Kami akan memaksimalkan pencarian besok (Selasa) dan mudah-mudahan cuaca mendukung,” ujarnya.
Terkait penyebab kecelakaan laut, Direktur Polairud Polda Jabar Komisaris Besar Widi Handoko mengatakan masih fokus mencari korban hilang. ”Nanti, kami akan selidiki penyebabnya. Saat kejadian, cuaca dalam kondisi bagus,” ucapnya.
Rasgianto, Ketua KUD Misaya Mina Eretan Wetan, mengatakan, Kapal Barokah Jaya berangkat pada Jumat (2/4/2021) untuk mencari ikan, Biasanya, melayan berlayar seminggu hingga 10 hari. ”Kami juga tidak tahu mengapa bisa tabrakan. Baru kali ini terjadi kecelakaan laut dan memakan korban jiwa di Eretan,” katanya.
Ini kebiasaan anak pantai pesisir. Ketika nganggur, mereka pada ikut berangkat ke laut.
Terkait anak buah kapal yang masih di bawah umur, Rasgianto mengatakan, hal itu lumrah di Eretan. ”Ini kebiasaan anak pantai pesisir. Ketika nganggur, mereka ikut berangkat ke laut. Mereka juga enggak sendiri, sama bapaknya, saudaranya,” lanjutnya.
Eretan Wetan menjadi salah satu sentra perikanan di Indramayu. Terdapat sekitar 100 kapal ukuran 5 GT-30 GT. Tahun lalu, produksi ikan di daerah itu lebih dari 1 juta kilogram dengan nilai Rp 18,2 miliar.