Banjir bandang dan longsor menerjang sejumlah desa di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Minggu dini hari. Sedikitnya 45 orang meninggal dan 21 warga belum ditemukan.
Oleh
Kornelis Kewa Ama/Frans Pati Herin/Ahmad Arif/Ismail Zakaria/Agnes Swetta Pandia
·3 menit baca
LARANTUKA, KOMPAS — Bibit siklon tropis yang muncul di perairan Nusa Tenggara Timur memicu bencana banjir bandang dan tanah longsor di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, Minggu (4/4/2021) dini hari. Sebanyak 45 orang tewas dan 21 warga belum ditemukan.
Ratusan orang mengungsi di sejumlah lokasi karena rumah mereka rusak. Bencana banjir yang memorakporandakan Adonara ini merupakan yang terbesar di daerah itu.
Masyarakat diminta tetap waspada karena bibit siklon menguat dan bisa tumbuh menjadi siklon tropis. Upaya menolong korban terkendala cuaca buruk serta sejumlah jembatan dan akses jalan yang terputus.
Lokasi terparah banjir bandang berada di Desa Nelelamadiken, Kecamatan lle Boleng. Sebanyak 40 orang ditemukan meninggal. ”Ada 25 orang yang sudah bisa diidentifikasi dan 15 lainnya belum diidentifikasi,” kata Sekretaris Desa Nelelamadiken Natalia Uba Arakian saat dihubungi, Minggu malam.
Sebanyak 14 warga lainnya belum ditemukan. Pencarian terkendala tumpukan material, terutama batu. Tidak ada alat berat di lokasi bencana. ”Pencarian dilakukan secara manual,” kata Natalia.
Banjir bandang terjadi lantaran intensitas hujan yang sangat tinggi. Desa berpenduduk 1.246 jiwa yang terdiri atas 366 keluarga itu berada di punggung Gunung Ile Boleng. Di tengah kampung terdapat kali mati yang biasanya menjadi jalur air saat musim hujan.
Pada Minggu dini hari, banjir bandang membawa material batu dan tanah melewati kali itu. Sekitar 30 rumah di pinggir kali tersapu banjir hingga rata dengan tanah.
Banjir bandang juga menerjang ratusan rumah di Kelurahan Waiwerang dan Desa Waiburak di Kecamatan Adonara Timur, 14 kilometer arah barat Desa Nelelamadiken. Waiwerang dan Waiburak dibatasi kali mati yang menjadi jalur banjir bandang itu. Material banjir terbawa dari pegunungan yang berjarak sekitar 10 kilometer.
Saleh Kadir (32), sukarelawan bencana setempat, mengatakan, empat orang ditemukan meninggal dan tiga lainnya masih dalam pencarian.
Warga yang berada di daerah rawan longsor diminta mengungsi ke tempat yang aman. Mereka menggunakan gedung sekolah dan sejumlah kantor desa terdekat. Pengungsian dilakukan secara mandiri karena tim sukarelawan masih fokus pada pencarian korban.
Sekitar 18 kilometer arah barat Waiwerang, tepatnya di Dusun Kewuko, Desa Oyangbarang, Kecamatan Wotan Ulumado, banjir bandang juga menerjang puluhan rumah. Tiga orang hilang terseret arus. Permukiman itu berada di dataran rendah tanpa ada kali yang melintasi. Banjir bandang berasal dari bukit di utara permukiman.
”Sampai (Minggu) malam, semua korban belum ditemukan. Kami sisir sampai ke laut. Material terlalu tebal sehingga menyulitkan,” kata Kepala Desa Oyangbarang Laurensius Lega Ama saat dihubungi secara terpisah.
Sekitar 4 kilometer ke arah timur Oyangbarang, yakni Desa Pandai, seorang warga dilaporkan meninggal dan ditemukan sekitar 5 kilometer dari lokasi tempat tinggalnya. Longsor dan banjir juga dilaporkan menerjang sejumlah desa lain di Adonara.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT Thomas Bangke mengatakan, masih ada 40 rumah yang tertimbun longsor. ”Tidak ada alat berat di daerah kepulauan itu. Pengangkutan alat berat dari Larantuka (ibu kota Flores Timur) harus dengan kapal. Namun, saat ini tidak mungkin dilakukan karena gelombang tinggi,” kata Thomas.
Bibit siklon tropis
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Raditya Jati di Jakarta, kemarin, mengatakan, hujan dengan intensitas tinggi memicu banjir bandang dan tanah longsor di Adonara.
”Hujan ini merupakan dampak dari munculnya bibit siklon tropis 99S seperti diprediksi BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) sebelumnya,” katanya.
Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab menyebutkan, bibit siklon tropis 99S diprediksi tumbuh menjadi siklon pada Senin dini hari hingga pagi. Selain memicu hujan lebat dan angin kencang di NTT, wilayah Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku juga terdampak.
Bencana banjir dan longsor juga terjadi di Kabupaten Bima, NTB. Sebanyak 9.245 keluarga atau 27.808 jiwa, yang tersebar di 34 desa, terdampak. Tiga orang dilaporkan meninggal akibat bencana itu.