Belasan Rumah di Kolaka Rusak, Cuaca Buruk Masih Mengintai
Kondisi cuaca yang berubah cepat dipengaruhi siklon tropis di wilayah timur Indonesia.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Angin kencang menerjang wilayah Kolaka, Sulawesi Tenggara, dan menyebabkan 11 rumah warga rusak dengan kondisi atap dan dinding copot. Pemerintah berharap masyarakat tetap waspada di tengah kondisi cuaca yang masih berpotensi memburuk.
Angin kencang yang menerjang rumah warga di Kolaka, Sulawesi Tenggara, terjadi pada Senin (5/4/2021) siang. Belasan rumah warga di dua kelurahan di Kecamatan Wolo terdata rusak di sejumlah bagian.
Akbar, warga Dusun Labuan Bajo, Kelurahan Wolo menuturkan, angin kencang terjadi pukul 12.00 Wita. Dalam beberapa saat, angin memorak-porandakan sejumlah rumah warga khususnya yang berada dekat laut. ”Di sini ada tujuh rumah rusak. Ada yang dindingnya hancur, tapi kebanyakan atapnya yang rusak,” ujarnya.
Saat ini, warga bersiaga sembari merapikan rumah. Sebagian besar warga mengungsi ke rumah keluarga dan tetangga terdekat untuk berlindung dari cuaca buruk. Warga bergotong royong merapikan rumah yang terdampak angin kencang ini.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kolaka, sedikitnya tujuh rumah warga rusak dalam skala sedang. Sementara sejumlah rumah lainnya hanya mengalami rusak di beberapa titik.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan dan Logistik BPBD Kolaka Sutarno menjelaskan, belasan rumah warga yang rusak ini berada di dua kelurahan, yaitu Kelurahan Wolo dan Kelurahan Tosiba. Dua kelurahan di Kecamatan Wolo ini merupakan daerah di pesisir Teluk Bone.
Menurut Sutarno, pihaknya telah mendata kerusakan yang dialami warga. Logistik telah disiapkan dan segera untuk didistribusikan ke warga terdampak. Meski sejumlah rumah rusak, BPBD tidak membangun posko pengungsian. Sebab, warga mengungsi ke rumah tetangga atau keluarga terdekat.
”Penanganan rumah rusak akan dilakukan intansi terkait nantinya. Yang pasti, kami tetap mengimbau agar warga waspada dengan kondisi cuaca saat ini. Sebab, potensi cuaca buruk masih besar terjadi,” tambahnya.
Sejumlah daerah di Kolaka, Sutarno melanjutkan, termasuk daerah yang rawan angin kencang. Daerah-daerah tersebut khususnya yang berada di pesisir pantai dari Wolo, hingga Pomalaa.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sultra, potensi cuaca buruk terjadi di wilayah perairan Sultra. Gelombang tinggi di atas 2 meter berpeluang terjadi di sejumlah lokasi, termasuk Teluk Bone.
Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko menuturkan, kondisi cuaca yang berubah cepat dipengaruhi siklon tropis di wilayah timur Indonesia. Tekanan udara yang berbeda di wilayah tersebut mengalir dan membuat udara di Sultra juga meningkat.
Kondisi ini diperkirakan akan berlangsung selama dua hingga tiga hari ke depan. Bukan hanya pelaku pelayaran, melainkan juga masyarakat di pesisir diharapkan meningkatkan kewaspadaan akan perubahan curah hujan dan angin.
Kecelakaan laut
Pada kurun waktu yang sama dengan bencana angin kencang, seorang nelayan asal Desa Tamborasi, Wolo, tenggelam saat mencari ikan. Cedi (40) dilaporkan hilang setelah perahu yang dipakainya terbalik dihantam ombak.
”Awalnya korban memancing ikan di perairan Desa Awa, Kolaka. Namun, oleh nelayan lain dilaporkan hanya terlihat perahunya yang terbalik. Kemungkinan dihantam gelombang tinggi,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan SAR Kendari Aris Sofingi.
Saat ini, tutur Aris, tim SAR telah diturunkan untuk melakukan pencarian. Meski cuaca cerah, kecepatan angin berkisar 15-25 knot dengan tinggi gelombang hingga 2 meter.
Di tengah cuaca buruk, kecelakaan laut terus terjadi di perairan Sultra. Sebelumnya, pada Minggu (4/4/2021) sore, kapal warga terbalik dihantam ombak tinggi di Buton Selatan. Dari 14 penumpang kapal, dua orang di antaranya, yaitu anak berumur lima tahun dan perempuan berumur 35 tahun, meninggal dari kejadian ini.
Rombongan warga ini mengunjungi peresmian wisata Pantai Lakadao di Desa Burangasi, Kecamatan Lapandewa. Mereka mengikuti peresmian wisata pantai yang dihadiri Bupati Buton Selatan Arusani yang meresmikan. Mereka warga Desa Gerak Makmur, Sampolawa, sekitar 50 kilometer dari lokasi pantai wisata Lakadao. Berangkat dari desa dan lokasi masing-masing sejak pagi, belasan kapal membawa rombongan aparat dan warga untuk hadir.
Pascaperesmian wisata pantai, rombongan warga dan aparat pemerintah yang hadir mulai pulang. Laut yang awalnya teduh berubah dengan gelombang tinggi. Kapal dengan berat 2 gross ton yang membawa warga ini menerobos ombak. Di tengah perjalanan kapal terbalik dihantam ombak.