Perayaan Minggu Paskah di Katedral Makassar diwarnai ungkapan solidaritas lintas agama dari puluhan organisasi masyarakat. Serangan teroris pekan lalu diharapkan mampu mendorong kerukunan di tengah perbedaan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Perayaan Minggu Paskah di Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar, Sulawesi Selatan, diwarnai ungkapan solidaritas lintas agama dari puluhan organisasi masyarakat. Serangan teroris pekan lalu diharapkan mampu mendorong semakin banyak umat sadar untuk meningkatkan kerukunan di tengah perbedaan.
Puluhan orang dari 43 organisasi yang membidangi isu toleransi, keberagaman, kepemudaan, perempuan, dan anak memberikan bunga dan pita hitam kepada umat Katedral Makassar seusai misa, Minggu (4/4/2021). Aksi itu adalah ungkapan belasungkawa sekaligus solidaritas pascateror.
Selain di depan Katedral, sebagian perwakilan lain juga menggelar aksi di muka Monumen Mandala. Kelompok yang menyebut diri Aliansi Perdamaian Kota Makassar itu, dengan membawa spanduk dan papan poster, menyerukan ajakan kepada warga untuk saling menghormati dan menyayangi meski berbeda agama.
Koordinator aksi tersebut, Syaiful Alim (32) dari Institute of Community Justice (ICJ) Makassar, menyebut kegiatan ini adalah pernyataan sikap mereka yang mengutuk keras serangan bom bunuh diri di Katedral Makassar dan serangan penembakan di Markas Besar Polri. ”Karena itu kami ingin mempromosikan perdamaian. Terorisme adalah masalah bersama yang harus kita perangi,” katanya.
Yohana (34) dari Jaringan Lintas Iman Harmoni yang juga mewakili para aktivis Katolik menyebut aksi itu sebagai respons yang luar biasa dari kawan-kawan komunitasnya. Pasca-serangan di Katedral, teman-teman dari berbagai agama langsung menyampaikan keprihatinan, rasa duka, dan doa yang tulus.
Kejadian tersebut pun harus disikapi dengan memperkuat silaturahmi antaragama. ”Lewat aksi ini, kami ingin menyampaikan bahwa kejadian itu (serangan teror) merupakan tragedi yang mengoyak rasa kemanusiaan kita. Ini harus kita lawan bersama,” ujar Yohana.
Lewat aksi ini, kami ingin menyampaikan bahwa kejadian itu (serangan teror) merupakan tragedi yang mengoyak rasa kemanusiaan kita. Ini harus kita lawan bersama. (Yohana)
Yohana juga mengapresiasi tanggapan pemerintah dengan meningkatkan keamanan di gereja-gereja di Makassar dan Sulsel. Setidaknya 1.900 polisi dan 1.001 tentara disiagakan di Kota Makassar saja. ”Dan syukur, sampai hari ini penjagaan masih ketat. Umat (Kristiani) dapat beribadah dengan tenang dalam rasa aman,” katanya.
Komandan Satuan Brigade Mobil (Brimob) Polda Sulsel Komisaris Besar Muh Anis mengatakan, gereja diperiksa dan dikosongkan sebelum misa. Kompi Penjinak Bahan Peledak dari Gegana juga ditugaskan memastikan gereja aman.
Di seluruh Makassar, tak kurang dari 200 personel Brimob diturunkan ke lapangan, 30 di antaranya di Katedral Makassar. ”Itu belum yang kami cadangkan di markas komando. Pengamanan memang kami perketat. Kami bahkan menyiapkan tim pengintai di beberapa titik,” kata Anis.
Ruang pertemuan
Pasca-serangan bom, kata Syaiful, masyarakat sipil juga harus mencari solusi untuk mencegah kejadian serupa terjadi lagi. Karena itu, ICJ Makassar yang tergabung dalam Forum Belajar Anak Milenial Makassar akan menciptakan ruang pertemuan lintas agama melalui diskusi-diskusi publik.
Ruang perjumpaan ia yakini dapat mendorong adanya dialog untuk menyepakati cara menangkal radikalisme yang dapat dilaksanakan semua pihak, bukan hanya aparat negara. Di samping itu, pengertian antarumat beragama dapat dibentuk.
Hal itu, Syaiful sebut, mendesak. Salah satu ukurannya adalah pada 2018, Setara Institute menilai Makassar sebagai salah satu kota paling tidak toleran. Ibu kota Sulsel itu menempati urutan 87 dari 94 kota. Nilainya hanya 3.637, jauh dari Singkawang di urutan pertama dengan nilai 6.513. ”Riset ini bisa kita jadikan dasar untuk menentukan apa yang harus dilakukan,” katanya.
Sementara itu, Uskup Agung Makassar Mgr Johannes Liku Ada\' mengapresiasi inisiatif Aliansi Perdamaian Makassar. Aksi itu ia sebut sebagai ungkapan persaudaraan, kebersamaan, dan kerukunan antarumat beragama yang meneguhkan umat Katolik.
Johannes juga berharap, di masa depan bangsa Indonesia makin dapat menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa yang satu dalam perbedaan dan berbeda dalam kesatuan. ”Umat Katolik adalah kelompok kecil yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Dukungan teman-teman aliansi sungguh penuh arti,” katanya.
Kebangkitan Yesus yang diperingati dengan hari raya Paskah, lanjut Uskup, dimaknai Keuskupan Agung Makassar sebagai kesempatan untuk bangkit meninggalkan dosa dan kesalahan-kesalahan lampau. Lewat Paskah, umat diajak untuk semakin beriman demi membangun masyarakat yang lebih solider.