Lukman dan YSF, Sejoli yang Bikin Pak RW Kecolongan
Hamka bersumpah tak ingin kecolongan lagi. Ia ingin memutus mata rantai radikalisme dan terorisme di antara warganya. Lukman dan YSF harus jadi yang terakhir.
Hamka kapok bicara dengan wartawan. Ketua Rukun Warga 001 Kelurahan Bungaejaya, Kecamatan Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, itu merasa banyak kata-katanya yang disalahartikan, tetapi sudah telanjur terbit di artikel-artikel daring. ”Kalau tuli, lebih baik jangan jadi wartawan,” katanya sarkastik, Sabtu (3/4/2021).
Sepekan lalu, dua warga Hamka di Jalan Tinumbu I Lorong 132, L alias Lukman (25) dan YSF, menghebohkan kampung karena menjadi pelaku bom bunuh diri di Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar pada Minggu Palma (28/3/2021) lalu. Pascaserangan, banyak wartawan meminta keterangan kepada Hamka soal pasangan itu.
Kemudian, muncul berita-berita yang kompak mengutip Hamka menyebut Lukman sering ”menegur keras” ibunya jika menjalankan barasanji, yaitu membaca syair, doa, dan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW yang menjadi tradisi Islam di Sulsel. ”Saya tidak pernah bilang dia bertengkar dengan ibunya. Yang saya takutkan, hubungan saya dengan keluarga beliau yang selama ini baik jadi rusak,” katanya.
Menurut Hamka, kenyataannya justru sebaliknya. Lukman ia sebut sebagai orang yang sangat baik dan sopan. Tidak ada satu pun tanda-tanda ekstremisme agama yang tampak dalam kesehariannya. Saat bertemu dengan tetangga yang bukan Muslim, ia juga menyapa sambil tersenyum, tidak lantas menjauh, apalagi menghardik.
”Makanya, termasuk saya (sebagai ketua RW) kecolongan juga. Tidak ada gerak-geriknya yang menunjukkan dia bisa membunuh. Semua berjalan apa adanya,” kata Hamka.
Lukman tinggal tak sampai 200 langkah dari rumah ibu dan adik perempuannya serta bibinya yang bernama Rahma (40). Mereka masih kerap bertemu. Tak jarang, Lukman mendapati mereka tidak berjilbab di luar rumah. Namun, menurut Rahma, sekalipun ia tak pernah menegur mereka atau menyuruh mereka segera mengenakan jilbab.
Baca juga : Polisi Tangkap 16 Orang Terkait Bom Bunuh Diri di Makassar
”Padahal, istrinya bercadar. Tetapi, dia tidak pernah menghardik kami, ’Mana kerudungmu’?” ujar Rahma.
Lukman tak pernah shalat berjamaah bersama ibu, adiknya, ataupun Rahma. Menurut Rahma, ia selalu shalat berpindah-pindah dari satu masjid ke masjid lain, kecuali saat sakit.
Pembicaraan dengan sang keponakan pun tak pernah menyinggung soal ajaran agama ataupun pandangan politik. Tak pernah terdengar dari mulutnya pandangan yang kuat di dua ranah itu. Kalaupun ada opininya yang sangat keras dalam satu hal, itu hanya soal kredit bank. ”Dia anti sekali, katanya karena riba,” ujar Rahma.
Perkataan Lukman itu diiringi keputusannya untuk meninggalkan pekerjaan sebagai petugas pengisi uang di mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang ia jalani sambil kuliah. Ia mulai mencoba membuka warung kelontong setelah menikah dengan YSF pada Agustus 2020.
Dia bilang kegiatannya bagus, diajari mengaji sehari satu juz. Jadi, saya kira tidak ada masalah.
Sebuah pesta kecil yang diisi dengan acara makan bersama sempat diadakan di tengah lorong sempit dekat rumah ibu Lukman. Hadirinnya terbatas karena undangan hanya diberikan secara lisan. Setelah itu, Lukman dan YSF sempat berpindah dari satu rumah kontrakan ke yang lain, hingga terakhir di Jalan Tinumbu 1 Lorong 132 per 13 Januari 2021.
Sejak itu, Hamka belum pernah didatangi pasangan itu untuk mengurus catatan sipil. Hamka hanya tahu mereka dinikahkan guru agama di Perumahan Villa Mutiara, Biringkanaya, Makassar. ”Mungkin dicatat di sana, atau mungkin hanya sah secara agama,” katanya.
Di Villa Mutiara pula Lukman sering mengikuti pengajian dan pelajaran agama. Hamka mengaku pernah bertanya soal kegiatannya di sana. ”Dia bilang kegiatannya bagus, diajari mengaji sehari satu juz. Jadi, saya kira tidak ada masalah,” ujarnua. Kebetulan, RW 001 Bungaejaya belum punya kegiatan pengajian untuk pemuda, hanya ada untuk ibu-ibu.
Rahma masih berandai-andai keluarganya mampu mencegah Lukman pergi selama-lamanya. Kalau saja Lukman yang masih belia itu tetap tinggal di rumah ibunya, ketidaklaziman dalam laku dan pikirannya bisa segera diketahui. Namun, rumah ibunya yang hanya memiliki satu kamar tidur terlalu sempit untuk ditinggali empat orang dari dua keluarga.
Setelah serangan itu, baru terungkap bahwa Lukman dan YSF adalah anggota kelompok teroris yang menjadi bagian dari Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Ajaran yang ia terima di Villa Mutiara, salah satunya dari Rizaldy (46) yang tewas terbunuh dalam penggerebekan awal Januari 2021, bukan ajaran agama biasa.
Saat itu, Rizaldy sudah merencanakan serangan bom bunuh diri bersama menantunya, Zulfikar (23), tetapi terendus kepolisian. Lukman dan YSF saat itu tidak ikut tertangkap karena tidak terkait langsung dengan rencana itu.
Setelah itu, mereka menjalankan serangan mereka sendiri. Bom panci yang mereka ledakkan melukai 20 orang di sekitar gerbang katedral. Tak ada korban jiwa selain mereka berdua.
”Seandainya kami tahu, pasti kami cegah dia mati konyol seperti ini. Mamanya sangat kehilangan. Dia bilang, lebih baik Lukman ditangkap dan dipenjara seumur hidup, tetapi wujudnya tetap ada, ketimbang harus mati konyol,” kata Rahma.
Sejak kejadian itu, Hamka bersumpah tak mau kecolongan lagi. Ia ingin memutus mata rantai radikalisme di antara warganya. Lukman dan YSF harus jadi yang terakhir. Ia pun mengerahkan semua ketua rukun tetangga (RT) untuk mengingatkan warga agar menjauhi ajakan-ajakan pengajian yang tidak jelas.
Baca juga : Teror yang Gagal Menebar Rasa Takut di Makassar
Para orangtua pun ia minta lebih mengamati gerak-gerik serta teman bergaul anak-anak mereka. ”Anak-anak muda yang masih mencari jati diri saya harap bisa jadi lebih rasional. Hati-hati kalau diajak mengaji di luar, lebih baik di lingkungan rumah saja,” kata Hamka, yang juga mengajar di taman pendidikan Al Quran (TPA) RW 001 Bungaejaya.
Sementara itu, M Ismail S (74), Ketua RT 003/RW 001 Bungaejaya, tempat Lukman dan YSF tinggal, menyatakan sudah menyampaikan pesan serupa dari rumah ke rumah agar warga waspada. Ia meminta warga untuk tanggap jika ada warga tak dikenal yang datang. ”Kalau perlu, lihat KTP-nya. Kalau tidak jelas, lebih baik suruh dia menjauh,” katanya.
Cegah radikalisme
Merespons serangan di katedral, pekan lalu Wali Kota Makassar Ramdhan Pomanto menyatakan akan memberlakukan tiga pendekatan untuk merespons ancaman radikalisme di kalangan warga, terutama pemuda. Pertama, pengawasan di tingkat RT dan RW yang akan diperkuat pasukan Basibarania Makassar serta tokoh masyarakat.
Kedua, pembinaan bagi anak-anak hingga remaja akan ditingkatkan. ”Pelaku bom bunuh diri di katedral pasti punya keluarga. Karena itu, kami akan mencegah agar mereka ini tidak telantar secara pikiran dengan memperkuat peran keluarga,” ujarnya. Ketiga, ia akan memperkuat pengawasan dari segi keumatan, yaitu melalui rumah ibadah.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan, anak muda seperti Lukman dan YSF kini juga rentan terhadap radikalisasi melalui media sosial. Paham-paham ekstrem itu disebarkan lewat narasi-narasi yang membangkitkan kebencian, tetapi juga menjanjikan surga.
Karena itu, Boy menekankan pentingnya peran keluarga dalam membentuk karakter anak-anak agar sesuai dengan identitas bangsa yang toleran dan menghargai keberagaman. Para pemuka agama juga memainkan peran penting dalam misi ini.
Segenap masyarakat perlu membangun apa yang ia sebut sebagai kontranarasi secara digital. Maksudnya adalah mempromosikan kebinekaan, toleransi, dan persatuan bangsa di tengah kemajemukan.
Hamka dan Ismail punya tugas berat ke depan. Nyatanya, mengumpulkan pemuda setempat untuk kegiatan pengajian rutin sebagai alternatif bagi pengajian di luar lebih sulit ketimbang mengumpulkan ibu-ibu atau anak-anak untuk kegiatan TPA. Sementara, mereka hanya berharap pemerintah menyediakan kamera pengawas (CCTV) untuk mengawasi orang asing yang masuk ke kampung.