Kapal Terbalik Selepas Peresmian Pantai Wisata di Buton Selatan, Dua Tewas
Sebuah kapal yang membawa warga terbalik dihantam ombak tinggi di perairan Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Dua warga tewas dalam kejadian ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Sebuah kapal yang membawa warga terbalik dihantam ombak tinggi di perairan Buton Selatan, Sulawesi Tenggara. Mereka merupakan rombongan warga yang mengikuti acara peresmian lokasi wisata pantai oleh Bupati Buton Selatan. Seorang anak berumur lima tahun dan bibinya meninggal dalam kejadian ini.
“Berdasarkan laporan di lapangan, betul ada kejadian kapal terbalik di perairan Buton Selatan sekitar pukul 15.30 Wita tadi. Ada dua orang yang meninggal sejauh ini, yaitu seorang anak dan seorang perempuan,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buton Selatan Zamaluddin, saat dihubungi dari Kendari, Minggu (4/4/2021) malam.
Menurut Zamaluddin, rombongan warga ini mengunjungi peresmian wisata Pantai Lakadao, di Desa Burangasi, Kecamatan Lapandewa. Mereka mengikuti acara yang dihadiri Bupati Buton Selatan Arusani tersebut.
Mereka merupakan warga Desa Gerak Makmur, Kecamatan Sampolawa, sekitar 50 kilometer dari pantai wisata Lakadao. Berangkat dari desa dan lokasi masing-masing sejak pagi, belasan kapal membawa rombongan aparat dan warga untuk hadir dalam kegiatan itu.
Setelah peresmian wisata pantai selesai, kata Zamaluddin, rombongan warga dan aparat pemerintah yang hadir mulai pulang. Laut yang awalnya teduh berubah dilanda gelombang yang tinggi.
“Rombongan Pak Bupati yang memakai kapal cepat memutar jalur karena ombak tinggi. Pak Bupati lalu ke Wabula dan akhirnya menggunakan jalur darat. Sementara itu, kapal dengan bobot 2 Gros Ton yang membawa warga ini memilih menerobos ombak. Di tengah perjalanan, kapal terbalik dihantam ombak,” tuturnya.
Para penumpang kapal, tambah Zamaluddin, berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Kapal yang berada di dekat lokasi tersebut juga berusaha membantu. Akan tetapi, dua penumpang tidak bisa diselamatkan. “Penumpang lainnya berhasil diselamatkan,” katanya.
Maderuddin, Kepala Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Daerah Buton Selatan, yang berada di lokasi peresmian Pantai Lakadao, menuturkan, korban meninggal bernama La Ode Alfian (5) dan Wa Naya (35). Keduanya merupakan warga Desa Gerak Makmur yang juga masih berhubungan keluarga. Alfian diketahui merupakan keponakan dari Wa Naya.
“Korban Wa Naya ini istri dari kapten kapal, yaitu La Salimani. Kapten dan belasan penumpang lainnya selamat dan telah kembali ke rumah masing-masing,” kata Maderuddin.
Rombongan warga yang berada dalam kapal naas ini, ia menambahkan, datang ke lokasi peresmian Pantai Lakadao bukan merupakan undangan pemerintah. Pemerintah kabupaten hanya mengundang aparat terkait, khususnya desa dan kecamatan. Akan tetapi, warga datang karena animo tinggi untuk melihat lokasi wisata yang akan diresmikan oleh Bupati Arusani.
Pantai Lakadao merupakan pantai yang baru saja dikembangkan dengan berbagai tambahan fasilitas. Gazebo dan tempat berfoto dibangun di lokasi wisata tersebut. Lokasi ini dibangun dengan menggunakan dana desa setempat.
Kami saja waktu pulang itu lama betul di laut karena harus memutar dan memilih jalur yang aman.
Setelah acara selesai dan rombongan mulai bersiap pulang, tambah Maderuddin, ombak di perairan tersebut meningkat. Ketinggian ombak berkisar dua hingga tiga meter sehingga menyulitkan pelayaran.
“Kami saja waktu pulang itu lama betul di laut karena harus memutar dan memilih jalur yang aman. Setelah memastikan dua korban tiba di rumah duka dan penumpang lain selamat kembali ke kediaman masing-masing, kami rombongan pemkab baru pulang ke Batauga (ibu kota kabupaten),” tambahnya.
Perairan di wilayah Sultra memang dilanda gelombang tinggi beberapa waktu terakhir. Data Stasiun Maritim Kendari menunjukkan, perairan di Buton dan Wakatobi termasuk wilayah dengan gelombang cukup tinggi, yaitu di atas dua meter.
“Sekarang ini kondisi di perairan Wakatobi dan Buton, tinggi gelombang bisa di atas dua meter. Sementara, di Laut Flores, bisa di atas empat meter. Kondisi ini karena siklon tropis yang terjadi di daerah tersebut sehingga membuat tekanan udara meningkat,” kata Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko.
Kondisi ini, ia melanjutkan, diperkirakan berlangsung selama dua hingga tiga hari ke depan. Diharapakan kepada para pelaku pelayaran untuk terus memantau cuaca dan meningkatkan kewaspadaan.
Kecelakaan laut di Sultra terus terjadi selama awal 2021 ini. Pada Sabtu (3/4/2021) malam, seorang pemanah ikan hilang saat menyelam di perairan Wakatobi. Tim SAR masih melakukan pencarian terhadap korban.
Data Kantor Pencarian dan Pertolongan SAR Kendari, jumlah kecelakaan kapal pada trimester awal 2021 ini meningkat tiga kali lipat dibanding periode yang sama 2020 lalu, yaitu dari lima kejadian menjadi 15 kecelakaan kapal. Jumlah korban meninggal dan hilang juga meningkat, yaitu dari satu orang hilang pada 2020 menjadi total dua orang meninggal dan tiga orang hilang di awal 2021 ini.