Sebanyak 26 orang telah ditangkap di Jawa Timur dengan tuduhan terlibat organisasi teroris sejak awal tahun. Penangkapan menjadi salah satu antisipasi teror di Jawa Timur.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap dua terduga teroris, Jumat (2/4/2021), di Surabaya dan Tuban, Jawa Timur. Keduanya termasuk dalam 26 terduga teroris yang ditangkap sejak awal 2021.
Seorang lelaki berinisial S (41) ditangkap di Sukomanunggal, Surabaya, Jumat pagi. Menurut informasi dari Kepolisian Daerah Jawa Timur, S diduga anggota kelompok terorisme Jemaah Islamiyah (JI). Dalam waktu hampir bersamaan, Densus 88 menangkap lelaki berinisial RH (42) di Purboyo, Tuban. RH diduga anggota Jamaah Ansharut Daulah (JAD), organisasi terorisme.
”Dari penyelidikan sementara, kedua terduga yang ditangkap tadi pagi tidak terkait teror bom di Gereja Katedral Makassar dan serangan di Mabes Polri,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim Komisaris Besar Gatot Repli Handoko di Surabaya, Jumat malam.
Teror bom bunuh diri di Gereja Hati Yesus yang Mahakudus (Katedral) Makassar oleh sepasang suami istri anggota JAD terjadi seusai Misa Minggu Palma lalu. Adapun serangan perempuan bernama Zakiah Aini di Mabes Polri sehingga tewas ditembak terjadi pada Rabu atau dua hari lalu.
Dari penyelidikan sementara, kedua terduga yang ditangkap tadi pagi tidak terkait teror bom di Gereja Katedral Makassar dan serangan di Mabes Polri.
Selasa (30/3/2021) atau dua hari setelah teror bom di Makassar, Densus 88 menangkap dua terduga teroris di Tulungagung dan Nganjuk, Jatim. Di Buntaran, Tulungagung, ditangkap seorang lelaki berinisial NMR dengan barang bukti dua senapan rakitan. Di Nganjuk, terduga teroris yang ditangkap berinisial LAM dengan barang bukti buku Fiqih Jihad.
Kedua terduga teroris ini ditangkap karena terindikasi akan berbuat teror di Jatim setelah horor berdarah di Makassar. NMR dan LAM merupakan anggota JAD dan diyakini terlibat untuk aksi di Jatim. Melihat peristiwa di Makassar yang terjadi saat hari ibadah umat Kristen, Polda Jatim curiga potensi serupa bisa terjadi saat pekan suci Paskah, yakni Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, atau Minggu Paskah.
Penelusuran Kompas, sejak awal tahun ini di Jatim sudah ditangkap 26 terduga teroris karena keterlibatan mereka di JI atau JAD dan sempalan organisasi terorisme tersebut. Menurut Gatot, Polda Jatim membantu kegiatan Densus 88 agar penangkapan berlangsung lancar.
Jatim punya pengalaman traumatis oleh serangan teror bom pada 13-14 Mei 2018 yang menewaskan hampir 30 jiwa. Di Surabaya, bom meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Bom juga meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo.
Penangkapan para terduga teroris di Jatim tiga bulan terakhir ini untuk mencegah atau antisipasi teror bom. Tim terpadu Densus 88, Polda Jatim, dan intelijen terus mengembangkan penyelidikan untuk menekan potensi terjadinya teror. Apalagi, aparatur juga masih berjibaku dengan penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19 yang telah setahun lebih menyerang dan belum mereda.
Polda Jatim telah mengirimkan instruksi ke seluruh resor, sektor, dan subsektor untuk peningkatan kewaspadaan dan kesiagaan. Selain itu, ada peningkatan penjagaan di obyek vital dan tempat ibadah, terutama gereja. Apalagi saat ini menjadi masa pekan suci Paskah. Di gereja-gereja tetap diadakan misa atau ibadat dengan pembatasan kehadiran dan penerapan protokol kesehatan untuk menekan penularan Covid-19. Peribadatan juga diadakan secara dalam jaringan atau daring (online) internet.
Saat memberi bantuan kelengkapan kesehatan penanganan Covid-19 di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) Surabaya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, Polri dan TNI meningkatkan pengamanan dibantu organisasi masyarakat untuk memberi jaminan ketenangan dan kenyamanan umat yang beribadah.
Khofifah menyampaikan, terorisme tidak punya tempat sehingga segenap masyarakat Jatim akan melawan. Jatim terus menggemakan kehidupan masyarakat agar selalu harmonis dengan semangat kasih dan toleransi. ”Kehidupan yang aman dan tenang menenteramkan dan menyejahterakan masyarakat,” katanya.