Peringatan sengsara dan wafat Yesus Kristus (Isa Almasih) dalam Jumat Agung di Jawa Timur perlu terus menjadi sumber inspirasi untuk memelihara kehidupan dalam semangat kasih dan toleransi.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Tangkapan layar dari akun Youtube Komisi Sosial Keuskupan Surabaya memperlihatkan suasana ibadat Jumat Agung di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) Surabaya, Jumat (2/4/2021). Ibadat dipimpin oleh Uskup Surabaya Monsinyur (Mgr) Vincentius Sutikno Wisaksono.
SURABAYA, KOMPAS — Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jawa Timur terus mendorong toleransi kehidupan beragama dalam masa pandemi Covid-19. Perayaan keagamaan seperti saat ini, Pekan Suci Paskah, agar membawa kedamaian masyarakat, terutama umat Kristen yang beribadah.
Demikian diutarakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menyerahkan bantuan kelengkapan pencegahan penularan Covid-19 di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) Surabaya, Jumat (2/4/2021).
Bantuan berupa penyemprot elektrik, disinfektan, busana pelindung, sarung tangan, kacamata goggle, pelindung wajah (face shield), masker kain, sepatu bot, termometer, cairan penyanitasi, paket kebutuhan pokok, dan alat tes cepat yang diterima Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya RD Eko Budi Susilo itu akan disalurkan ke seluruh paroki untuk penanganan pandemi Covid-19.
Kami ingin menjamin keamanan dan ketenangan umat dalam beribadah sehingga diperlukan peningkatan pengamanan. (Nico Afinta)
Turut hadir ke katedral ialah Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya Mayor Jenderal Suharyanto, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Nico Afinta, dan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Kedatangan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) itu seusai upacara jalan salib dan menjelang ibadat Jumat Agung untuk memperingati penderitaan dan kematian Yesus Kristus (Isa Almasih).
”Semangat toleransi perlu terus dipelihara untuk menciptakan kedamaian kehidupan masyarakat,” kata Khofifah.
Nico menambahkan, aparatur menjamin keberlangsungan peribadatan bagi seluruh umat beragama. Aparatur meningkatkan pengamanan dan pengawasan untuk menekan potensi teror dari kelompok teroris dengan sasaran tempat ibadah, terutama gereja.
Menurut Nico, peningkatan kesiagaan terkait dengan teror bom di Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus (Katedral) Makassar seusai Misa Minggu Palma dan serangan perempuan terduga teroris di Mabes Polri, Rabu (31/3/2021).
Selain itu, teror bom pernah mengguncang Jatim, yakni Surabaya dan Sidoarjo, 13-14 Mei 2018, Saat itu ledakan terjadi di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, Rusunawa Wonocolo, dan Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya.
”Kami ingin menjamin keamanan dan ketenangan umat dalam beribadah sehingga diperlukan peningkatan pengamanan,” kata Nico.
Suharyanto menyatakan, personel TNI turut membantu pengamanan untuk mencegah potensi serangan teror di tempat ibadah dan obyek vital. TNI juga aktif membantu Polri dalam pelacakan dan penangkapan kelompok-kelompok terorisme.
Tangkapan layar dari akun Youtube Komisi Sosial Keuskupan Surabaya memperlihatkan Uskup Surabaya Monsinyur (Mgr) Vincentius Sutikno Wisaksono saat memimpin ibadat Jumat Agung di Gereja Hati Kudus Yesus (Katedral) Surabaya, Jumat (2/4/2021).
Uskup Surabaya Monsinyur (Mgr) Vincentius Sutikno Wisaksono dalam khotbah Jumat Agung mengatakan, umat harus mau berkorban seperti Yesus yang sengsara dan wafat dalam penyaliban. Jika Tuhan mau menderita, sengsara, dan wafat dalam penyaliban yang hina, umat juga perlu mengikutinya dalam wujud-wujud tindakan kehidupan berlandaskan kasih tanpa batas.
”Kasih dan pengampunan harus terus menjadi landasan hidup kita,” kata Vincentius.
Uskup Surabaya mengingatkan umat untuk tidak mudah mengeluh terhadap situasi, beban, atau penderitaan yang dialami. Situasi wabah yang belum mereda sehingga ”merugikan” kehidupan perlu disikapi dengan ketabahan dan kesabaran serta jangan sampai menghilangkan semangat mengasihi. Jika umat merasa hidup sedang amat berat, lihatlah salib dan renungkan penderitaan Yesus sehingga semoga kembali dikuatkan.
Petugas menyemprotkan disinfektan sebelum dan seusai Misa Kamis Putih di Gereja Roh Kudus, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (1/4/2021). Penyemprotan sebagai protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
Umat juga tidak perlu takut untuk beribadah karena potensi ancaman teror. Aparatur negara telah menjamin umat dapat beribadah dengan tenang dan aman. Ibadah bagi umat Kristen dalam masa wabah berlangsung secara dalam jaringan (online) atau tatap muka alias luar jaringan (offline).
Pandemi juga memberikan banyak kesempatan dan alternatif bagi umat untuk mengikuti ibadah sesuai waktu yang diinginkan. Misalnya Jumat Agung peribadatan dimulai dalam kurun pukul 12.00 dan 18.00 WIB. Umat dapat mengikuti ibadah dari gereja mana pun sesuai waktu yang membuat umat merasa luang dan nyaman. Ibadat Jumat Agung di Katedral Surabaya dimulai pukul 15.00 WIB.
Kasih dan pengampunan harus terus menjadi landasan hidup kita. (Vincentius Sutikno)
Rangkaian Pekan Suci Paskah dimulai dengan peribadatan Minggu Palma. Selanjutnya, trihari suci, yakni Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Puncak peribadatan jatuh pada Minggu Paskah untuk peringatan kebangkitan Yesus Kristus. Dalam perayaan Kamis Putih, gereja-gereja di Keuskupan Surabaya memberlakukan pembatasan jumlah kehadiran umat sebagai protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19.
Di Gereja Roh Kudus, kehadiran umat dibatasi maksimal 200 orang dalam Misa Kamis Putih yang dipimpin oleh Pastor Yoseph Dawam, SVD. Sebelum ekaristi, umat diperiksa kesehatannya dan yang hadir terbatas bagi mereka yang telah mendaftar atau mendapat persetujuan dari paroki. Umat yang tidak bisa datang dapat mengikuti misa secara online. Sebelum dan sesudah perayaan, gereja disemprot disinfektan.
KOMSOS GEREJA KATOLIK ROH KUDUS SURABAYA
Romo Aloysius Widya Yanuar Nugraha PR sedang memimpin misa Jumat Agung di Gereja Katolik Roh Kudus Surabaya, Jumat (2/4/2021).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, ketenangan dan keamanan umat dalam beribadah menjadi perhatian penting aparatur. Segala kebijakan ditempuh untuk memastikan kehidupan aman dan nyaman. Negara menjamin kebebasan warga untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan.
”Untuk itu, kami perlu melihat dan memastikan bahwa kehidupan peribadatan dapat berjalan dengan lancar dan tertib tanpa gangguan atau ancaman,” kata Eri.