Tiga dari Empat Tangki di Balongan Telah Padam, Warga Masih Mengungsi
Ratusan warga terdampak ledakan tangki Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, masih mengungsi hingga kondisi dinyatakan aman. Upaya pemadaman oleh Pertamina masih terus dilakukan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI/ MELATI MEWANGI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Pemadaman api di di lokasi ledakan tangki Pertamina Refinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat, masih terus dilakukan. Hingga Rabu (31/3/2021) pukul 18.00, api masih menyala di satu dari empat tangki yang terbakar.
Pemadaman tangki yang terbakar dilakukan dengan melokalisasi titik api di dalam tanggul sekeliling empat tangki (bundwall). Setelah itu, petugas menyemprotkan busa (foam) ke perimeter bundwall dan pusat nyala api. Sebanyak 10 mobil pemadam kebakaran milik Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Indramayu dikerahkan untuk memadamkan api.
Luas area tangki terbakar berada sekitar 2 kilometer dari total 180 hektar area Pertamina Balongan. Jumlah tangki yang terbakar ada 4 dari total 72 tangki di area kilang berkapasitas 1,35 juta kiloliter (KL). Kapasitas empat tangki itu sebesar 100.000 KL.
Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto mengatakan, api di tiga dari total empat tangki yang terbakar telah dipadamkan. Pihaknya masih berupaya memadamkan api di tangki keempat. Upaya pemadaman keempat tangki ditargetkan selesai pada Rabu.
”Kami juga terus melakukan pendinginan di tiga tangki yang telah padam dan memastikan tidak ada api muncul kembali,” kata Agus.
Selama proses itu dilakukan, sebanyak 838 warga masih mengungsi di GOR Bumi Patra Pertamina. Jumlahnya meningkat dibandingkan kemarin, yakni lebih kurang 700 orang dari Desa Balongan, Sukaurip, Tegallurung, dan Desa Majakerta. Mereka adalah warga yang tinggal di sekitar kilang minyak Balongan. Bahkan, ada warga yang rumahnya berjarak kurang dari 300 meter dari area PT Pertamina RU VI Balongan.
Minimal tiga hari setelah kejadian sampai semua benar-benar kondusif. Kalau Pertamina izinkan pulang, ya, bisa pulang. Banyak faktornya. Tidak hanya persoalan api masih nyala atau tidak, tapi juga kualitas udara yang layak untuk tempat tinggal warga.
Pelaksana Tugas Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Indramayu Caya mengatakan, pengungsi belum diperbolehkan pulang sebelum ada rekomendasi dari Pertamina.
”Minimal tiga hari setelah kejadian sampai semua benar-benar kondusif. Kalau Pertamina izinkan pulang, ya, bisa pulang. Banyak faktornya. Tidak hanya persoalan api masih nyala atau tidak, tapi juga kualitas udara yang layak untuk tempat tinggal warga,” ucapnya.
Salah seorang warga yang masih mengungsi adalah Ertati (35) asal Desa Sukaurip. Dia tinggal sementara di Bumi Patra bersama kedua anaknya, Najwa (10) dan Annisa (7). Mereka belum berani pulang ke rumah karena masih trauma dengan bunyi ledakan dan getaran pada Senin (29/3/2021) dini hari.
”Saya ikut bagaimana baiknya. Kalau sudah dinyatakan aman, ya, pulang ke rumah,” ucap Ertati.
Yuni Mustikasari (31), warga Desa Balongan, juga belum berani kembali menempati rumahnya. Setiap siang, Yuni bersama suaminya, Hamzah (49), serta ketiga anaknya, pulang ke rumah untuk mandi dan mencuci pakaian. Seusai itu, mereka segera kembali ke pengungsian.
”Ini pertama kalinya kami mengungsi, cukup melelahkan. Semoga cepat selesai penanganannya,” ucapnya.
Sebelumnya, anggota DPR Komisi VIII, Selly Andriani Gantina, mengatakan, insiden ini memberi pelajaran berharga bagi pemerintah dan perusahaan agar lebih baik menanggulangi bencana, terutama kejadian nonalam bersifat kegagalan teknologi.
Saat ini, Komisi VIII tengah membahas revisi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Dalam pembahasan itu, akan ditambahkan upaya penanggulangan bencana teknologi. ”Kita tidak tahu dampak kimia atau biologi apa yang muncul pascaledakan. Mungkin ada zat kimia partikel di udara dan air yang tidak boleh dianggap sepele,” kata Selly.
Selain itu, pemerintah juga perlu lebih memperhatikan keselamatan warga yang tinggal di sekitar lokasi proyek agar selalu aman. Terkait penyebab insiden, Selly menyerahkan sepenuhnya proses investigasi pada pihak berwenang. Ia meminta kejadian ini tidak boleh dianggap remeh. Bisa jadi ada kelalaian penerapan standar operasi.
Dalam waktu dekat, pihaknya akan mengundang kementerian terkait yang bermitra dengan Komisi VIII untuk membahas tindak lanjut ledakan tangki. Setelahnya, Pertamina akan turut diundang untuk dimintai keterangan dan penjelasan perihal pertanggungjawaban yang akan dan sudah dilakukan bagi warga terdampak.