Pengungsi Ledakan Tangki Pertamina Balongan Mulai Keluhkan Sakit
Tangki berisi gasolin yang terbakar di PT Pertamina RU VI Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, belum juga padam. Masa pengungsian bagi warga terdampak pun diperpanjang. Mereka mulai mengeluhkan sakit.
Oleh
MELATI MEWANGI/ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Api yang belum sepenuhnya padam pada kebakaran tangki PT Pertamina RU VI Balongan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Kamis (1/4/2021), membuat masa pengungsian warga terdampak diperpanjang. Memasuki hari keempat, sejumlah pengungsi mulai mengeluhkan sakit.
Berdasarkan data posko kesehatan di GOR BP hingga Rabu sore, terdapat 47 pengungsi yang memeriksakan kesehatannya. Mereka mengeluh pusing, nyeri tenggorokan, infeksi saluran napas, mual, dan mencret.
Suwarno Awing (49), pengungsi asal Blok Kesambi, Desa Balongan, berharap tangki yang meledak segera padam sehingga warga bisa pulang. ”Keponakan saya sempat sakit, muntah-muntah. Mertua saya yang umurnya 90-an juga pusing,” kata Suwarno yang mengungsi bersama delapan anggota keluarganya.
Meskipun kebutuhan makanan dan minuman terpenuhi sejak mengungsi tiga hari terakhir, Suwarno tetap merasa lebih nyaman di rumah. Di tempat pengungsian, mereka tidur beralaskan matras dalam Gedung Olahraga BP. Kipas angin terpasang di beberapa titik.
Adapun hingga Kamis pukul 10.20, kobaran api masih tampak di area tangki T-301 PT Pertamina RU VI Balongan. Asap hitam membubung tinggi. Jalur Cirebon-Indramayu yang sebelumnya ditutup telah dibuka untuk pengendara. Kobaran api tidak sebesar empat hari lalu ketika awal tangki terbakar.
Saat itu, Senin (29/3) pukul 00.45, tangki meledak di kawasan Pertamina Balongan. Api lalu membakar empat tangki berisi 25.000 kiloliter bahan bakar minyak. Di area itu terdapat 72 tangki dengan kapasitas 1,35 juta kiloliter. Adapun area tangki terdampak kebakaran sekitar 2 kilometer dari total 180 hektar area Pertamina RU VI Balongan.
Mereka mengeluh pusing, nyeri tenggorokan, infeksi saluran napas, mual, dan mencret.
Ledakan itu menyebabkan 29 warga luka ringan dan 6 orang luka berat karena terbakar. Hingga Rabu petang, sebanyak 838 warga terdampak mengungsi di Bumi Patra Pertamina. Mereka berasal dari Desa Balongan, Majakerta, Tegalurung, dan Sukaurip.
Awalnya, tempat pengungsian disiapkan tiga hari atau hingga Rabu. Namun, area sekitar tangki belum sepenuhnya aman. Meski demikian, Pertamina mengklaim tiga dari empat tangki telah padam, kemarin.
”Pengungsi masih di sini (BP Pertamina). Minimal tiga hari sampai benar-benar kondusif. SK (surat keputusan) tanggap darurat untuk ini 14 hari, tetapi kami coba sesuaikan kondisi setempat. Kalau tiga hari Pertamina izinkan pulang, ya, pulang,” tutur Pelaksana Tugas Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Indramayu Caya.
Adapun syarat pemulangan pengungsi adalah adanya rekomendasi dari Pertamina. ”Tidak hanya persoalan api masih nyala atau tidak, tetapi juga kondusivitas dan kualitas udara yang layak untuk tempat tinggal warga. Banyak faktornya,” ujarnya.
Sebelumnya, Senior Vice President Corporate Communications and Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto mengatakan, upaya pemadaman api terus dilakukan. ”Kami juga terus melakukan pendinginan di tiga tangki yang telah padam dan memastikan api tidak muncul kembali,” katanya.
Pemadaman tangki yang terbakar dilakukan dengan melokalisasi titik api di dalam tanggul sekeliling empat tangki (bundwall). Setelah itu, petugas menyemprotkan busa (foam) ke perimeter bundwall dan pusat nyala api. Sebanyak 10 mobil pemadam kebakaran milik Pertamina dan Pemerintah Kabupaten Indramayu dikerahkan untuk memadamkan api.