Sterilisasi gereja-gereja di Kota Semarang dimulai pada Kamis sore. Saat ada orang mencurigakan, akan dihentikan dan dicek identitasnya. Dari hasil rapat koordinasi, umat yang akan masuk dipastikan yang sudah terdata.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Sebanyak 11 gereja besar di Kota Semarang, Jawa Tengah, termasuk Gereja Katedral Semarang, akan dijaga polisi 24 jam pada masa rangkaian paskah, mulai dari Kamis (1/4/2021). Hal itu sebagai bentuk pengamanan karena pelaksanaan ibadah dilaksanakan daring dan luring secara terbatas.
Kepala Bagian Operasional Polrestabes Semarang Ajun Komisaris Besar A Recky Robertho, Kamis (1/4/2021), mengatakan, dari ratusan gereja di Kota Semarang, ada 22 gereja besar, 11 di antaranya mendapat pengamanan 1 x 24 jam. Hal itu karena faktor jumlah umat meski pelaksanaan ibadah tetap dibagi dalam beberapa sesi setiap hari. Pengamanan diperketat agar ibadah dapat berjalan lancar.
Ke-11 gereja tersebut ialah Katedral, Keluarga Kudus, Athanasius Agung, Kerajaan Injil, Theresia, St Mikael, GPIB Immanuel (Blenduk), Santo Yusuf, Alfa Omega Tengah, St Maria Fatima, dan Santo Ignatius Loyola.
Pengamanan itu juga bagian dari menyikapi adanya bom bunuh diri di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021), dan upaya penyerangan di Markas Besar Polri di Jakarta, Rabu (31/3/2021). Tim gabungan, termasuk dari Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Semarang, Kepolisian Daerah Jateng, dan TNI, berjumlah 773 personel.
Sterilisasi di gereja-gereja di Kota Semarang dimulai pada Kamis sore. ”Kalau ada yang mencurigakan, sebelum masuk gereja, akan kami hentikan dan dicek identitasnya. Dari hasil rapat koordinasi, umat yang akan masuk ke gereja juga sudah dipastikan identitasnya,” ujar Kepala Bagian Operasional Polrestabes Semarang Ajun Komisaris Besar A Recky Robertho, Kamis.
Seleksi kepada umat oleh pihak gereja, lanjut Recky, turut membantu kepolisian dalam melakukan pengamanan dan penapisan orang yang hendak masuk ke gereja. Setiap gereja juga membagi waktu ibadah ke dalam beberapa sesi.
Pada Kamis sore, sejumlah personel Polrestabes Semarang, dengan membawa anjing pelacak, menyisir sejumlah titik di Gereja Katedral Semarang di bagian luar dan sekitar altar gereja. Hal itu untuk memastikan area tersebut bebas dari benda-benda berbahaya.
Pastor Kepala Paroki Gereja Katedral Semarang Romo Herman Yoseph Singgih menuturkan, pada Kamis hingga Minggu atau selama rangkaian perayaan Paskah, ibadah dilakukan daring dan luring. Gereja hanya terisi sepertiga dari total kapasitas 900 orang. Selain itu, tersedia juga tempat tambahan di aula dengan kapasitas 100 orang.
Adapun umat Gereja Katedral Semarang sudah memiliki kartu dan mendapat jadwal ibadah. ”Jadi, pasti akan tersaring dan diketahui apakah itu umat katedral atau bukan. Kalau tidak punya kartu, bukan jemaat katedral. Di samping itu, Kapolrestabes juga sudah mengatakan Gereja Katedral akan dijaga 24 jam,” kata Herman.
Selain terkait pengamanan, pembatasan umat yang datang ke gereja juga bagian dalam penerapan protokol kesehatan lantaran masih pandemi Covid-19. Hingga kini, kata Herman, semua umat Gereja Katedral Semarang percaya bahwa negara hadir dan pelaksanaan keamanan dan ketertiban akan dilakukan pihak kepolisian.
Adapun tema Paskah pada kali ini adalah ”Bangkit dan Bertumbuh dalam Kristus, Berbuah dalam Hidup”. ”Itu ajakan bagaimana membangun hidup beriman serta relasi dengan Tuhan. Yang hidup dengan Tuhan pasti akan membawa buah-buah kebaikan dalam kehidupan bersama dengan sesama,” ucapnya.
Narasi ketenangan
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengatakan, pihaknya telah bertemu dengan Forum Kerukunan Umat Beragama serta para tokoh lintas agama guna membicarakan dan mengevaluasi situasi dan kondisi yang terjadi beberapa waktu terakhir. Dari pertemuan itu, semua sudah sepemikiran untuk sama-sama menjaga perdamaian.
”Rasa cinta itu ada dan bersemi. Itu yang mesti kita tunjukkan, bukan kebenciannya. Cerita keguyuban ini bukan reaktif pada satu kondisi saja, tetapi memang selalu dilakukan sejak dulu. Namun, dengan kondisi dan gejala akhir-akhir ini, perlu rembuk bersama untuk narasi-narasi yang menimbulkan ketenangan dan kenyamanan,” ujarnya.
Rasa cinta itu ada dan bersemi. Itu yang mesti kita tunjukkan, bukan kebenciannya.
Ganjar juga mengatakan, warga tak perlu takut untuk beribadah. ”Dengan dukungan masyarakat, semua aman sehingga warga dapat menjalankan ibadahnya dengan tenang. Tunjukkan bahwa semua, baik yang ada di Jateng maupun seluruh Tanah air, cinta damai serta saling menghormati dan menghargai,” lanjutnya.