Uskup Agung Makassar Serukan Perkuat Semangat Persaudaraan
Uskup Agung Makassar mengajak segenap warga Makassar dan Sulsel untuk menghidupkan kembali sejarah toleransi kota pelabuhan itu sembari meningkatkan dialog lintas agama.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Uskup Agung Makassar Mgr Johannes Liku Ada mengajak segenap warga Makassar dan Sulawesi Selatan untuk menghidupkan kembali sejarah toleransi kota pelabuhan itu sembari meningkatkan dialog lintas agama. Upaya dari masyarakat untuk menjaga kerukunan menjadi modal sosial untuk terus mengembangkan persaudaraan.
Dihubungi via telepon, Rabu (31/3/2021), Uskup Johannes mengatakan, ia menemui berbagai organisasi masyarakat Katolik pascaserangan bom bunuh diri di Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar. ”Kami bertekad untuk berjuang bersama teman-teman (dari agama lain) untuk mengembalikan semangat Pancasila, kerukunan, dan persaudaraan,” katanya.
Menurut Johannes, serangan bom itu sungguh mengguncang umat Katolik di Makassar. Namun, aliran dukungan, simpati, dan ungkapan kebersamaan dari saudara lintas agama, termasuk dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulsel, menjadi sumber penghiburan. ”Peristiwa ini justru merekatkan persaudaraan kita,” ujarnya.
Johannes pun mengajak warga Makassar dan Sulsel untuk menilik kembali sejarah Makassar sebagai daerah yang sejatinya sangat terbuka. Pada abad ke-17, sultan-sultan Gowa yang telah memeluk agama Islam mengizinkan umat Katolik yang bermigrasi dari Malaka untuk mendirikan gereja dan menjalankan aktivitas keagamaannya di bawah perlindungan kesultanan.
Kendati begitu, sejarah juga mencatat Sulsel sebagai salah satu pusat berkembangnya gerakan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1950-an. Menurut Johannes, cita-cita yang diusulkan Kahar Muzakkar ini sepertinya belum sepenuhnya hilang. Pada saat yang sama, masalah lain seperti kemiskinan dan ketimpangan juga membelit Makassar.
”Jadi, masalah di Makassar cukup kompleks. Tetapi, upaya dari masyarakat untuk menjaga kerukunan itu sangat bagus, bisa menjadi modal sosial untuk terus mengembangkan persaudaraan dan kerukunan,” katanya.
Paket mencurigakan
Di tengah upaya itu, warga Makassar kembali diresahkan oleh penemuan paket mencurigakan yang awalnya dikhawatirkan berisi bom di Jalan Sungai Pareman I, Kelurahan Lajangiru, Kecamatan Ujung Pandang. Vero Hertarya (44) menemukan kotak paket itu di pekarangan rumahnya sekitar pukul 06.15 Wita.
Menurut dia, kotak paket itu terbuat dari kardus minuman ringan yang terbungkus rapi dengan sampul plastik berwarna coklat. Di sisi atas kotak itu ada tulisan tangan spidol ”ISLAM X”.
”Saya takut membaca tulisan di atas paket karena baru saja ada kejadian (serangan bom) di katedral. Waktu saya angkat, beratnya kira-kira 2-3 kilogram. Dengan gemetar saya bawa ke ujung lorong, kemudian saya kabari ibu ketua RT,” kata Vero.
Ketua RT 003 RW 003 Lajangiru, Rahmiati Arham, segera mengabarkan penemuan itu kepada Polsek Ujung Pandang. Sekitar pukul 07.00, polisi datang untuk memasang garis polisi, disusul kedatangan tim penjinak bom Gegana Brigade Mobil Polda Sulsel pada pukul 08.00. Sejam kemudian, kotak paket tersebut dibawa kepolisian dan aktivitas warga kembali kondusif.
”Kami resah karena tulisannya itu. Kebetulan warga saya di lorong ini sebagian bukan Muslim. Di sebelah lorong juga ada Sekolah Tinggi Theologia Jaffray. Saya sendiri takut untuk mendekat ke paket itu,” kata Rahmiati.
Belakangan terungkap isi kotak tersebut adalah bola lampu bekas. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulsel Komisaris Besar E Zulpan mengatakan, tindakan ini sangat provokatif dan membuat masyarakat panik. Apalagi, ketakutan pascaserangan bom bunuh diri belum sepenuhnya lenyap.
”Entah ini maksudnya bercanda atau memprovokasi, saya rasa tindakan ini tidak terpuji dan sangat disayangkan. Polri akan mencari siapa pelakunya dan kami tindak tegas. Pelaku bisa dikenai pasal berlapis karena mendiskreditkan agama tertentu, memprovokasi, serta meresahkan masyarakat,” ujar Zulpan.
Polda Sulsel juga menyatakan akan berupaya meningkatkan keamanan di tempat-tempat ibadah demi menjaga kerukunan antarumat. ”Ini perintah Bapak Presiden dan Bapak Kapolri. Tidak boleh ada kegiatan keagamaan yang terganggu,” ujar Zulpan.
Keadaan korban
Sementara itu, sebanyak 14 dari 20 korban luka-luka akibat serangan bom bunuh diri pada perayaan Minggu Palma (28/3/2021) masih dirawat di rumah sakit. RS Bhayangkara Makassar merawat 12 orang, sedangkan RS Siloam Makassar dua orang.
Zulpan mengatakan, dua orang masih dirawat di unit perawatan intensif (ICU) karena luka bakarnya cukup parah. Adapun Cosmas Balalembang (52), pegawai gereja yang menghadang dua pelaku, telah melewati masa kritis dan sudah dirawat di ruang biasa.
”Polri membebaskan seluruh biaya pengobatan di RS Bhayangkara bagi semua korban. Di RS Siloam, biaya juga dibebaskan sesuai perintah Presiden, bahwa mereka menjadi tanggungan negara,” kata Zulpan.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Makassar Pastor Joni Payuk CICM mengapresiasi kebijakan pemerintah tersebut. ”Itu hebatnya pemerintah kita sekarang, hadir untuk merawat dan menjaga para korban,” ujarnya.