Pendakian Semeru Dibuka Lagi dengan Menerapkan Protokol Kesehatan
Setelah Gunung Arjuno dan Welirang, kini giliran aktivitas pendakian di Semeru dibuka per 1 April dengan pembatasan dan protokol kesehatan.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Para pendaki tengah mendirikan tenda di tepi Ranu Kumbolo, di lereng Gunung Semeru, masuk di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, 2013. Danau di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut itu menjadi tempat istirahat bagi para pendaki karena berada di jalur pendakian menuju puncak.
MALANG, KOMPAS — Setelah berbulan-bulan ditutup, pendakian Gunung Semeru di perbatasan Kabupaten Malang dan Lumajang, Jawa Timur, kembali dibuka per 1 April. Pembukaan aktivitas pendakian juga dilakukan di Gunung Arjuno dan Welirang di perbatasan Kabupaten Malang, Pasuruan, dan Kota Batu.
Kepala Subbagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) Syarif Hidayat, Rabu (31/3/2021), di Malang, mengatakan, pembukaan pendakian Semeru (3.676 meter di atas permukaan laut/mdpl) dibarengi dengan sejumlah ketentuan yang wajib ditaati oleh pendaki.
Selain membatasi kuota hanya 30 persen dari kapasitas pada kondisi normal, pihaknya juga mewajibkan pendaki membawa surat keterangan sehat dari otoritas terkait, seperti puskesmas. Usia pendaki dibatasi 10-60 tahun.
Pendaki juga diwajibkan membawa peralatan pribadi sendiri, seperti masker dan hand sanitizer. Selama di Semeru, jarak antartenda pendaki juga tidak boleh terlalu dekat satu sama lain. Batas waktu pendakian hanya diizinkan tiga hari dua malam.
”Kuota pendaki pada masa awal ini dibatasi 180 orang dari kapasitas normal 600 orang per hari. Mereka juga hanya bisa booking tiket mendaki secara online. Setelah satu bulan akan dievaluasi lagi apakah kuota ini akan ditambah atau dikurangi,” ujarnya.
KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Bayangan para pendaki yang baru saja bangun dari dalam tenda di tepi Ranu Kumbolo, di lereng Gunung Semeru, masuk di wilayah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada salah satu pagi di tahun 2013. Danau di ketinggian 2.400 mdpl itu menjadi tempat istirahat bagi para pendaki karena berada di jalur pendakian menuju puncak.
Menurut Syarif, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang mengapa kegiatan pendakian baru dibuka saat ini. Pertama, hasil paparan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan, puncak fluktuasi aktivitas vulkanik Semeru telah terjadi pada Desember 2020.
Kuota pendaki pada masa awal ini dibatasi 180 orang dari kapasitas normal 600 orang per hari.
Meski demikian, pendakian tetap dibatasi hanya sampai Kalimati. Pendaki dilarang naik ke Puncak Mahameru. ”Kemarin dua tim internal BBTNBTS, teman sukarelawan, dan Kepala Kepolisian Resor Lumajang juga sudah mengecek langsung ke lokasi. Lokasi sudah dianggap kondusif,” katanya.
Pertimbangan lainnya, menurut Syarif, pendakian diharapkan meningkatkan perekonomian masyarakat. Setahun terakhir, kondisi Desa Ranu Pane di Kecamatan Senduro, Lumajang, yang menjadi pintu gerbang pendakian Semeru, bak kota mati. ”Jadi, untuk menggairahkan roda ekonomi masyarakat,” ucapnya.
Animo pendaki sendiri cukup besar. Untuk hari pertama pembukaan pendakian jumlah mereka belum begitu banyak. Namun, untuk akhir pekan ini, menurut pihak BBTNBTS, jumlah pendaki yang mendaftar hampir memenuhi kuota.
Dua tahun terakhir, berdasarkan catatan Kompas, pendakian Semeru sempat ditutup beberapa kali. Pada September 2019, Semeru ditutup untuk perbaikan ekosistem pasca-kebakaran lahan pada musim kemarau saat itu. Setelah dua bulan dibuka, pada November 2020 Semeru kembali ditutup akibat peningkatan aktivitas vulkanik.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Gunung Arjuno-Welirang di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Pasuruan terlihat dari kejauhan, beberapa waktu lalu.
Sementara itu, aktivitas pendakian dua gunung lain di wilayah Malang, yakni Arjuno dan Welirang, juga sudah dibuka sejak 27 Maret 2021. Seperti halnya Semeru, pendakian ke Arjuno-Welirang juga dilakukan dengan pembatasan dan protokol kesehatan.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya R Soerjo—di mana Arjuno dan Welirang berada—Ahmad Wahyudi mengatakan, kuota pendaki dibatasi kurang dari 50 persen. Pada kondisi normal, kapasitas maksimum 1.500 orang, tetapi saat ini yang diizinkan hanya 300 orang per hari.
Tenda pendaki di Arjuno (3.339 mdpl) dan Welirang (3.156 mdpl) juga dibatasi hanya 50 persen dari kapasitas. Misalnya, satu tenda berkapasitas empat orang, hanya boleh diisi oleh dua orang.
”Mereka juga harus membawa surat keterangan sehat. Suhu tubuh kami periksa, kalau di atas 37 derajat mereka tidak boleh naik,” ujarnya. Menurut Wahyudi, pendaki Arjuno-Welirang yang mendaftar secara online untuk akhir pekan ini juga sudah cukup banyak.
Pendakian ke Arjuno-Welirang ditutup sejak awal pandemi dan baru dibuka 5 September 2020. Namun, 12 Oktober, jalur pendakian ditutup lagi akibat cuaca ekstrem hingga dibuka kembali akhir Maret ini.