Jatim Kembangkan Budidaya Avokad Pameling dan Porang
Ukuran buah avokad pameling asal Malang yang besar ternyata menarik perhatian Kementerian Pertanian. Kementan menargetkan pengembangan budidaya avokad pameling sekaligus porang seluas 2.000 hektar.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memetik buah avokad pameling saat meninjau kebun avokad milik Sanari di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Selasa (30/3/2021)
MALANG, KOMPAS — Kementerian Pertanian menargetkan pengembangan budidaya avokad pameling dan porang seluas 2.000 hektar di Jawa Timur. Untuk mendukung langkah itu dipersiapkan dana kredit usaha rakyat sebesar Rp 70 triliun.
Hal itu dikemukakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat meninjau kebun avokad milik Sanari di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Selasa (30/3/2021) sore. Turut hadir pada kesempatan ini Bupati Malang M Sanusi dan forum komunikasi pimpinan daerah setempat.
”Kami diminta sumbangkan 2.000 hektar (ha). Disiapkan KUR (kredit usaha rakyat) besar sekali anggarannya untuk pameling dan porang. Kami diminta siapkan CPCL (calon petani calon lahan),” ujar Khofifah yang datang ke Wonorejo untuk melihat langsung sumber avokad pameling berada.
Kelima kabupaten yang menjadi bakal pengembangan adalah Ponorogo, Tulungagung, Trenggalek, Probolinggo, dan Malang sebagai kabupaten pemiliki tanaman induk pameling.
Menurut Khofifah, Rabu pekan lalu, sudah ada pertemuan dari lima kabupaten yang dimaksud. Hasil identifikasi lokasi dari kelima kabupaten, baru ada sekitar 32 ha lahan dari target 2.000 ha. Rabu sore ini, tim dari Kementerian Pertanian (Kementan) datang lagi ke Jawa Timur. Adapun 6 April mendatang, menurut rencana, diluncurkan KUR untuk porang di Madiun.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Malang M Sanusi (berpeci) menunjukkan buah avokad pameling saat meninjau kebun avokad milik Sanari di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Selasa (30/3/2021).
”Artinya, Kementan serius sekali bersama bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara) bisa memberikan penguatan kepada petani yang tertarik, terutama gapoktan (gabungan kelompok tani) basisnya untuk bertanam pameling,” ucapnya.
Sejauh ini, lanjut Khofifah, baru ada sekitar 5.000 bibit avokad pameling yang dihasilkan per tahun. Jika setiap hektar lahan membutuhkan 150 batang, maka diperlukan lebih banyak lagi bibit avokad guna memenuhi target.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Budiar Anwar, mengatakan, saat ini luas lahan avokad pameling di wilayahnya mencapai 350 ha. Lokasinya tersebar di beberapa tempat di lereng Gunung Arjuno.
Avokad pameling memiliki kelebihan dibandingkan avokad pada umumnya, khususnya dari sisi ukuran yang lebih besar dengan daging buah tebal. Satu avokad siap petik memiliki bobot di atas 1 kilogram. Dengan perawatan yang baik, satu tanaman bisa menghasilkan 5-6 kuintal dalam setahun.
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Buah avokad pameling di kebun milik Sanari, salah satu petani, di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Selasa (30/3/2021).
Dengan adanya pengembangan komoditas di tempat lain, menurut Budiar, pihaknya juga berharap kelompok tani—di sumber avokad pameling berada—untuk bersatu membangun kawasan pertanian yang lebih bagus. Jangan sampai suatu saat nanti ikon setempat hilang seperti halnya duku singosari yang kini menghilang.
”Untuk petani di Wonorejo jangan sampai berdiam diri karena teknologi budidaya hortikultura terus berkembang. Kalau hanya bangga dengan produk sendiri, mereka akan ditinggalkan kelompok tani yang lain. Karena petani di daerah lain juga sudah menanam pameling yang notabene memiliki lahan lebih luas dan jangkauan transportasi lebih mudah,” ujarnya.
Ialah Sanari (52), petani Wonorejo yang pertama kali mengembangkan avokad pameling. Menurut Sanari, awalnya dia memiliki lima batang bibit avokad, tetapi yang bertahan hanya tiga. Dari tiga batang tersebut, dua pohon di halaman belakang rumahnya dan satu lagi di Kecamatan Turen.
KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO
Buah porang milik Balai Penelitian Aneka Tanaman Kacang dan Umbi (Balitkabi) di Malang, Jawa Timur, Rabu (12/8/2020), Varietas porang hasil riset Balitkabi baru dilepas tahun 2019 dengan nama varietas Madiun.
Dari ketiga batang pohon itulah, pameling dia kembangkan dengan cara stek batang sejak 1997. Hingga kini ia telah menghasilkan ribuan bibit. ”Selain buahnya besar, nilai ekonomisnya juga tinggi. Satu kilogram harganya di atas Rp 25.000,” ujar Sanari yang kini memiliki lahan seluas 2 ha dengan jumlah sekitar 300 pohon.
Avokad telah menembus pasar ekspor. Hendra Nusantara dari CV Ayden Nusantara mengatakan, dirinya sudah mengirim ke Hong Kong dan Uni Emirat Arab (UEA). Pengiriman ke Hong Kong dilakukan sejak Januari 2021 dengan jumlah 7 ton (satu peti kemas) sekali kirim.
”Sudah enam kali kirim ke Hong Kong dengan jumlah 7 ton sekali kirim. Adapun ke UEA kemarin dikirim setengah kontainer. Permintaan seminggu sekali, tetapi kita baru bisa cukupi satu bulan dua kali ke Hong Kong,” katanya.
Menurut Hendra, permintaan avokad tinggi dan saat ini pihaknya tengah memperkenalkan avokad pameling. Harapannya, saat lahan avokad menjadi 2.000 ha nanti pengiriman ke luar negeri bisa dilakukan setiap pekan. Sejauh ini, kontinuitas buah masih menjadi kendala. Avokad yang dikirim Hendra tidak hanya dari Malang, tetapi juga daerah lain di Jawa Timur.
Adapun untuk tanaman porang di Kabupaten Malang, menurut Budiar, belum terdata. Petani hanya menanam saat harga tinggi. Sejauh ini baru Jepang yang menjadi tujuan ekspor porang.