Bersama Meredam Ledakan Kepanikan di Balongan
Di tengah kobaran api yang membakar kilang minyak di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, warga masih saling menyelamatkan. Dalam duka, mereka menguatkan untuk keutuhan bersama.
Ledakan tangki Pertamina RU VI Balongan di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, melukai sekitar 20 warga dan memaksa ratusan orang mengungsi. Namun, kebakaran hebat itu tidak mampu menghanguskan rasa solidaritas warga.
Tidur Ahyati (39) terganggu suara ledakan dan aroma menyengat, Senin (29/3/2021) dini hari. Dahsyatnya ledakan membuat rumah warga Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Indramayu, itu bergetar seperti gempa.
Awalnya, ia pikir gemuruh itu hanyalah petir. Apalagi, saat itu gerimis. ”Saya kira gas bocor, eh ternyata bukan. Terus ada ledakan lagi, jedaaarrrr. Lantai di rumah rasanya hangat,” ujarnya.
Ia lalu membangunkan anaknya, Abizar (4,5 tahun), yang terlelap. Ia menggedor pintu rumah keluarganya. Saat bersamaan, ada aparat TNI dan warga lain juga menggedor rumah warga. Mereka diminta segera mengungsi.
Belakangan ia tahu, tangki PT Pertamina RU VI Balongan meledak dan mengobarkan api. Tempat pengolahan minyak itu membara. Rumahnya hanya berjarak kurang dari 500 meter dari lokasi ledakan.
Mengetahui itu, Ahyati, yang juga guru Pendidikan Anak Usia Dini Bunga Seroja Balongan, sontak mengabarkan kepada orangtua anak didik di grup Whatsapp. Ia juga menelepon beberapa orangtua/wali.
Sibuk mengingatkan warga lain, Ahyati lupa membawa barang-barang yang diperlukan. Hanya ada telepon pintar di saku dasternya. Pintu rumahnya saja tak dikunci. ”Bahkan, saya terpisah dengan anak. Ternyata, dibawa keponakan,” kata Ahyati yang ditinggal suaminya kerja di Jepara, Jawa Tengah.
Di luar, warga sudah berkerumun. Langit tampak kemerahan. Pengujung malam itu terasa seperti langit senja. Namun, jelas tidak ada waktu untuk meratapinya.
Panas-panas. Ayo terus jalan. Rasanya kayak kita dikejar api.
Ahyati lantas menarik gas sepeda motornya ke Pendopo Bupati Indramayu, sekitar 12 kilometer dari Balongan. Kobaran api di sekitar kilang menjauhkan dinginnya malam. ”Panas-panas. Ayo terus jalan. Rasanya kayak kita dikejar api,” katanya mencoba mengingat kejadian itu. Tanpa kata-kata, air matanya jatuh.
Ani (33), warga Desa Balongan, juga terbangun sekitar pukul 01.00 ketika pintu rumahnya digedor seorang petugas. Keluarganya diminta untuk segera mengungsi dan menjauhi tangki pertamina yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.
Suaminya, Sakuri (33), menyiapkan sepeda motor. Ani segera membangunkan Arib (9), anak sulungnya, supaya membangunkan adiknya, Zikri (5). ”Saya kaget dibangunkan Ibu. Ada suara petir keras sekali dan bau bensin, kami panik semua,” kata Arib.
Mereka berlima tak sempat mengemas pakaian dan barang berharga. Satu-satunya barang berharga yang mereka punya adalah baju yang menempel di badan dan sepeda motor.
Suasana di luar rumah begitu ramai dan panik. Beberapa tetangganya keluar dan bertanya tentang keramaian ini. ”Ayo-ayo ngungsi,” ujar Ani kepada tetangganya.
Riuh ajakan tersebut turut diucapkan tetangga lainnya yang berada di atas kendaraan. Kebersamaan untuk saling mengingatkan antartetangga begitu dirasakan saat insiden ini.
Baca juga: Ledakan Tangki Balongan, 20 Orang Terluka, Sekitar 1.000 Mengungsi
Ketika Ahyati dan Ani melaju ke pendopo, Suyetin (54), warga Blok Wisma Jati, Balongan, masih bingung harus mengungsi. Stroke yang ia derita delapan tahun terakhir membuatnya kesulitan berjalan. Saking paniknya, kursi rodanya tidak didorong, tetapi ditarik.
Di tengah kondisi itu, tetangganya yang punya mobil menawarkan tumpangan. Bahkan, warga yang punya mobil sampai pulang pergi ke tempat pengungsian mengantar warga. ”Saya digendong sama adik ipar terus naik mobil ke pendopo. Alhamdulillah, selamat. Dulu pernah ada kebakaran tetapi kecil. Ini ledakan yang paling besar di Balongan,” katanya.
Saya digendong sama adik ipar terus naik mobil ke pendopo. Alhamdulillah, selamat. Dulu pernah ada kebakaran tetapi kecil. Ini ledakan yang paling besar di Balongan.
Ahyati, Ani, dan Suyetin termasuk dari 785 jiwa yang mengungsi di Pendopo Bupati Indramayu, Islamic Center, dan GOR Bumi Putra Pertamina. Hingga Senin sore, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Indramayu mencatat, 932 jiwa terdampak dan mengungsi. Pengungsian kini dipusatkan di GOR BP Pertamina.
Ledakan juga menyebabkan korban luka ringan sebanyak 29 orang dan 6 orang luka berat karena terbakar. Beberapa korban merupakan warga yang melintas di sekitar jalan raya Cirebon-Indramayu via Balongan. Seorang warga dilaporkan meninggal diduga menderita sakit jantung.
BPBD Indramayu juga masih mendata jumlah rumah yang diduga rusak akibat ledakan, misalnya plafon ambruk dan kaca pecah. Adapun warga terdampak berasal dari enam desa di Balongan.
Kejadian tersebut tidak hanya memaksa warga meninggalkan rumahnya, tetapi juga meninggalkan trauma ke warga. Tidak terkecuali anak-anak. Beberapa warga pun mencoba menghilangkan pengalaman pahit itu.
Upaya saling menguatkan tampak dari dongeng yang diberikan sukarelawan di pengungsian. Samsudin (50), pegiat Dongeng Keliling Satwa Langka Indonesia, bersama dengan Wata (52), seniman musik dari Sanggar Seni Gelora Muda, misalnya, bercerita di hadapan pengungsi.
Sorot mata Arib (9), anak pengungsi warga Desa Balongan, terpaku memperhatikan dongeng hilangnya badak cula satu. Dongeng ini mengingatkan dia pada kisah kebersamaan tadi malam. Dia dibangunkan ibunya agar segera bersiap untuk mengungsi. Selanjutnya, dia membangunkan adik-adiknya.
Badak cula satu dikisahkan pergi menghilang di hutan. Keberadaannya tak diketahui, bahkan oleh sahabat dekatnya sendiri, yakni orangutan. Orangutan pun mengajak teman lainnya untuk mencari si badak. ”Kamu mau ikut mencari badak tidak?” kata orangutan kepada hewan lainnya.
Tak butuh waktu lama. Sejumlah hewan setuju untuk mencari badak. Mereka melontarkan pertanyaan kepada penonton, ”Apakah kalian melihatnya?” ”Di manakah dia?”
Baca juga: Dongeng Penekan Trauma bagi Penyintas Ledakan Balongan
Samsudin berlari mengitari penonton. Pada putaran ketiga, badak pun ditemukan di antara sela-sela penonton. Mereka pun bersorak gembira. Suara gelak tawa dan teriakan meramaikan pentas dongeng.
”Semalam juga begitu, sekeluarga bersama-sama berangkat mengungsi. Tidak boleh ada yang ketinggalan di rumah,” ujar Arib polos.
Dalam kesempatan ini, Samsudin mengajak anak-anak untuk menjadi lakon dongeng dengan cara memilih wayang hewan langka yang tersedia. Beberapa anak berpartisipasi dalam cerita dan ikut mencari keberadaan badak cula satu.
”Pesan yang ingin disampaikan supaya anak-anak saling membantu dalam keadaan apa pun. Pentingnya untuk mengutamakan kepentingan bersama. Sikap teman-teman badak cula satu bisa menjadi contoh baik bagi anak-anak, yakni pentingnya menjaga kehadiran satu sama lain (kebersamaan),” kata Samsudin.
Hari mulai gelap di tempat pengungsian. Asap dari tangki Pertamina RU VI Balongan masih mengepul. Seakan mempercepat datangnya malam. Saatnya warga kembali saling menguatkan.