Dongeng Penekan Trauma Bagi Penyintas Ledakan Balongan
Dongeng dan permainan diberikan kepada puluhan anak pengungsi insiden ledakan tangki minyak Pertamina RU VI Balongan di Pendopo Bupati Indramayu, Indramayu, Jawa Barat. Semoga semuanya bisa ikut meredakan trauma.
Oleh
MELATI MEWANGI/ ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
Insiden meledaknya tangki minyak Pertamina RU VI Balongan di Indramayu, Jawa Barat, Senin (29/3/2021), mengusik kepedulian para relawan. Rentan memicu trauma bagi semua tanpa pandang usia, aksi cepat mereka mencoba meredakannya.
Hati Samsudin (50) seperti terkoyak saat mendengar kabar meledaknya tangki minyak di Balongan. Kejadiannya tidak jauh dari rumahnya di Desa Pasekan, Kecamatan Pasekan. Belajar dari pengalamannya mendongeng di berbagai tempat di Indonesia, dia tahu kejadian sebesar itu rentan memicu trauma, tidak hanya untuk orang dewasa tapi juga anak-anak berusia belia.
"Dari kawan-kawan jurnalis di Indramayu, saya tahu para penyintas mengungsi ke Pendopo Bupati Indramayu. Jaraknya hanya lima kilometer dari rumah saya" kata Samsudin. Di sana, ada 320 penyintas tua dan muda, Mereka warga Desa Balongan, Rawadalem, Sukareja, Tegalurung, dan Desa Sukaurip.
Tidak ingin membuang waktu lama, Samsudin segera mengemasi wayang-wayang bergambar hewan terbuat dari karton tebal. dia memasukannya ke dalam kotak asbes bertuliskan Dongeng Keliling Satwa Langka Indonesia.
Wayang-wayang itulah yang biasa jadi rekannya saat mendongeng beragam kisah ke berbagai daerah di Indonesia dalam lima tahun terakhir. Samsudin biasanya membawakan lakon pentingnya menjaga keberadaan hewan liar.
Sebelum pergi menggunakan sepeda motornya, dia tidak ingin sendirian. Dia mengajak Wata, rekannya seorang seniman musik dari Sanggar Seni Gelora Muda Indramayu. Wata piawai memainkan seruling bambu. Samsudin tahu, kemampuan Wata bakal menjadi latar indah bagi dongengnya nanti.
Tiba di sana sekitar pukul 11.00, ia segera mengeluarkan wayang-wayangnya. Bentuknya yang unik dengan mudah menarik anak-anak untuk mendekatinya. Lebih kurang 30 anak duduk bersila menghadap Samsudin yang sudah siap beraksi.
Tidak ada judul khusus dalam pertunjukannya ini. seperti biasanya, Samsudin selalu spontan saat beraksi. Kali ini, dia mengambil kisah tentang kehebohan hutan karena badak bercula satu menghilang tanpa kabar. Atas ajakan orangutan, hewan lainnya berinisiatif mencarinya.
"Kamu mau ikut mencari badak tidak?", tanya orangutan, yang dibawakan Samsudin.
"Ayo," kata sejumlah hewan seperti harimau sumatera hingga beruang madu yang diperankan anak-anak penyintas.
Pencarian pun dimulai. Semua tokohnya blusukan di hutan. Samsudin si orang utan melemparkan pertanyaan. "Apakah kalian melihatnya?" "Dimanakah dia?" kata Samsudin.
Akhirnya, setelah berkeliling selama tiga kali, badak yang dibawa anak penyintas itu ditemukan di antara sela-sela penonton. Semuanya bersorak gembira. Suara gelak tawa dan teriakan meramaikan pentas dongeng. Suara-suara hewan terdengar ditirukan anak-anak itu.
Harapannya, dongeng ini bisa mengingatkan anak-anak tentang kebersamaan. Pentingnya menjaga kehadiran satu sama lain dalam keadaan apapun, termasuk kejadian ledakan kilang minyak ini
"Harapannya, dongeng ini bisa mengingatkan anak-anak tentang kebersamaan. Pentingnya menjaga kehadiran satu sama lain dalam keadaan apapun, termasuk kejadian ledakan kilang minyak ini" kata Samsudin.
Karya Samsudin berhasil memberi harapan. Meski tidak lantas menyembuhkan trauma, setidaknya bisa memunculkan keceriaan pada penyintas anak.
Tawa, misalnya, menghiasi wajah Arib (9), anak penyintas dari Desa Balongan, yang masih trauma. Meski masih belia, ia mengatakan dongeng itu mengingatkan ibunya yang berusah payah membawa dia dan adik-adiknya mengungsi saat api melahap kilang minyak Balongan.
Kepedulian itu tidak hanya datang dari Samsudin dan Wata. Upaya menekan trauma juga dilakukan komunitas Pasukan Relawan Gatsu dari SMKN 1 Indramayu. Mereka mengajak anak-anak bermain dan bernyanyi.
"Awalnya, cuma tiga anak yang ikut. Eh bertambah terus sampai banyak seperti ini (belasan anak)," kata komandan Pasukan Relawan Gatsu, Jihan Nurjanah (17).
Sekitar 12 relawan mengajak anak-anak bermain bahkan tertawa bersama. "Kami ingin mereka ceria, bermain. Biasanya kan mereka main di rumah, tapi sekarang enggak bisa ke rumah," ucapnya.
Bencana bisa datang pada siapa saja dan kapan saja. Daat itu terjadi, kepedulian harusnya juga menjadi milik semua yang mendengarnya.