Peternak sapi mengeluhkan sulitnya menjual ternak di Sumatera Utara selama pandemi Covid-19. Mereka berharap bulan puasa dan Idul Fitri menjadi momentum mengangkat harga ternaknya.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Peternak sapi mengeluhkan sulitnya menjual ternak di Sumatera Utara selama pandemi Covid-19 setahun belakangan. Mereka berharap bulan puasa dan Idul Fitri tahun ini bisa menjadi momentum mengangkat harga ternaknya.
”Saya punya 10 ekor ternak yang siap potong pada Idul Fitri ini. Mudah-mudahan bisa terjual semua,” kata Asnan (60), peternak di sentra peternakan sapi Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Senin (29/3/2021).
Asnan menjual ternaknya dengan harga Rp 13 juta sampai Rp 14 juta per ekor. Beberapa minggu sebelum bulan puasa, biasanya tukang potong atau agen sudah memesan dan memberikan uang muka pembelian ternak sapinya. Namun, sampai saat ini belum ada yang datang.
Menurut Asnan, peternak sapi di desanya biasanya langsung membeli anakan untuk digemukkan setelah menjual ternak sapi siap potong pada Idul Fitri atau Idul Adha. Asnan sendiri membeli ternaknya itu tahun lalu dengan harga sekitar Rp 8 juta per ekor. Setelah digemukkan selama satu tahun, ia menjualnya Rp 14 juta.
”Namun, ada beberapa ekor ternak saya yang sudah lebih dari setahun enggak laku. Padahal, biasanya kami kesulitan memenuhi permintaan,” kata Asnan.
Hal yang sama juga dialami Poniran (62), peternak lainnya di Sampali. Saat ini, ia mempunyai 15 ekor ternak sapi siap potong. ”Mudah-mudahan bisa terjual semua di Idul Fitri ini,” katanya.
Jika lebih dari satu tahun dipelihara, kata Ponirin, peternak akan rugi tenaga. Kenaikan berat badan dan harganya jauh di bawah penggemukan satu tahun pertama. Karena itu, setiap tahun mereka membeli anakan baru agar mendapat untung yang lebih banyak.
Beberapa minggu sebelum bulan puasa, biasanya tukang potong atau agen sudah memesan dan memberikan uang muka pembelian ternak sapinya. Namun, sampai saat ini belum ada yang datang.
Penurunan penjualan ternak sapi tersebut juga tergambar dari anjloknya volume penjualan daging sapi di Pasar Medan Metropolitan Trade Center (MMTC). Amnan Nasution (45), pedagang daging sapi di Pasar MMTC, mengatakan, volume penjualan daging sapinya saat ini sekitar 100 kilogram per hari, turun drastis dari sebelum pandemi 200 kilogram per hari.
”Langganan saya, seperti rumah makan, restoran, dan hotel, banyak yang mengurangi pembelian,” katanya.
Pembeli daging sapi perorangan pun kini hampir tidak ada. Kalaupun ada hanya membeli dalam jumlah kecil, yakni sekitar 2 ons sampai 3 ons. Meski volume penjualan masih rendah, kata Amnan, harga sudah mulai naik dari Rp 110.000 menjadi Rp 120.000 per kilogram.
Amnan mengatakan, penjualannya daging diperkirakan meningkat saat bulan puasa menjadi 150 kilogram per hari. Empat hari sebelum Idul Fitri, penjualan biasanya naik hingga 600 kilogram per hari dengan harga Rp 130.000 per kilogram.
”Saya sudah membeli beberapa ekor ternak sapi sebagai stok menghadapi permintaan yang naik pada Idul Fitri,” kata Amnan.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Barita Sihite mengatakan, stok sejumlah bahan pokok menjelang bulan puasa di Sumut masih aman. Produksi daging sapi di Sumut masih lebih tinggi dari konsumsi.
Namun, harga daging sapi biasanya naik karena permintaan yang meningkat menjelang bulan puasa dan Idul Fitri. Selain daging sapi, stok bahan pangan lainnya, seperti daging ayam, telur, beras, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih, juga masih aman. Namun, harga beberapa komoditas mulai naik.