Jelang Ramadhan, Harga Daging Sapi di Yogyakarta Tak Beranjak
Permintaan daging sapi justru merosot dibandingkan sebelum pandemi.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Harga daging sapi tidak menunjukkan gejolak menjelang bulan Ramadhan, tahun ini. Stok komoditas tersebut dijamin ketersediaannya. Di sisi lain, permintaan komoditas tersebut di pasaran cenderung berkurang.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta (Disperindag DIY), Senin (29/3/2021), harga daging sapi tercatat Rp 120.000 per kilogram. Harga tersebut tidak mengalami perubahan sejak awal tahun ini. Kestabilan harga didukung ketersediaan stok daging yang dijamin pemerintah daerah.
”Komoditas daging sapi kondisinya stok cukup. Harga dalam kondisi yang stabil,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag DIY Yanto Aprianto saat dihubungi, Senin siang.
Berdasarkan data milik Disperindag DIY, hingga Senin (22/3/2021), stok daging sapi yang tersedia berjumlah 496,35 ton. Sementara itu, kebutuhan masyarakat untuk daging sapi mencapai 457,88 ton per pekan.
Yanto menyatakan, jumlah daging sapi yang tersedia masih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebab, sejauh ini, tidak ada lonjakan permintaan maupun harga dari komoditas tersebut.
”Wisata juga belum berjalan optimal. Permintaan dari hotel-hotel juga tidak terlalu banyak. Jadi, masih sangat mencukupi kebutuhan bagi daerah,” kata Yanto.
Stok daging sapi yang tersedia berjumlah 496,35 ton. Sementara itu, kebutuhan masyarakat untuk daging sapi mencapai 457,88 ton per pekan.
Yanto menambahkan, apabila nanti stk daging sapi semakin menipis, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk meminta pasokan komoditas tersebut. Koordinasi juga terus dijalaninya dengan pemerintah tingkat kabupaten dan kota, di DIY. Hal dilakukan dalam rangka menjamin pasokan daging sapi bagi masyarakat.
Ponirah (65), pedagang daging sapi di Pasar Beringharjo, mengatakan, harga jual daging sapi terus stabil dengan nilai Rp 120.000 per kilogram, sejak awal tahun ini. Tidak ada fluktuasi harga. Pasokan daging kepadanya tidak pernah kesulitan.
”Tukang potong banyak stok dagingnya. Cuma memang mereka mengurangi pemotongannya. Biasanya satu hari lebih dari satu ekor yang dipotong, sekarang kurang dari satu ekor,” kata Ponirah.
Ponirah menyatakan, pengurangan pemotongan disebabkan merosotnya permintaan pasar. Pelanggannya kebanyakan terdiri atas pemilik warung bakso. Dibatasi jam berjualan membuat para penjual bakso juga mengurangi jumlah daging yang dibelinya.
”Sekarang, saya sehari hanya bisa jual paling banyak 50 kg. Kalau sebelum pandemi, satu hari saja bisa 1-2 kuintal dijual. Memang pembelinya banyak yang turun,” ujar Ponirah.
Dihubungi terpisah, Suprihati (63), pedagang daging sapi di Pasar Kotagede, menyampaikan hal serupa. Penjualan menurun semasa pandemi. Tetapi, dari stok daging, pemasoknya tidak berkekurangan. Untuk itu, harga daging bisa terus terjaga.
”Rumah makan jam bukanya berkurang. Warung-warung untuk mahasiswa juga belum kedatangan mahasiswa lagi. Otomatis penjualan berkurang,” kata Suprihati.
Saat ini, Suprihati menyebutkan, pihaknya hanya mampu menjual daging sapi 20-30 kilogram per hari. Sebelum pandemi, ia bisa menjual hingga 50 kilogram per hari. Terlebih jika mendekati hari raya keagamaan penjualan akan semakin meningkat.