Ridwan Kamil Mengecam Keras Bom Bunuh Diri di Katedral Makassar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengecam keras bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Ia meminta kepolisian meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi aksi teror serupa.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengecam keras bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pagi. Ia meminta kepolisian meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi aksi teror serupa.
”Saya sangat prihatin. Di saat kita lagi susah menangani Covid-19, masih ada tindakan kriminal terorisme yang menyertai keseharian kita yang cukup sulit. Jadi saya sangat mengutuk keras, apalagi dilakukan di rumah ibadah,” ujarnya di Bandung.
Ledakan bom terjadi sekitar pukul 10.30 Wita di dekat gerbang utama Gereja Katedral Makassar. Pelaku bom bunuh diri tewas dalam kejadian itu. Sembilan orang terluka, terdiri dari lima petugas gereja dan empat anggota jemaat.
Kamil mengatakan sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk meningkatkan kewaspadaan di Jabar. Potensi ancaman teror perlu diantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang.
”Saya sudah mengoordinasikan kepada pihak-pihak keamanan yang berwenang, khusunya kepada Kepala Polda Jabar, untuk meningkatkan kewaspadaan. Jangan sampai ada kejadian tidak terantisipasi seperti hal tersebut di Jabar,” ucapnya.
Kamil berharap, kepolisian segera mengungkap aksi teror itu dengan tuntas. Menurut dia, Indonesia lahir dari keberagaman sehingga sampai kapan pun akan tetap beragam.
”Lawan semua upaya yang ingin memecah belah kerukunan kita. Semoga kita selalu membela Pancasila yang menjadi dasar hidup harmoni dalam keberagaman,” ujarnya.
Ibadah lancar
Pascaledakan bom bunuh diri di Makassar, ibadah Minggu di sejumlah gereja di Kota Bandung berjalan lancar. Jemaat menjalani peribadatan dengan khidmat.
Di Gereja Katedral Bandung, misalnya, jemaat mengikuti misa Minggu Palma sejak Minggu pagi. Seperti ibadah reguler pada minggu-minggu sebelumnya, akses masuk jemaat hanya melalui satu pintu. Hal ini untuk memudahkan pengecekan suhu tubuh jemaat dalam menerapkan protokol kesehatan Covid-19.
Minggu siang, lima personel polisi masuk ke halaman gereja. Mereka duduk di dekat pos pengamanan sambil berbincang dengan petugas keamanan.
Jangan sampai terprovokasi karena akan menguntungkan jaringan terorisme tersebut.
Meliska (26), jemaat, mengatakan tidak takut mengikuti misa Minggu Palma meskipun sudah mengetahui ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar. Ia berharap kejadian tersebut tidak memprovokasi warga untuk saling menyalahkan.
”Tidak ada agama yang mengajarkan aksi teror dan kebencian. Tentu semuanya menyesalkan dan mengutuk aksi bom bunuh diri itu. Namun, jangan sampai terprovokasi karena akan menguntungkan jaringan terorisme tersebut,” ujarnya.
Hingga kini polisi masih menyelidiki kasus bom bunuh diri tersebut. Minggu siang, aparat gabungan yang dipimpin Kepala Densus 88 Antiteror Polri Brigadir Jenderal (Pol) Marthinus Hukom melakukan olah tempat kejadian untuk mengetahui rangkaian ledakan, sekaligus mengidentifikasi jaringan pelaku teror.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono di Jakarta mengatakan, penyelidikan salah satunya bersumber dari temuan barang bukti, alat bukti, dan keterangan dari saksi.
”Untuk jaringannya apa, sedang kami lakukan penyelidikan. Tentunya kami harus mengetahui persis dari barang bukti, alat bukti yang ditemukan, dan keterangan saksi untuk mendapatkan jaringan mana,” kata Argo (Kompas.id, 28/3/2021).