Diperketat, Pengamanan Obyek Vital dan Tempat Ibadah di Jatim
Teror bom di depan Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021), mendorong peningkatan kesiagaan dan kewaspadaan di Jawa Timur, yang pada 13-14 Mei 2018 pernah diguncang teror bom di Surabaya dan Sidoarjo.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·2 menit baca
AFP/INDRA ABRIYANTO
Petugas kepolisian membawa kantong jenazah yang diduga berisi jenazah terduga pelaku ledakan bom di depan gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021).
SURABAYA, KOMPAS — Teror bom di depan Gereja Hati Yesus Yang Mahakudus atau Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021), mendorong Kepolisian Daerah Jawa Timur meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan. Beberapa lokasi yang diawasi ketat addalah obyek vital dan tempat ibadah.
Teror yang diyakini sebagai bom bunuh diri di depan Katedral Makassar itu terjadi seusai umat Katolik di ibu kota Sulsel itu menghadiri perayaan Minggu Palma, rangkaian pekan suci menjelang Paskah. Teror bom di Makassar membangkitkan memori kelam terhadap peristiwa horor serupa yang pernah mengguncang Jatim pada 13-14 Mei 2018 di Surabaya dan Sidoarjo.
Hampir tiga tahun lalu, di Surabaya, ibu kota Jatim, bom meledak di Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Bom juga meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Pelaku teror bom adalah dua keluarga yang terlibat dalam organisasi terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
”Teror bom di Makassar membuat peningkatan kesiagaan dan kewaspadaan,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jatim Komisaris Besar Gatot Repli Handoko.
Menurut Gatot, Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta telah menginstruksikan peningkatan pengamanan di obyek-obyek vital dan tempat ibadah di provinsi berpenduduk 40,7 juta jiwa itu. Petugas masih mencari keterkaitan apakah teror bom di Makassar merupakan ”jawaban” atas penangkapan ratusan terduga teroris sejak awal 2021 oleh Polri.
Di sisi lain, teror bom terjadi pada momen penting khususnya bagi umat Katolik. Pada teror bom 2018 di Surabaya dan Sidoarjo, bom meledak bulan Mei yang oleh umat Katolik diperingati sebagai Bulan Maria dengan devosi melalui doa rosario. Bom di Makassar terjadi pada Minggu Palma yang bagi umat Katolik juga penting karena mengingatkan peristiwa penyambutan Yesus di Jerusalem, sekaligus sepekan sebelum kematian dan kebangkitan Isa Almasih.
Petugas kepolisian berjaga di sekitar lokasi ledakan bom di depan gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021).
Menurut Gatot, teror bom di Makassar memaksa peningkatan kesiagaan dan kewaspadaan aparatur di tengah perjuangan untuk penanganan pandemi Covid-19. Wabah menyerang sejak awal Maret 2020 dan hingga kini belum mereda.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Penerangan Komando Daerah Militer V/Brawijaya Kolonel (Arm) Imam Haryadi mengatakan, personel TNI pada Kodam V/Brawijaya di Jatim akan membantu Polri dalam peningkatan kesiagaan dan kewaspadaan. ”Kami selalu siap membantu Polri demi keamanan masyarakat,” ucapnya.
Selama kurun Januari-Maret 2021, Detasemen Khusus 88 Antiteror telah menangkap lebih dari 20 orang terduga teroris di Jatim. Penangkapan terjadi di Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Blitar, dan Kediri. Penangkapan terkait dengan aktivitas terduga yang dikaitkan dengan organisasi teror, yakni JAD atau Jamaah Islamiyah.