Otorita Pariwisata Labuan Bajo Siapkan Warga Untuk Agrowisata
Agrowisata kopi dikembangkan di Kabupaten Manggarai dan manggarai Timur oleh Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores. Agrowisata kopi akan menjadi daya tarik pariwisata baru di kawasan tersebut.
Oleh
Emilius Caesar Alexey
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores atau BOPLBF menyiapkan masyarakat dan pejabat pemerintah daerah untuk mengembangkan agrowisata kopi di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur. Agrowisata kopi diharapkan menjadi daya tarik tambahan bagi parawisata Labuan Bajo, selain Pulau Komodo, yang menjadi daya tarik utama.
“Kami sedang mengembangkan desa agrowisata kopi di Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai Timur. Oleh karena itu, kami focus untuk mengembangkan sumber daya manusianya terlebbih duulu agar dapat meningkatkan produktivitas tanaman kopi, mengolahnya, menciptakan atraksi wisata, dan mengembangkan desa wisata. BOPLBF bersinergi dengan pemerintah daerah, asosiasi petani kopi, dan para pemangku kepentingan di sektor agrowisata untuk menciptakan sumber daya andal,” kata Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina, melalui siaran pers pada Sabtu (27/3/2021).
Menurut Shana, pihaknya membawa perwakilan dari masyarakan dan pejabat pemda untuk melakukan kunjungan kerja dan studi lapangan. Beberapa perwakilan yang diajak dalam kunjungan itu antara lain Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai dan Manggarai Timur, Asosiasi Petani Kopi Jahe Manggarai (APEKAM), Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), dan perwakilan masyarakat desa yang bertujuan meningkatkan kapasitas SDM di sektor agrowisata kopi.
Kunjungan pertama dilakukan di Kota Magelang, Jawa Tengah. Para peserta berkunjung ke MesaStila Resort yang berlokasi di dalam kawasan kebun kopi seluas 22 hektare. MesaStila yang kini dikenal sebagai Kebun Kopi Karangrejo beroperasi sejak tahun 1920 dan pemiliknya saat itu adalah Gustav van Der Swaan, seorang Indonesia keturunan Belanda. Di kebun kopi Karangrejo ditanami empat jenis kopi, yaitu Robusta, Arabika, Liberica /Exelsa, dan Jawa, yang dipanen setahun sekali.
Selain Magelang, para peserta juga akan mengunjungi Daerah Istimewa Yogyakarta, Banyuwangi, dan Jember (Jawa Timur). “Kami melakukan benchmarking ke Magelang, Yogyakarta, Banyuwangi, dan Jember. Diharapkan kegiatan ini menjadi titik awal pengembangan desa wisata, khususnya agrowisata kopi sehingga nantinya akan tercipta pengembangan produk olahan kopi dan atraksi dari agrowisatanya,” kata Shana.
Saat ini, BOPLBF sedang mempersiapkan pengembangan desa wisata pada segementasi agrowisata kopi. BOPLBF akan menjalankan fungsi koordinasi, pemasaran, promosi, dan pengaturan harga, dan penyediaan informasi.
“Operasionalnya, kami serahkan kepada masyarakat setempat,” kata Shana.
Shana berharap melalui program kunjungan dan studi lapangan itu, para peserta dapat menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan menerapkannya di desa wisata masing-masing.
“Kita sama-sama belajar, baik melalui pemaparan maupun diskusi. Kami berharap materi yang telah disajikan dapat menjadi ilmu pengetahuan yang berharga untuk diterapkan dalam mengembangkan agrowisata kopi di Labuan Bajo – Flores,” kata Shana