Harga Cabai di Tegal Setara dengan Harga Daging Sapi, Warga Diminta Tanam Sendiri
Harga cabai rawit merah di daerah di pantura barat Jateng tembus Rp 120.000 per kilogram atau setara dengan harga daging sapi. Masyarakat diminta menanam sendiri cabai untuk mengurangi ketergantungan pada pasar.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Dua pekan jelang Ramadhan, harga cabai rawit merah di sejumlah daerah di kawasan pesisir pantura barat Jawa Tengah melambung tinggi, setara dengan harga daging sapi. Masyarakat diminta menanam cabai di rumah untuk mencukupi kebutuhannya masing-masing.
Sejak sepuluh hari terakhir, harga cabai rawit merah di sejumlah pasar tradisonal di Kota Tegal dan Kota Pekalongan tembus Rp 120.000 per kilogram dari harga sebelumnya, Rp 110.000 per kilogram. Harga tersebut setara dengan harga sekilo daging sapi.
Di Pasar Induk Banyurip, Kecamatan Pekalongan Selatan, Kota Pekalongan, misalnya, harga cabai rawit merah bahkan pernah mencapai Rp 123.000 per kilogram. Hal itu terjadi pada dua pekan lalu.
Aminah (41), pedagang cabai di Pasar Induk Banyurip, menuturkan, peningkatan harga cabai rawit merah terjadi sejak dari tingkat petani. ”Dari tingkat petani sudah mahal, Rp 115.000 per kilogram dari sebelumnya Rp 80.000 per kilogram. Katanya, stok cabai rawit merah di mereka memang sedikit karena banyak yang gagal panen akibat curah hujan tinggi,” kata Aminah, Minggu (28/3/2021).
Mahalnya harga dan terbatasnya stok cabai rawit merah membuat Aminah harus mengurangi pembelian cabai. Biasanya, Aminah membeli 10 kilogram cabai untuk dijual selama seminggu. Sejak harga cabai melambung, ia hanya membeli 5 kilogram cabai untuk seminggu.
Isah (39), pedagang cabai di Pasar Pagi Kota Tegal, mengeluhkan kenaikan harga cabai rawit merah di wilayahnya. Menurut Isah, mahalnya harga cabai membuat masyarakat mencari alternatif lain. Alternatif yang dipilih masyarakat adalah membeli cabai bubuk atau membeli cabai busuk.
”Harga cabai bubuk per kilogram sekitar Rp 90.000. Sementara harga cabai busuk sebesar Rp 50.000 per kilogram. Biasanya, pembeli membeli cabai jenis ini untuk dicampur dengan cabai segar menjadi bumbu,” ujar Isah.
Semenjak harga cabai tinggi, Isah hanya mampu menjual paling banyak 1 kilogram cabai rawit merah segar dalam sehari. Sebelumnya, paling tidak, Isah bisa menjual cabai rawit merah sebanyak 3 kilogram per hari. Adapun pejualan cabai busuk di warung Isah bisa mencapai 5 kilogram dalam sehari.
Sumiyatun (55), warga Kecamatan Margadana, Kota Tegal, yang juga merupakan pemilik warung makan, beralih membeli cabai busuk sejak harga cabai melambung. Cabai busuk itu kemudian dicuci kembali dan dicampur dengan cabai segar sebagai bumbu masakan.
Cabai busuk itu kemudian dicuci kembali dan dicampur dengan cabai segar sebagai bumbu masakan.
”Biasanya, bagian cabai yang busuknya saya buang, terus bagian yang bagusnya saya olah. Nanti perbandingannya 60 persen cabai segar dan 40 persen cabai yang ini (busuk),” ujar Sumiyatun.
Sumiyatun mengungkapkan, dirinya baru pertama kali menggunakan metode itu untuk menekan biaya produksi. Pada tahun-tahun sebelumnya, saat harga cabai melambung, Sumiyatun masih bisa membeli cabai segar. Sebab, kala itu, kondisi perekonomiannya masih stabil.
”Sejak korona, perekonomian morat-marit. Harga-harga pada naik, tetapi pembeli tidak mau kalau saya menaikkan harga makanan, jadi harus disiasati,” katanya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi Jawa Tengah, harga cabai rawit merah di wilayah pantura barat pada tiga bulan pertama 2021 stabil naik. Pada Januari, rata-rata harga cabai rawit merah di wilayah tersebut sebesar Rp 60.000 per kilogram.
Harga itu lebih tinggi daripada harga komoditas serupa pada Desember 2020, yakni Rp 50.000 per kilogram. Kemudian pada bulan Februari harga cabai rawit merah kembali meningkat menjadi Rp 80.000 per kilogram.
Tanam sendiri
Menyikapi terus meningkatntya harga cabai di pasaran, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tegal meminta masyarakat mencoba menanam sendiri cabai di sekitar rumah mereka sehingga ketergantungan masyarakat terhadap cabai di pasaran bisa dikurangi.
”Untuk mengatasi mahalnya harga cabai, masyarakat perlu berupaya menanam cabai sendiri di rumahnya. Kalau harganya mahal, tinggal petik sendiri di rumah, tidak sepenuhnya bergantung sama ketersediaan di pasar,” ujar anggota TPID Kota Tegal, Dodi Nugraha.
Dodi menambahkan, TPID Kota Tegal akan melakukan operasi pasar cabai untuk menstabilkan harga cabai rawit merah. Tak hanya cabai, operasi pasar yang akan digelar dalam waktu dekat tersebut juga akan menyediakan produk lain yang berpotensi menyumbang inflasi, seperti tempe, bawang merah, cabai merah besar, dan telur ayam ras.
Sementara itu, Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMK Kota Pekalongan Haryati menilai, kenaikan harga komoditas di wilayahya masih dalam tahap wajar. Selama Ramadhan, pihaknya menjamin ketersediaan bahan pangan, termasuk cabai.
”Kami akan terus memantau harga dan rutin mengecek stok bahan-bahan pangan di pasaran. Jika persediaan (bahan pangan) sudah menipis, nanti kami datangkan dari wilayah lain, seperti Semarang dan Brebes,” kata Haryati.