Stok Cukup, Harga Bahan Pokok di DIY Dijamin Stabil Jelang Ramadhan
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menjamin harga bahan pokok tetap stabil menjelang bulan Ramadhan tahun ini. Kestabilan harga diyakini bisa terjadi dengan kecukupan stok bahan pokok.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menjamin harga bahan pokok tetap stabil menjelang bulan Ramadhan tahun ini. Kestabilan harga diyakini bisa terjadi dengan kecukupan stok bahan pokok. Sejauh ini, fluktuasi harga pangan hanya terjadi pada cabai rawit.
”Situasi harga bahan pokok cukup terkendali saat ini. Tidak ada perubahan harga signifikan dan rata-rata masih stabil,” kata Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Daerah Istimewa Yogyakarta (Disperindag DIY) Yanto Aprianto, saat dihubungi, Minggu (28/3/2021).
Menurut data pantauan Disperindag DIY, dari sejumlah pasar induk di DIY, Sabtu, 27 Maret, harga beras berkisar Rp 10.000 hingga Rp 13.000 per kilogram (kg). Harga minyak goreng mencapai Rp 13.000 per liter. Harga daging sapi rata-rata sekitar Rp 120.000 per kg, sedangkan harga daging ayam mencapai Rp 33.000 per kg. Harga telur ayam mencapai Rp 22.000 per kg.
Tidak ada perubahan harga berarti yang terjadi hingga Minggu pagi. Berdasarkan pantauan Kompas, di Pasar Beringharjo, harga bahan pokok seperti beras, minyak goreng, dan daging sapi tidak mengalami perubahan. Perubahan harga terjadi pada daging ayam dan telur. Daging ayam harganya meningkat menjadi Rp 34.000 per kg, sedangkan harga telur turun menjadi Rp 20.000 per kg.
”Naik turun harga hanya sekitar 5 persen. Kemungkinan berkisar Rp 500-Rp 1.000. Stok-stok dari bahan pokok sendiri tidak bermasalah,” kata Yanto.
Data Disperindag DIY menunjukkan, hingga Sabtu, stok beras yang tersedia masih 46.634 ton dari kebutuhan masyarakat yang mencapai 6.236,12 ton per pekan. Daging sapi tersedia 496,35 ton dari kebutuhan masyarakat 457,88 ton per pekan. Daging ayam tersedia 861,75 ton dari kebutuhan masyarakat 706,77 ton per pekan. Telur tersedia 722,60 ton dari kebutuhan masyarakat 651,33 ton per pekan.
”Kami akan terus pantau menjelang bulan puasa. Diharapkan masyarakat bisa berbelanja dengan tenang dengan stok dan harga yang terkendali,” ujar Yanto.
Yanti Rono (56), pedagang bahan pokok di Pasar Beringharjo, menyebutkan, harga bahan pokok relatif stabil menyambut masa Ramadhan. Kondisi harga stabil terjadi sejak awal tahun ini. Tidak ada fluktuasi harga yang merepotkan para pedagang. Pasokan stok bahan pokok pun terjamin. Hanya saja, pembelinya memang cenderung sepi.
Tidak ada fluktuasi harga yang merepotkan para pedagang. Pasokan stok bahan pokok pun terjamin. Hanya saja, pembelinya memang cenderung sepi.
”Daya belinya memang rendah. Kemungkinan karena ini masih pandemi (Covid-19). Kalau pasokannya lancar-lancar saja,” kata Yanti.
Ia menambahkan, pelanggannya kebanyakan terdiri dari warung makan dan pengelola hotel. Jumlah bahan pokok yang dibeli para pelanggannya lebih sedikit di masa pandemi. Sebab, pelanggannya juga menurun penjualannya selama pandemi ini.
Sementara itu, Harti (45), pedagang daging ayam di Pasar Beringharjo, menyatakan, kenaikan harga daging ayam terjadi akibat pembatasan pemotongan ayam yang dilakukan peternak. Pembatasan stok sengaja dilakukan karena jumlah konsumen yang menurun.
”Jadi, daging yang disediakan berkurang. Kami memotong lebih sedikit. Kalau dipotongnya banyak, tetapi tidak ada yang beli, tentu kami merugi,” tuturnya.
Lebih lanjut, Harti menyatakan, selama pandemi Covid-19, penjualannya berkurang hingga 50 persen. Sebab, pelanggan utamanya merupakan para pemilik warung makan. Padahal, para pengelola warung makan juga sedang mengalami penurunan penjualan. Praktis, mereka pun membeli daging ayam dalam jumlah yang lebih sedikit.
Harga cabai naik
Yanto mengatakan, komoditas yang cenderung mengalami kenaikan harga adalah cabai rawit. Harga cabai rawit sempat menyentuh Rp 120.000 per kg pada pertengahan Maret. Namun, harganya mulai kembali turun mencapai Rp 85.000 per kg memasuki pekan ketiga Maret.
”Kenaikan harga ini disebabkan cuaca ekstrem. Hasil panennya tidak banyak sehingga barang yang masuk ke pasar terbatas. Selain itu, cabai juga hanya bertahan tiga hari karena cepat membusuk,” kata Yanto.
Terkait hal itu, Sutarmini (65), pedagang cabai di Pasar Beringharjo, mengatakan, harga cabai sudah kembali turun menjadi Rp 70.000 per kg pada Minggu. Pekan lalu, harga cabai yang dia jual sekitar Rp 90.000 per kg. Menurut dia, dari segi penjualan tidak ada persoalan.
”Cabai tidak sulit menjualnya. Satu hari kira-kira saya menjual 50 kilogram. Tetapi, ini memang sudah mulai turun kembali harganya,” kata Sutarmini.