Polisi terus menyelidiki kasus ledakan bom bunuh diri di Makassar. Sejauh ini, pelaku disebut dua orang, yakni pria dan wanita, tetapi belum ada penjelasan apa hubungan kedua pelaku.
Oleh
RENY SRI AYU, M FINAL DAENG
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengatakan, pelaku bom bunuh diri di Katedral Makassar berjumlah dua orang. Namun, sejauh ini hanya satu inisial yang disebut, yakni L, dan belum diketahui relasi kedua pelaku yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu.
Kedua pelaku terkait jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang kelompoknya digerebek di Villa Mutiara Makassar, awal Januari lalu. Pada penggerebekan itu, dua anggota JAD tewas.
”Tadi pagi terjadi ledakan bom yang mengakibatkan dua orang yang diduga pelaku. Terkait identitas pelaku adalah inisial L. Yang bersangkutan merupakan kelompok dari pelaku yang beberapa waktu lalu diamankan. Kelompok ini juga terkait dengan kelompok yang melakukan aksi di Filipina, 2018. Bom yang digunakan adalah jenis bom panci,” tutur Kapolri di Makassar, Minggu (28/3/2021). Kapolri hadir di Makassar pascaledakan bom bunuh diri.
Saat ini, lanjut Kapolri, aparat menindaklanjuti hal ini dengan melakukan pemeriksaan deoxyribonucleic acid (DNA).
”Mereka adalah bagian atau kelompok yang beberapa waktu lalu ditangkap. Ada 20 orang yang kami amankan saat itu. Terkait kasus ini, kami sudah amankan empat orang di Bima (NTB) yang juga terkait dengan aksi teror,” kata Kapolri.
Penggerebekan kelompok JAD di Makassar dilakukan aparat Densus 88 pada Rabu, 6 Januari 2021, di perumahan Villa Mutiara. Dua terduga teroris yang ditembak mati adalah MR (46) dan SA (23). Keduanya adalah mertua dan menantu. Belasan lainnya ditahan.
Dalam penjelasannya kepada wartawan saat itu, Kapolda Sulsel Irjen Merdysam mengatakan, kelompok ini memiliki banyak anggota dan menyatakan dukungan pada khilafiah.
Polisi sudah mengintai kelompok ini sejak lama. Bermula saat mereka ikut baiat mendukung Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Lalu, mereka aktif menggelar kajian dan latihan.
Mereka juga aktif merekrut anggota yang berafiliasi dengan NIIS dan secara ideologi mendukung khilafiah dan tergabung dalam JAD. Kelompok ini diketahui menyusun serangkaian rencana aksi, antara lain penyerangan dan bom bunuh diri.
Data terbaru menyebut jumlah korban luka akibat bom katedral adalah 20 orang. Sebagian korban sudah diperbolehkan pulang, tetapi sebagian lagi masih dirawat karena mengalami luka bakar cukup serius.
Kapolri mengimbau masyarakat tidak panik karena saat ini aparat mengikuti gerakan kelompok ini. Densus dan aparat sudah bergerak.
Kapolri mengimbau masyarakat tidak panik karena saat ini aparat mengikuti gerakan kelompok ini.
Ledakan bom di Katedral Makassar terjadi Minggu sekitar pukul 10.35 Wita. Pastor Wilhelmus Tulak yang bertugas memimpin misa pada Minggu pagi mengatakan, ledakan terjadi saat pergantian jemaat dari misa kedua ke misa ketiga.
”Saat itu, saya beranjak menuju ruangan saya dan tiba-tiba terdengar ledakan cukup keras. Saya keluar dan melihat kaca-kaca pecah. Kaca pecah lebih banyak berasal dari Hotel Singgasana yang berada di samping gereja,” kata Wilhelmus.
Sementara itu, tiga korban luka dibawa ke Rumah Sakit Stella Maris, Makassar. Direktur Rumah Sakit Stella Maris dr Luisa Nunuhitu mengatakan, satu korban luka ringan sudah diperbolehkan pulang. Namun, dua lainnya masih harus dirawat.
”Satu orang dirawat di ICU karena perlu penanganan lebih ketat akibat mengalami luka bakar. Satu orang lainnya dirawat di ruang perawatan biasa, tapi keduanya dalam kondisi stabil,” ujar Luisa.
Kedua korban yang dirawat itu, lanjutnya, merupakan petugas parkir gereja. Korban yang dirawat di ICU disebutkan mengalami luka bakar 20 persen, sebagian besar di wajah. ”Kami akan terus melakukan observasi terhadap pasien itu dengan didampingi oleh dokter terkait,” ujar Luisa.