Selaraskan Tata Kota Kupang dengan Kekhasan Lokal Nusa Tenggara Timur
Penataan Kota Kupang oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat bakal menelan anggaran Rp 125 miliar. Semuanya tetap memperhatikan arsitektur lokal Nusa Tenggara Timur.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·2 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Penataan kawasan di Kota Kupang harus memperhatikan keberadaan unsur lokal khas Nusa Tenggara Timur. Tujuannya agar segala jenis pembangunan infrastruktur itu selaras dengan kebutuhan warga dan kondisi geografisnya.
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menggelontorkan anggaran senilai Rp 125 miliar untuk Kota Kupang. Dana itu akan digunakan untuk membangun tiga bundaran dan empat gerbang masuk Kota Kupang tahun anggaran 2021-2022.
Tiga bundaran itu berada di Jalan El Tari, sekitar patung Kirab, dan sekitar patung Tirosa. Sedangkan empat gerbang ada di Bimoku yang menjadi pintu masuk kota Kupang dari Timor Leste, Bolok (pintu masuk warga melalui laut), Penfui (pintu masuk dari Bandara El Tari), serta Belo (pintu masuk dari arah utara Kupang).
Ahli tata ruang dari Universitas Nusa Cendana, Kupang, Prof Set Malelak, di Kupang, Jumat (26/3/2021), mengatakan, rencana penataan Kota Kupang patut didukung. Namun, pelaksanaannya harus menyesuaikan dengan kekhasan daerah.
”Selain selaras dengan tata kehidupan masyarakat setempat, hal itu juga bisa mendorong warga luar daerah untuk menyelami banyak hal tentang Kupang dan NTT,” katanya.
Ia mencontohkan pembangunan sistem drainase dalam kota. Selama ini, setiap terjadi hujan lebat, banjir dan genangan air muncul di sejumlah titik. Penyebabnya, banyak jalan tidak memiliki sistem drainase yang ideal. Namun, ia mengingatkan agar pembangunannya disesuaikan dengan kondisi geografis di Kupang.
”Sebaiknya air tidak dialirkan ke laut, tetapi ditampung di tanah. Struktur tanah Kota Kupang berbeda. Apabila air dialirkan ke laut, Kupang akan mengalami kekeringan luar biasa. Saat ini hampir 70 persen warga Kupang bergantung pada air tanah,” kata Malelak.
Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore memastikan, tata kota di Kupang akan menonjolkan kearifan khas daerah, mulai dari penataan bebatuan hingga arsitektur adat kedaerahan. Sisi kiri-kanan jalan juga akan ditanam pepohonan khas Kupang, seperti flamboyan dan lontar. Dilelang Juni 2021, proyek ini diperkirakan rampung pada 2022.
”Pembangunan empat gerbang, misalnya, tidak sekadar membangun plang atau gapura. Bangunan ini akan dilengkapi rest area, halte bus, dan ruang publik sebagai tempat rekreasi,” katanya.
Pemkot Kupang, kata dia, tengah memperkenalkan rencana ini kepada masyarakat. Menurut dia, penggantian tanah warga yang bakal masuk dalam kawasan pembangunan proyek akan mendapat perhatian utama. ”Perlu kerja sama dan dukungan semua pihak agar niat baik pemerintah pusat mempercantik wajah kota terlaksana,” kata Jefri.