Pedagang Pasar Pun Kucing-kucingan dengan Petugas Vaksin
Hoaks masih beredar di semua lapisan masyarakat, termasuk pedagang pasar, hingga menghambat program vaksinasi. Sosialisasi yang gencar dan terus-menerus perlu dilakukan berbagai pihak untuk memutus rantai hoaks vaksin.
Sejak program vaksinasi diluncurkan pemerintah, informasi palsu alias hoaks terus memapar publik. Kabar palsu, mulai dari soal kehalalan hingga efek samping vaksinasi, menelikung setiap orang dari semua lapisan. Tak terkecuali pedagang pasar di Kota Tegal, Jawa Tengah, yang bahkan sempat kucing-kucingan dengan petugas karena menolak divaksinasi.
Pasar Langon, Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, Kamis (25/3/2021) pagi. Riuh rendah aktivitas jual-beli pagi itu makin heboh akibat kedatangan polisi. Mereka mondar-mandir membantu pengelola pasar menghampiri satu per satu pedagang. Bukan mengusut kasus kejahatan, mereka sedang memberi penjelasan terkait vaksinasi Covid-19.
”Ayo bapak-bapak dan ibu-ibu, kita ikut vaksinasi Covid-19! Tidak usah takut, vaksin ini sudah terbukti aman dan halal,” kata salah satu petugas. Semakin siang, suara-suara yang lantang itu berubah menjadi parau.
Baca juga: Capaian Rendah, Tim Vaksinasi ”Mobile” Diterjunkan di Pekalongan
Menjelang siang, mendekati waktu vaksinasi, drama pun terjadi. Kejar-kejaran antara petugas dan pedagang pasar tak terelakkan. Para pedagang yang keukeuh tak ingin divaksin mencoba melarikan diri dari petugas.
Peristiwa itu pun menyita perhatian dan mengundang tawa masyarakat di dalam pasar. Setelah beberapa saat berkejaran, sejumlah pedagang berhasil ditangkap petugas.
Para pedagang yang ”tertangkap” itu kemudian diajak menuju ke mobil puskesmas keliling yang sejak pagi terparkir di halaman pasar. Delapan pedagang yang mendapat giliran vaksinasi itu masuk ke dalam mobil satu per satu. Di dalam mobil, para pedagang kembali terkekeh menceritakan ulang adegan kejar-kejaran mereka dengan petugas.
”Tadinya saya mau kabur, eh tertangkap. Kurang kencang larinya karena sambil tertawa,” ujar Nunung (30), pedagang perabotan rumah tangga di Pasar Langon.
Sehari sebelumnya, dia langsung kabur saat melihat pengelola pasar dan polisi masuk ke pasar. Nunung beralasan, ia melarikan diri karena takut divaksin.
Kamis adalah hari kedua Nunung mencoba melarikan diri dari petugas. Sehari sebelumnya, dia langsung kabur saat melihat pengelola pasar dan polisi masuk ke pasar. Nunung beralasan, ia melarikan diri karena takut divaksin.
”Saya pernah baca di Facebook, katanya kalau habis divaksin ada yang pusing, ada yang mual-mual, terus ada juga yang pingsan. Salah satu pembeli juga pernah cerita kalau ada tetangganya yang meninggal setelah divaksin. Ya, takutlah saya,” kata Nunung.
Nunung mengaku, ia sempat menceritakan kabar yang ia terima itu kepada pedagang lain. Ia serta sejumlah pedagang lain pun mengaku telah berencana menutup lapaknya dan melarikan diri saat diminta mengikuti vaksinasi. Namun, setelah ”tertangkap” petugas, Nunung akhirnya mau mengikuti vaksinasi.
Isnawati (40), pedagang bubur di Pasar Langon, menjadi salah satu orang yang terpengaruh dengan hoaks yang berkembang di lingkungan pasar. Informasi bohong yang diterima Isnawati mirip dengan yang diterima Nunung.
Sejak Selasa (23/3/2021), Isnawati mengaku waswas dan berupaya terus menghindari pengelola pasar. Hingga Kamis siang, ia menyerah dan setuju untuk mengikuti vaksinasi.
”Saya mau divaksin hari ini karena lihat Nunung ikut (vaksinasi). Awalnya ragu, tetapi petugas terus-menerus membujuk dengan bilang kalau tidak ada yang perlu ditakutkan, bismillahsajalah,” ujarnya.
Setelah perjuangan yang cukup melelahkan, Nunung, Isnawati, dan delapan pedagang lainnya akhirnya diantar dengan mobil Puskesmas Keliling untuk menjalani vaksinasi di Puksesmas Slerok, Kecamatan Tegal Timur. Baik Nunung maupun Isnawati mengaku tidak merasakan gejala apa-apa setelah divaksin. begitupun pedagang lain.
Baca juga: Memahami Penolakan Vaksin Covid-19
”Ternyata, vaksin itu tidak sakit. Terus, yang kata orang-orang bikin ngantuk, lapar, pusing, atau apalah itu tidak saya rasakan,” kata Isnawati.
Nunung pun bertekad akan menjadi agen pemutus rantai penyebaran hoaks di pasar. Ia berjanji akan menceritakan pengalamannya kepada pedagang pasar lain sehingga para pedagang yang masih belum divaksin karena takut bisa terinspirasi untuk mau divaksin. ”Nanti akan saya pengaruhi para pedagang supaya mau divaksin. Ini semua demi kebaikan bersama,” ujarnya.
Sosialisasi
Kepala Pasar Langon Untung Santoso mengatakan, upaya sosialisasi terkait vaksinasi sudah dilakukan sejak sebulan terakhir. Sosialisasi dilakukan melalui grup percakapan pedagang, pengeras suara di pasar, hingga secara langsung mendatangi pedagang satu per satu. Kendati demikian, dari sekitar 200 pedagang, baru 19 orang yang divaksin.
Untung menargetkan, paling tidak 50 pedagang di Pasar Langon bisa tervaksin sebelum April. Hal itu dilakukan untuk membentuk kekebalan komunitas.
”Awalnya, vaksinasi ini ditujukan untuk pedagang yang berusia di atas 50 tahun. Karena banyak yang tidak mau, jadi seadanya dulu. Nanti yang lain menyusul seiring waktu,” kata Untung.
Dia mengungkapkan, selain termakan hoaks, sebagian pedagang juga enggan divaksin karena tidak mau meninggalkan dagangannya terlalu lama. Untuk mengatasi persoalan ini, vaksinasi pedagang dijadwalkan pada siang hari saat pembeli di pasar sudah mulai sepi. Puskesmas juga menyediakan mobil layanan keliling untuk menjemput dan mengantar pedagang pasar yang akan divaksin.
Hingga 22 Maret, sebanyak 16.943 orang dari target sasaran 42.590 orang di Kota Tegal sudah divaksin. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan, petugas layanan publik, wartawan, pedagang pasar, dan warga lanjut usia.
”Dengan target sasaran tersebut, Kota Tegal membutuhkan vaksin 20.360 vial multidosis. Sejauh ini, baru 3.340 vial multidosis yang kami terima,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Tegal Sri Primawati Indraswari.
Menurut Prima, pihaknya masih menunggu arahan dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng untuk pengambilan vaksin. Sembari menunggu, sisa vaksin yang ada saat ini akan segera disuntikkan kepada para sasaran vaksinasi.
Baca juga: Beredar Kabar Bohong Vaksin Sinovac Merusak Otak dan Mematikan
Dalam sehari, Kota Tegal menargetkan bisa memvaksin 1.440 orang. Hal itu dilakukan dengan memberi target minimal vaksinasi kepada fasilitas layanan kesehatan. Untuk puskesmas, misalnya, ditarget memvaksin 80 orang per hari, klinik kesehatan ditargetkan memvaksin 50 orang per hari, dan rumah sakit ditargetkan memvaksin 200 orang dalam sehari.
”Kendala penolakan dari sejumlah orang memang masih ada, tetapi sedikit sekali. Kalaupun ada yang menolak, kami akan mencoba untuk memberi pengertian agar mau divaksin,” ujar Prima.
Tidak hanya di Kota Tegal, penolakan vaksin oleh pedagang pasar juga terjadi di Kabupaten Tegal, awal Maret. Para pedagang di Pasar Kupu, Kecamatan Dukuhturi, menolak untuk divaksin karena ketakutan setelah membaca informasi bohong.
Kala itu, polisi dan petugas dinas kesehatan setempat harus mendatangi satu per satu pedagang untuk memberi pemahaman tentang pentingnya vaksinasi. Upaya itu membuahkan hasil. Sebanyak 80 orang dari target sasaran 100 orang akhirnya mau divaksinasi.
Sosialisasi terkait vaksinasi sudah sering dilakukan. Namun, sebagian masyarakat sudah terlanjur termakan hoaks, jadi butuh untuk diberi pemahaman lagi. (Eko Budi)
”Sebenarnya, sosialisasi terkait vaksinasi sudah sering kami lakukan. Namun, sebagian masyarakat sudah telanjur termakan hoaks, jadi butuh untuk diberi pemahaman lagi,” kata Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal Eko Budi Prasrianto Prabowo.
Eko menyebut, selain vaksinasi, pemerintah juga dituntut mesti lebih gencar menyosialisasikan pentingnya vaksinasi. Sebab, hoaks yang beredar di masyarakat terkait vaksin Covid-19 juga cukup banyak.
Seperti dalam catatan Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo), sedikitnya ada 97 hoaks terkait vaksin Covid-19 sepanjang Maret 2020 hingga Februari 2021. Hoaks menyebar di berbagai platform media sosial, di antaranya Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dan Whatsapp. Dari segi komposisi, hoaks paling banyak adalah tentang isu keamanan vaksin dan soal kehalalan bahan penyusun vaksin (Kompas, 2/3/2021).
Baca juga: Menolak Vaksin karena Percaya Hoaks
Kini, seiring perjuangan melawan pandemi, ada sejumlah hal kecil berdampak besar yang bisa dilakukan masyarakat. Hal-hal tersebut, antara lain, mengikuti anjuran pemerintah untuk terus menerapkan protokol kesehatan, menyediakan diri divaksin jika mendapat kesempatan, dan menjadi agen perubahan dengan cara berhenti menyebarkan informasi yang belum terverifikasi kebenarannya.