Pemanfaatan Sumber Umbulan di Kabupaten Pasuruan untuk kebutuhan air bersih bagi lima daerah di Jawa Timur sudah berjalan. Masyarakat sekitar berharap, jangan ada lagi ”penjajahan gaya baru” gara-gara itu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·6 menit baca
DAHLIA IRAWATI
Pemandangan Sumber Umbulan di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (22/03/2021). Pada hari itu, Presiden Joko Widodo meresmikan proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan. Air bersih dari Sumber Umbulan tersebut akan digunakan untuk menyediakan air minum bagi warga Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo.
”Menurut sejarahnya, nenek moyang bangsa Indonesia dipaksa kerja rodi menata Sumber Umbulan agar airnya bisa dimanfaatkan dengan mudah oleh Belanda. Sekarang, warga berharap jangan ada lagi ‘penjajahan’ gaya baru di Umbulan,”.
Demikian doa dari warga Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (22/03/2021), usai Presiden Joko Widodo meresmikan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan. Mereka berharap, air bisa dimanfaatkan oleh banyak orang, tanpa meninggalkan warga yang sebenarnya memiliki hak terbesar atas sumber mata air tersebut.
Penjajahan di sini adalah ungkapan untuk melambangkan dikeruknya sumber daya alam guna kemakmuran orang lain, namun wilayah tempat sumber daya itu berada justru berkekurangan. Dalam konteks sumber air Umbulan, saat ini mata air terbesar di Jawa Timur tersebut segera bisa dimanfaatkan untuk air minum bagi warga di lima kabupaten/kota di Jawa Timur. Yaitu Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo.
”Kami bersyukur jika air dari SPAM Umbulan nanti bisa dinikmati banyak orang di kota-kota besar. Namun, kami berharap warga Desa Umbulan sendiri tidak ditinggalkan. Menurut sejarahnya, nenek moyang bangsa Indonesia dipaksa kerja rodi menata Sumber Umbulan agar airnya bisa dimanfaatkan oleh Belanda. Sekarang, warga berharap jangan ada lagi ’penjajahan’ gaya baru di Umbulan,” kata Solikhan (50), Kepala Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Belanda mengusahakan Sumber Umbulan pada tahun 1917.
Sisa-sisa bercak darah dan goresan senjata masa penjajahan, dalam ingatan Solikhan, masih membekas di salah satu sudut bangunan di sekitar Sumber Umbulan. Desa Umbulan dihuni oleh 800-an keluarga, yang rata-rata bekerja sebagai buruh (tani dan bangunan), dan sebagian kecil bergantung pada pertanian tadah hujan untuk tanaman jagung, sedikit padi, dan sengon.
”Dahulu saat sumber air kecil di sekitar sini masih banyak, maka lahan pertanian bisa digunakan untuk bertanam padi dengan baik dalam setahun. Tapi sekarang, seringnya sekali setahun saja tidak bisa. Tanaman mati kering karena air habis dan hujan belum turun. Bisa jadi, itu karena hutan di atas juga sudah mulai gundul sehingga sumber-sumber kecil yang selama ini dimanfaatkan untuk pertanian akhirnya mati,” kata Solikhan. Beberapa sumber air yang sudah mati di sana seperti Sumber Kenongo, Sumber Kuning, dan Sumber Dalam.
Peta Ancaman Kekeringan di Kabupaten Pasuruan SUmber: RPJMD Kabupaten Pasuruan 2018-2023
Pemanfaatan
Hari itu, Presiden Joko Widodo meresmikan pemanfaatan proyek SPAM Umbulan. Pembangunan SPAM Umbulan sudah diinisiasi sejak 40 tahun lalu. Pembangunannya dimulai setelah diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla pada tahun 2017.
Proyek SPAM Umbulan ini dikerjasamakan pemerintah dengan PT Meta Adhya Tirta Umbulan dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Nilai proyek tersebut Rp 2,056 triliun dengan besaran dukungan kelayakan/viability gap fund (VGF) dari pemerintah sebesar Rp 818 miliar. Sumber Umbulan memiliki debit 4000 liter per detik. Pemanfaatan dari proyek itu diperkirakan bisa menjangkau 260.000 keluarga.
Tahun 2015, penelitian dari Heni Rengganis dan Wulan Seizarwati dari Balai Hidrologi dan Tata Air Pusat Litbang Sumber Daya Air (dipublikasikan dalam Jurnal Teknik Hidraulik, Vol. 6 No. 1 Juni 2015), menyatakan bahwa Sumber Umbulan merupakan salah satu mata air terbesar di Pulau Jawa. Ditinjau dari pembentukannya, mata air Umbulan dikategorikan sebagai jenis mata air yang muncul akibat adanya sesar (fault artesian spring) dan dihasilkan dari aliran air di bawah tekanan hidrostatik, sebagai akibat dari kekuatan gravitasi (Puslitbang SDA, 2008 dan Paul L.Yonger, 2007).
Namun disebutkan, potensi besar Sumber Umbulan itu belum dimanfaatkan dengan optimal. Catatan terakhir dari hasil pengukuran Puslitbang SDA pada bulan November 2012, diketahui bahwa baru 18 persen debit Sumber Umbulan yang termanfaatkan. Dari debit 4.002 liter per detik, hanya 719,5 liter per detik yang sudah dimanfaatkan. Sisanya, terbuang dengan sia-sia dan mengalir ke Kali Rejoso.
KOMPAS/DAHLIA IRAWATI
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (22/03/2021). Air dari sumber Umbulan itu nantinya bisa dimanfaatkan oleh warga di lima kota/kabupaten di Jawa Timur, yaitu Kota Pasuruan, Kabupaten Pasuruan, Kota Surabaya, Kabupaten Gresik, dan Kabupaten Sidoarjo.
Oleh karena potensi besarnya itu, sementara di sisi lain masih banyak warga di Jawa Timur belum bisa mengakses air bersih dengan baik, maka pemerintah secara serius mengupayakan pemanfaatan sumber air tersebut. Tahun 2017, wakil presiden Jusuf Kalla meresmikan pembangunan proyek SPAM Umbulan tersebut.
”Kami bersyukur dengan adanya SPAM Umbulan ini. Ada 12 warga kami diterima jadi petugas satpam di sana. Dan tahun 2011, sebelum SPAM ini jadi, kami dibantu untuk mendapatkan air bersih dari Sumber Umbulan dengan pipanisasi,” kata Solikhan.
Hingga kini, warga empat dusun di Desa Umbulan, sebanyak 800-an keluarga, menerima air bersih gratis dari perusahaan. Meskipun, air bersih dialirkan bergiliran, warga sudah merasa senang karena tidak lagi bergantung pada air hujan.
”Kami di dusun bawah ini lebih beruntung daripada kondisi 17 keluarga di wilayah Guwo di Dusun Umbulan Kidul di bagian atas desa. Hingga kini, mereka masih tergantung dari kiriman air dari mobil tangki pabrik per 2 hari sekali. Kalau kami punya mobil tangki sendiri, maka kami akan mengirim air setiap hari ke atas,” kata Solikhan berandai-andai. Wilayah Guwo adalah lokasi tertinggi (ketinggiannya naik lebih dari 14 meter), sehingga air dari sumber tidak bisa mengalir ke atas karena faktor gravitasi.
Satu hal saat ini dinantikan oleh warga Desa Umbulan adalah realisasi kolam pengganti bagi warga Desa Umbulan. Kolam pengganti itu rencananya akan dijadikan wisata desa. Saat ini, pembangunan kolam baru belum tuntas, sehingga belum bisa dimanfaatkan oleh warga desa.
”Selama ini Sumber Umbulan sudah jadi tempat wisata. Banyak warga jualan di sana. Kalau tempat wisata umum akan dipindah, maka harusnya kolam penggantinya selesai dahulu. Nanti kami berharap kolam baru itu bisa dikelola bumdes, dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan warga desa,” kata Solikhan.
Beberapa buruh tani tengah berjalan menyusuri jalan di Desa Watu Gede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, di suati pagi di awal Desember 2020 lalu. Tampak di belakang Gunung Arjuno yang sebagian badannya masih terselimuti kabut.
Kekeringan
Keluh kesah warga Desa Umbulan hanyalah satu di antara puluhan desa di Kabupaten Pasuruan yang rutin mengalami bencana kekeringan. Dalam RPJMD Kabupaten Pasuruan tahun 2018-2023, salah satu potensi kerawanan di Kabupaten Pasuruan adalah bencana kekeringan. Ada tiga kriteria bencana kekeringan yang selalu menghantui warga Pasuruan, yaitu kekeringan tinggi (di 28 desa), sedang (6 desa), dan rendah (3 desa).
Ironis, mengingat Pasuruan merupakan wilayah kaya air. Secara geografis, Pasuruan berada di wilayah cekungan antara Gunung Arjuno-Welirang di sisi Barat serta Gunung Bromo di sisi Timur. Kawasan cekungan ini menyebabkan Pasuruan kaya air tanah.
Tahun 2015, di Kabupaten Pasuruan terdeteksi lebih dari 500 buah mata air. Di Kecamatan Prigen, Winongan, Purwosari, Purwodadi, dan Beji terdeteksi mata air dengan jumlah paling banyak dengan debit yang cukup besar, sehingga pemanfaatannya tidak hanya untuk kebutuhan irigasi, tetapi juga untuk kebutuhan lain seperti air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan industri.
Potensi melimpah air tanah itu menyebabkan sejak tahun 1980-an sudah ada perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) skala internasional mengambil air tanah Pasuruan. Tahun 2015, ada 50-an industri AMDK beroperasi di Kabupaten Pasuruan. Selain itu, tahun 2015 juga, Dinas Pengairan dan Pertambangan Kabupaten Pasuruan mencatat ada 450 sumur legal dan 350-an sumur ilegal yang rutin mengambil air tanah di wilayah itu. Sumur tersebut untuk kegiatan industri atau vila (Kompas, 23/05/2015).
”Ke depan, baiknya adalah dilakukan pemantauan dampak pengambilan air untuk SPAM Umbulan ini di daerah tengah dan hilir sepanjang DAS Rejoso. Mumpung saat ini masih diambil 900 liter per detik sehingga jika ada dampak akibat pengambilan itu, bisa segera dicarikam solusi,” kata dosen Universitas Merdeka, Malang, Gunawan Wibisono.
DAHLIA IRAWATI
Papan Naman Sumber Umbulan.
Dampak yang mungkin timbul misalnya, debit sumber air lain menurun hingga kering sehingga bisa berpengaruh bukan hanya untuk air minum masyarakat, namun juga untuk kebutuhan pertanian.
”Jika sejak awal sudah dideteksi dampaknya, bisa segera disiapkan solusi atau cara mengatasinya. Misalnya yang paling penting adalah melakukan konservasi di hulu, agar debit air selalu terjaga,” kata Gunawan.
Deteksi dini itulah, yang menurut Gunawan, akan menjadi cara mencegah dampak neagtif besar yang mungkin timbul dari SPAM Umbulan sehingga masyarakat tidak dirugikan.
Warga menghampiri mobil kendaraan dinas Presiden Joko Widodo seusai meresmikan proyek Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan di Desa Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (22/3/2021).