Warga Sulawesi Utara tidak ragu untuk disuntik vaksin bermerek AstraZeneca sekalipun vaksin tersebut sempat menuai kontroversi. Vaksin itu baru akan digunakan di Manado dan Bitung untuk tahap pertama penggunaan.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS — Warga Sulawesi Utara tidak ragu untuk disuntik vaksin bermerek AstraZeneca demi mendapatkan kekebalan dari Covid-19, sekalipun vaksin tersebut sempat menuai kontroversi. Pada tahap awal, vaksin tersebut baru akan digunakan di Manado dan Bitung.
Sebagian dari 50.000 dosis vaksin AstraZeneca langsung dibagikan kepada masyarakat dalam vaksinasi massal yang digelar di gelanggang olahraga Sekolah Eben Haezer Manado, Rabu (24/3/2021), sehari setelah tiba dari Jakarta. Guru-guru dan karyawan Sekolah Eben Haezer menjadi sasaran utama vaksinasi tersebut, begitu pula para pekerja pariwisata.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Sulut Mery Pasorong mengatakan, sedikitnya 400 orang diharapkan mendapat dosis pertama vaksin AstraZeneca. Namun, hingga siang hari, sudah lebih dari 500 orang yang mendaftar.
Mery mengatakan, jumlah yang ditarget cenderung sedikit karena vaksinasi massal itu menjadi penggunaan perdana AstraZeneca di Sulut. Namun, vaksin ini akan digunakan dalam kelanjutan program vaksinasi tahap kedua setelah Satuan Tugas Covid-19 Sulut memutuskan untuk menjaga stok vaksin CoronaVac buatan Sinovac bagi warga yang telah menerima dosis pertama vaksin tersebut.
Sebelumnya, vaksin AstraZeneca sempat menuai keraguan warga akibat ditemukannya kasus pembekuan darah pasca-vaksinasi di beberapa negara Eropa. Di samping itu, proses pembuatan vaksin itu melibatkan penggunaan enzim tripsin dari babi.
Namun, hal itu tidak mencegah Reny (45) dari Yayasan Eben Haezer, untuk memvaksinasi dirinya. Ia mengaku sempat takut kebagian vaksin AstraZeneca, tetapi lebih dari 30 menit pascavaksinasi, ia tidak merasakan dampak buruk apa pun kecuali nyeri di titik penyuntikan pada lengannya.
”Pemerintah menggunakan vaksin ini bukan tanpa dasar. Pasti sudah melalui proses pengujian Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) sehingga dijamin aman,” katanya.
Marlin Manurung (27), guru Sekolah Eben Haezer Manado, bahkan mengaku baru mendengar adanya kasus pembekuan darah di beberapa negara sehari sebelum vaksinasi. Ketika ia duduk di kursi vaksinasi, ia mengatakan masih deg-degan. Kendati begitu, sama seperti Reny, ia merasa baik-baik saja setelah disuntik.
Rara (31), karyawan Taman Wisata Rumah Alam, seorang muslimah, juga mengaku tak ragu disuntik vaksin AstraZeneca. Menurut dia, kesehatan tetap yang utama, apalagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerbitkan fatwa bahwa vaksin itu aman dan halal untuk digunakan.
”MUI, kan, sudah menjelaskan, dalam keadaan sekarang ini hampir tidak ada alternatif lain selain AstraZeneca. Memang saya sempat ragu. Tetapi, demi kesehatan, saya mau divaksin,” kata Rara.
Belum ada laporan adanya keraguan dari pemerintah daerah setempat untuk menggunakan vaksin AstraZeneca.
Dari kebutuhan 800.000 dosis vaksin di Sulut untuk tahap pertama dan kedua, sebanyak 250.000 akan dipenuhi oleh AstraZeneca. Adapun 50.000 dosis yang ada saat ini baru akan digunakan di Manado dan Bitung. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel mengatakan, 21.000 dosis dialokasikan untuk Bitung, sedangkan Manado 29.000.
Dengan begitu, vaksin ini belum akan digunakan di area Bolaang Mongondow Raya yang terdiri dari 4 kabupaten dan 1 kota. Steaven mengatakan, belum ada laporan adanya keraguan dari pemerintah daerah setempat untuk menggunakan vaksin AstraZeneca.
Kepala Dinas Kesehatan Bolaang Mongondow Timur Eko Marsidi, misalnya, menyatakan akan mengikuti perintah pemerintah pusat. ”MUI sudah mengeluarkan fatwa. Karena itu, wajib bagi kami sebagai pelaksana pemerintahan di daerah untuk menggunakannya juga,” katanya.
Sejauh ini, ratusan tenaga kesehatan di Bolaang Mongondow Timur telah tuntas divaksinasi, kecuali sekitar 60 penyintas Covid-19. Vaksinasi bagi pelayan publik dan warga lanjut usia juga telah dilangsungkan. Namun, Eko belum dapat menyebut perkiraan jumlah warga yang ditarget karena pendataan masih berlangsung.
Hingga Selasa (23/3) malam, sebanyak 26.647 tenaga kesehatan telah tuntas divaksinasi di Sulut menurut pernyataan Steaven. Jumlah pelayan publik yang tuntas divaksinasi baru 8.613 dari 56.922 yang telah mendapat suntikan pertama, sedangkan warga lanjut usia baru 218 dari 6.633 yang sudah mendapat dosis pertama.