Empat Kabupaten di Jawa Timur Memburuk ke Zona Oranye
Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur sejak serangan perdana atau 17 Maret 2020 belum juga mereda. Jawa Timur belum mampu mempertahankan penurunan tingkat bahaya penularan secara utuh.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Jawa Timur masih fluktuatif. Bahkan, tingkat bahaya penularan di empat kabupaten memburuk. Tulungagung, Malang, Jember, dan Probolinggo yang sebelumnya zona kuning atau risiko rendah memburuk ke zona oranye atau risiko sedang.
Perubahan situasi itu dapat diikuti melalui laman resmi https://covid19.go.id/ dan http://infocovid19.jatimprov.go.id/. Perubahan ke situasi memburuk terjadi sejak Selasa (23/3/2021). Kemarin, dari 38 daerah, zona kuning meliputi 12 kabupaten, sedangkan 26 kabupaten/kota zona oranye. Padahal, Senin, Tulungagung, Malang, Jember, dan Probolinggo masih zona kuning.
Pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) menyerang Jatim dengan temuan kasus perdana di Surabaya (6 orang) dan Malang (2 orang) pada Selasa (17/3/2020). Sampai dengan Rabu (24/3/2021) atau setahun lebih serangan wabah, Covid-19 telah menjangkiti 137.197 jiwa warga. Ada penambahan baru 238 orang dibandingkan kemarin.
Dari jumlah akumulasi tadi, 125.459 orang berhasil sembuh. Kesembuhan bertambah 269 orang dibandingkan Rabu. Yang meninggal sudah mencapai 9.723 jiwa atau bertambah 28 orang. Yang masih dirawat tercatat 2.015 orang atau berkurang 59 pasien dari situasi kemarin.
Belakangan, terutama selama pandemi-Covid-19, untuk mendapatkan 100 donor saja sulit. Padahal, jika ada 200 donor setiap hari, PMI masih kekurangan. (Martono)
Tingkat kematian 7 persen atau di atas anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang 3 persen. Namun, tingkat kesembuhan juga tinggi mencapai 91,4 persen. Persentase fatalitas relatif tak berubah di atas 7 persen sejak serangan perdana atau setahun terakhir. Tingkat kesembuhan di atas 90 persen baru tercapai dan bertahan sejak Sabtu (20/3/2021) atau hampir sebulan.
Perubahan situasi tingkat bahaya penularan yang memburuk di empat kabupaten itu terjadi dalam masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berbasis mikro di seluruh Jatim.
PPKM sudah berlangsung sejak pertengahan Januari tahun ini dengan tujuan meredakan situasi wabah. Sebelum PPKM atau pada tahun lalu, di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik) dan Malang Raya (Kota Malang, Kabupaten Malang, Batu) sempat diberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang lebih ketat.
Selain itu, seiring dengan penerapan PPKM, aparatur juga melaksanakan vaksinasi Covid-19 yang saat ini sudah tahap kedua. Bahkan, vaksinasi di Jatim untuk sementara ini yang tertinggi se-Indonesia, sedangkan Surabaya tertinggi di antara kabupaten/kota. Cakupan vaksinasi tertinggi turut memperlihatkan kesigapan aparatur dalam penyaluran dan penyuntikan kepada sasaran.
Namun, menurut epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, data yang tercantum pada laman resmi memperlihatkan situasi pandemi belum bisa dikatakan mereda apalagi terkendali. Buktinya sudah jelas ada perubahan yang memburuk. Daerah lainnya tidak bergerak membaik sejak awal bulan lalu (Februari). Yang zona oranye belum membaik ke zona kuning, sedangkan yang zona kuning belum membaik ke zona hijau.
”Perubahan bukan berarti apa yang sedang ditempuh menjadi tidak efektif, melainkan perlu peningkatan kinerja dalam penanganan secara utuh,” kata Windhu.
Windhu mengatakan, sosialisasi disiplin protokol kesehatan juga perlu lebih ditingkatkan. Pencegahan dengan penerapan protokol sama pentingnya dengan upaya masyarakat mendapat vaksin Covid-19 untuk kekebalan kelompok. Protokol sederhana tetapi mungkin masih dirasa sulit untuk diterapkan secara konsisten dan disiplin.
Protokol mencakup penggunaan pelindung diri (masker, sarung, atau face shield), menjaga kebersihan dengan rutin mencuci tangan, membawa dan memakai penyanitasi ketika sarana cuci tangan tidak tersedia, jaga jarak dan menghindari kontak dengan orang lain termasuk berkerumun, mengonsumsi makanan-minuman bergizi dan bervitamin, olahraga, memeriksakan diri ketika sakit, serta segera menempuh tindakan pencegahan dan penanganan jika terkonfirmasi Covid-19 dengan isolasi dan atau perawatan.
Secara terpisah, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, ikhtiar penanganan pandemi terus ditempuh, termasuk dengan percepatan vaksinasi. Begitu mendapat kiriman vaksin dari pusat, aparatur di provinsi dan kabupaten/kota segera menyalurkan dan melaksanakan penyuntikan kepada sasaran. Aparatur juga mengawasi PPKM berbasis mikro di rukun warga atau dusun berstatus Kampung Tangguh Semeru.
”Penegakan disiplin protokol kesehatan juga terus ditempuh oleh teman-teman di daerah dengan pemeriksaan dan sosialisasi,” kata Khofifah.
Selain penanganan pandemi, aparatur di daerah juga tetap memperhatikan upaya pemulihan ekonomi meski dalam koridor pembatasan. Obyek wisata dan ruang publik yang sempat ditutup untuk kehadiran orang sudah mulai dibuka meski belum semuanya. Tempat hiburan sudah mulai beroperasi tetapi diawasi agar menerapkan protokol.
Sementara tingkat hunian di Hotel Asrama Haji Surabaya, Selasa (23/3/2021), menurut Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Kota Surabaya Irvan Widyanto, tinggal 79 orang. Tamu yang masuk, yakni orang tanpa gejala (OTG), semakin turun sehingga banyak kamar kosong.
Penurunan tamu atau pasien juga terjadi di Rumah Sakit Lapangan Jalan Indrapura, Surabaya. Hingga sekarang, penghuni sebanyak 79 orang dan semua dalam perawatan.
Saat ini, menurut Kepala Bidang Pelayanan dan Humas PMI Surabaya Martono, justru yang dibutuhkan adalah donor darah berbagai golongan karena sangat minim dan berbeda dengan stok konvalesen yang dalam kondisi aman.
Untuk kondisi normal, PMI Surabaya membutuhkan minimal 300 donor setiap hari sesuai kebutuhan 300 kantong per hari. ”Belakangan, terutama selama pandemi-Covid-19, untuk mendapatkan 100 donor saja sulit. Padahal, jika ada 200 donor setiap hari, PMI masih kekurangan,” katanya.