Sekolah yang Dibangun Yayasan DKK di Sulbar Ditargetkan Rampung Juli
Untuk mempercepat rekonstruksi pascagempa di Sulawesi Barat, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) akan membangun dua sekolah.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Untuk mempercepat rekonstruksi pascagempa di Sulawesi Barat, Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas atau DKK akan membangun dua sekolah. Kedua sekolah tersebut ditargetkan rampung pada tahun ajaran baru, Juli 2021.
Dua sekolah yang akan dibangun tersebut masing-masing satu sekolah di Kabupaten Mamuju dan Kabupaten Majene. Kedua wilayah tersebut merupakan yang paling terdampak oleh gempa bermagnitudo 6,2 pada 15 Januari 2021.
Tim Yayasan DKK memverifikasi calon sekolah yang akan dibangun kembali pada Senin (22/3/2021) dan Selasa (23/3/2021). Tim mengecek lebih dari satu sekolah, masing-masing di Mamuju dan Majene, yang nantinya diputuskan dua sekolah dari dua kabupaten itu untuk dibangun kembali.
”Kami sudah memverifikasi sekolah rusak yang diusulkan pemerintah setempat. Berdasarkan pengecekan di lapangan, memang sekolah-sekolah tersebut rusak berat dan layak untuk dibangun kembali,” kata pengurus Yayasan DKK Suyanto, di Mamuju, saat dihubungi dari Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (23/3/2021).
Selain memverifikasi kondisi sekolah, tim DKK juga memeriksa kelengkapan administrasi dan hukum sekolah, seperti jumlah peserta didik dan sertifikat. Sekolah-sekolah yang disurvei tersebut memiliki aspek administrasi dan legal yang lengkap.
Suyanto menyatakan, pembangunan sekolah ditargetkan rampung pada Juli 2021 saat tahun ajaran baru dimulai. Setelah verifikasi, yayasan akan menentukan sekolah yang akan dibangun untuk selanjutnya dilakukan lelang pembangunan.
Dengan cepat selesainya pembangunan sekolah, pemulihan peserta didik diharapkan berjalan normal.
Suyanto menyatakan, pembangunan sekolah dipilih karena fasilitas sektor pendidikan krusial untuk pemulihan pascabencana. Dengan cepat selesainya pembangunan sekolah, pemulihan peserta didik diharapkan berjalan normal.
Sekolah yang dibangun Yayasan DKK biasanya terdiri atas enam ruang kelas, masing-masing satu ruang guru dan perpustakaan serta sejumlah kamar kecil. Ruang kelas bisa bertambah, bergantung pada jumlah peserta didik di sekolah yang gedungnya akan dibangun kembali tersebut.
Yayasan DKK menggalang donasi dari pembaca harian Kompasuntuk membantu meringankan beban para penyintas gempa di Mamuju dan Majene. Total donasi yang terkumpul Rp 1,3 miliar.
Selain menggunakan dana donasi tersebut, anggaran pembangunan sekolah juga dialokasikan dari kas yayasan. Yayasan pun sudah menyalurkan bantuan bahan makanan saat fase tanggap darurat bencana pada Januari 2021.
Gempa dengan magnitudo 6,2 mengguncang Majene dan Mamuju pada 15 Januari 2021. Gempa menewaskan 91 orang. Gempa juga merusak ribuan rumah, gedung pemerintah, dan fasilitas sosial lainnya. Saat ini, penanganan bencana memasuki fase rekonstruksi dan rehabilitasi atau pemulihan dengan pembangun fasilitas yang rusak serta rumah warga.
Di sektor pendidikan, berdasarkan data yang dihimpun dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mamuju dan Majene, tercatat 262 sekolah rusak di jenjang taman kanak-kanak hingga sekolah pendidikan menengah pertama. Jumlahnya bisa bertambah jika digabung dengan sekolah rusak jenjang sekolah menengah atas dan kejuruan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju Murniani serta Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Majene Iskandar menyatakan, pihaknya sudah memfasilitasi Yayasan DKK untuk membangun sekolah. Mereka berharap yayasan bisa membangun lebih dari satu sekolah di tiap-tiap daerah tersebut. ”Sejauh ini belum ada rencana pembangunan (sekolah rusak) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” kata Murniani.
Beberapa waktu lalu, saat ditemui di Mamuju, Murniani menyatakan, di instansinya tak ada anggaran untuk pembangunan sekolah, termasuk karena dampak bencana. Pembangunan sekolah diandalkan dari anggaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Saat ini, peserta didik yang sekolahnya rusak melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Sementara sekolah-sekolah yang tak rusak tetap menyelenggarakan pembelajaran tatap muka dengan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19, seperti penyediaan sarana mencuci tangan, kewajiban memakai masker, dan jumlah rombongan belajar yang dibatasi.