Adnan sangat dekat dengan Menteri Pertahanan dan Keamanan Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani. Moerdani-lah yang mengajak Adnan pulang ke Tanah Air.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
Adnan Ganto (74), seorang tokoh ekonomi nasional dan ahli perbankan dunia asal Provinsi Aceh, tutup usia pada Selasa (23/3/2021) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Kepergiannya membuat Aceh kehilangan tokoh yang selama ini memberikan inspirasi kepada masyarakat. Almarhum dimakamkan di Taman Pemakaman Al Azhar Karawang, Jawa Barat.
Adnan lahir di Desa Buloh Blang Ara, Kota Lhokseumawe, Aceh. Ayahnya, Hasan Basri Ganto, adalah seorang prajurit TNI yang saat pensiun menjadi petani. Kakek Adnan bernama Husin Lahuda, seorang pejuang kemerdekaan yang gugur ditembak pasukan Belanda.
Adnan menikah dengan Agustina Cholida Soetomo Soemowardoyo, perempuan asal Pekalongan, Jawa Timur. Mereka dikarunia tiga anak, semua laki-laki.
Perjalanan hidup Adnan Ganto diabadikan oleh Nezar Patria dan Rusdi Mathari dalam buku biografi Keputusan Sulit Adnan Ganto. Dalam buku itu diceritakan dengan runut perjalanan hidup Adnan sejak lahir, menjadi bankir di Bank Dunia, hingga menjadi penasihat ekonomi pada Kementerian Pertahanan.
Ahmad Farhan Hamid (53), mantan Wakil Ketua MPR, politisi dari Aceh, menuturkan, Aceh kehilangan tokoh besar. Meski terpaut usia yang jauh, Farhan dan Adnan berteman. Mereka sering mendiskusikan tentang Aceh.
”Banyak hal yang saya jadikan pelajaran hidup dari almarhum Adnan Ganto. Perhatian beliau terhadap Aceh dan negara, besar,” kata Farhan saat dihubungi dari Banda Aceh.
Perhatian beliau terhadap Aceh dan negara, besar. (Ahmad Farhan Hamid)
Tiga dekade Adnan menghabiskan waktu di dunia perbankan. Dia telah bekerja di bank-bank elite, seperti Amsterdam-Rotterdam Bank, Pierson Bank, Morgan Bank di London, Inggris. Bahkan, saat dia pensiun, Adnan masih dipercaya sebagai salah seorang direksi di Morgan Bank.
Adnan merupakan sosok pekerja keras. Bermodal ilmu perbankan dari Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), kariernya dimulai di sebuah bank di Belanda. Kariernya berjalan mulus hingga menjadi petinggi di Morgan Bank.
Farhan menuturkan, semasa hidup, Adnan banyak mencurahkan pikiran untuk negara dengan menjadi penasihat pemerintah di bidang ekonomi. Adnan sangat dekat dengan Menteri Pertahanan dan Keamanan pada Kabinet Pembangunan V di era Presiden Soeharto, Jenderal Leonardus Benyamin Moerdani.
Moerdani-lah yang mengajak Adnan pulang ke Tanah Air. Selain menjadi penasihat di kementerian, Adnan juga menjadi penasihat bagi beberapa Gubernur Aceh.
Adnan bahkan menyediakan dana abadi untuk sebuah yayasan yang membiayai pendidikan 100 anak yatim dan duafa mulai dari SD sampai SMA. ”Anak-anak penerima beasiswa tersebut tidak boleh diberitahukan pembiayaannya dari Adnan Ganto,” kata Farhan.
Adnan juga terlibat dalam proses perdamaian Aceh. Dia ikut dalam tim perundingan perdamaian. Farhan mengatakan, untuk kepentingan Aceh, Adnan membiayai sendiri keperluan perjalanan dan operasional. ”Dia tidak mau dibayar oleh Pemprov Aceh,” kata Farhan.
Gubernur Aceh Zaini Abdullah dalam buku biografi Keputusan Sulit Adnan Ganto menuturkan, Adnan Ganto banyak memberikan pandangan terhadap perbaikan kinerja bank daerah.
Kini, putra Buloh Blang Ara, bankir dunia itu, telah pergi selama-lamanya. Namun, jasa dan semangat hidupnya akan terus abadi. Selamat jalan, Pak Adnan Ganto....