Vaksin Covid-19 bermerk AstraZeneca akan segera diberikan kepada warga Sulawesi Utara. Pemberian vaksin CoronaVac sebagai dosis pertama telah dihentikan demi menjaga ketersediaan suntkan dosis kedua.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
MANADO, KOMPAS – Vaksin Covid-19 bermerk AstraZeneca akan segera diberikan kepada warga Sulawesi Utara. Sementara itu, pemberian vaksin buatan Sinovac, yakni CoronaVac, sebagai dosis pertama telah dihentikan demi menjaga ketersediaan pasokan untuk suntikan dosis kedua.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel, Senin (22/3/2021), mengatakan, 50.000 dosis vaksin AstraZeneca tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado, Selasa (23/3). Vaksin itu pun akan segera disuntikkan bagi 50.000 warga.
Langkah ini berbeda dengan vaksin CoronaVac yang langsung dialokasikan bagi warga sebanyak setengah dari jumlah dosis yang datang. Sebab, dosis kedua vaksin CoronaVac diberikan dalam rentang waktu 14 hari, sedangkan dosis kedua AstraZeneca baru diberikan setelah 8 minggu. Steaven mengatakan, kiriman dosis kedua pasti tiba dalam rentang waktu itu.
Steaven mengatakan, untuk sementara, jumlah sasaran penerima vaksin tahap pertama dan kedua di Sulut hampir 400.000 orang. Artinya, butuh 800.000 dosis vaksin, dan 250.000 dosis di antaranya akan dipenuhi dengan vaksin AstraZeneca.
Hingga Minggu (21/3) malam, total 84.851 orang tenaga kesehatan (nakes), pelayan publik, serta warga lanjut usia (lansia) di Sulut telah menerima vaksin CoronaVac tahap pertama. Namun, baru 23.155 yang menerima dosis kedua, 18.683 di antaranya nakes. Steaven mengatakan, vaksinasi nakes sebenarnya sudah tuntas, tetapi pelaporan data tersendat.
Kendati begitu, keadaan ini cukup untuk mendorong Satuan Tugas Covid-19 Sulut untuk menghentikan penyuntikan dosis pertama bagi lebih banyak orang sejak Senin (22/3). Penyuntikan dosis pertama hanya akan dilanjutkan setelah vaksin AstraZeneca tiba.
“Stok CoronaVac sekarang hanya untuk suntikan kedua. Kita jaga stoknya bagi warga yang sudah menerima vaksin karena kita tidak tahu secara pasti stok vaksin yang ada di Kementerian Kesehatan,” kata Steaven.
Menurut Steaven, kecepatan vaksinasi di Sulut sangat bergantung pada kecepatan kedatangan pasokan vaksin dari pemerintah pusat. Mengutip Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam kunjungan ke Manado, 5 Maret 2021, ketersediaan vaksin secara nasional sampai Juli hanya akan mencapai 24 persen dari kebutuhan 363 juta dosis.
“Karena itu, peruntukan vaksin masih sesuai kategori, belum untuk masyarakat umum. Saat stok sudah menipis, seperti CoronaVac saat ini, kami akan jaga. Hal yang sama nanti berlaku untuk AstraZeneca. Kita akan lihat berapa pasokan dari pusat, kita akan blok untuk dua kali penyuntikan,” kata Steaven.
Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyatakan, vaksin AstraZeneca sudah mendapat lampu hijau dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam bentuk izin penggunaan darurat. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah mengizinkan dengan Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk AstraZeneca.
Namun, Olly membolehkan masyarakat untuk menunda vaksinasi bagi dirinya jika tidak yakin dengan vaksin yang diproduksi Covax Facility di Korea Selatan itu. “Sudah dijawab MUI, bisa digunakan. Kalau ragu-ragu, tunggu vaksin lain,” kata Olly kepada wartawan di Kantor Gubernur Sulut.
Vaksin AstraZeneca menuai perdebatan di masyarakat karena berujung beberapa kasus pembekuan darah di sejumlah negara. Di samping itu, proses pembuatannya melibatkan penggunaan enzim tripsin yang berasal dari babi. Meski produk akhirnya tidak mengandung komponen dari babi, vaksin tersebut dianggap haram.
Kendati demikian, Ketua MUI Bidang Fatwa M Asrorun Ni’am Sholeh menyatakan, penggunaan vaksin ini diperbolehkan karena lima alasan. Salah satu alasan itu adalah kondisi kebutuhan yang mendesak. Ketersediaan vaksin Covid-19 yang halal dan suci juga tak mencukupi bagi 181,5 juta warga yang ditarget untuk vaksinasi.