Mencari ”Papa Mama” Satwa di Kebun Binatang Surabaya
Program orangtua asuh satwa (OTAS) diharapkan menjamin kesejahteraan dan kesehatan koleksi satwa Kebun Binatang Surabaya.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
Kebun Binatang Surabaya memerlukan dukungan masyarakat melalui program orangtua asuh satwa atau OTAS yang diluncurkan kembali pada Minggu (21/3/2021).
Dukungan diperlukan mengingat operasional KBS terkendala akibat serangan pandemi Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2). Kesejahteraan koleksi satwa berkonsekuensi terhadap penyediaan dana rutin untuk pakan dan perawatan yang sulit dipenuhi karena pengelolaan dampak wabah terhadap berbagai segi kehidupan.
Pandemi memaksa aparatur sempat menerapkan pembatasan sosial bahkan pelarangan operasional tempat hiburan termasuk KBS. Di sisi lain, dampak wabah terhadap perekonomian juga membuat kalangan masyarakat menahan diri untuk konsumsi jasa pariwisata. Selain itu, masih ada kecemasan untuk bepergian atau berada di ruang publik karena potensi penularan Covid-19.
Dari sejumlah kondisi tadi menyulitkan pengelola KBS untuk menarik dana retribusi dari masyarakat yang sebagian dialokasikan bagi kesejahteraan satwa. Meski telah menjadi milik Pemerintah Kota Surabaya sejak 2013, tetapi dalam penanganan pandemi rasanya aparatur akan lebih mengutamakan penggunaan dana untuk keselamatan masyarakat.
Untuk itulah KBS memerlukan dukungan masyarakat melalui program OTAS. Demi menyukseskan program itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengajak kalangan pejabat penting di Surabaya untuk Gowes To Zoo pada Minggu (21/3/2021). Mereka ditawari menjadi OTAS sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap pelestarian koleksi satwa di KBS.
”Satwa tidak dibawa pulang, tetapi memberikan jaminan untuk kesejahteraan binatang yang akan diasuh,” kata Eri. OTAS menyediakan dana yang menjamin keberlangsungan pakan binatang setidaknya selama setahun.
Menurut Eri, Gowes To Zoo bersifat terbatas atau tertutup bagi umum. Rombongan terdiri dari kalangan pejabat pemerintah, forum komunikasi pimpinan daerah, badan usaha milik daerah, badan usaha milik nasional, pimpinan perusahaan, dan petinggi kampus negeri dan swasta di Surabaya.
Satwa tidak dibawa pulang, tetapi memberikan jaminan untuk kesejahteraan binatang yang akan diasuh. (Eri Cahyadi)
Setiba di KBS, rombongan disambut pertunjukan selamat datang dari karyawan dan dua gajah. Eri juga menerima kalung simbol selamat datang dari gajah bernama Gonzales. Satwa ini lahir dan besar di KBS.
”Sebagai manusia, hidup bukan sekadar cinta kasih kepada sesama melainkan penting untuk mewujudkannya kepada mahkluk hidup lainnya khususnya satwa,” kata Eri yang kemudian menjadi OTAS bagi komodo dan gajah.
Ditawarkan pada masyarakat
Nantinya, program OTAS akan ditawarkan lebih luas ke masyarakat sebagai bagian dari upaya jaminan kesejahteraan satwa. Eri masih meyakini, gotong royong atau kepedulian tetap menjadi salah satu karakter utama warga Surabaya, ibu kota Jatim, sehingga OTAS diharapkan bergaung dan disambut secara luas.
Eri berjanji akan mempercantik KBS sehingga tetap menjadi salah satu objek kebanggaan warga Kota Pahlawan tersebut. Pemerintah telah menjalin kerja sama dengan Universitas Airlangga dan Universitas Negeri Surabaya untuk pengoptimalan pengelolaan KBS.
Mahasiswa Unair khususnya Fakultas Kedokteran Hewan dapat berpraktik untuk memastikan kesejahteraan dan kesehatan koleksi satwa. Unesa akan membantu dari sisi promosi dengan mendorong mahasiswa Seni Drama Tari Musik untuk hiburan dengan menekan risiko gangguan terhadap koleksi satwa.
Direktur KBS Khoirul Anam mengatakan, bersepeda telah menjadi tren yang amat digemari termasuk di Surabaya. Untuk itu, di KBS, pengunjung juga dapat bersepeda sambil melihat koleksi satwa. Namun, bersepeda di dalam KBS baru bisa diwujudkan di akhir pekan dan hari libur. KBS juga masih menerapkan pembatasan jumlah kunjungan karena situasi pandemi.
Menurut Khoirul, program OTAS akan diperluas dengan cakupan publik. ”Masih disempurnakan formulanya,” katanya.
Sahabat satwa
OTAS adalah bentuk program Sahabat Satwa di mana perseorangan, lembaga, maupun perusahaan menjadi mitra dalam pemeliharaan satwa. Melalui OTAS, satwa akan menerima pakan dengan standar nutrisi yang terjaga, akses perawatan medis, dan kesejahteraan dengan berlandaskan kaidah konservasi. Program ini dapat diajukan oleh Sahabat Satwa dengan periode waktu minimal 12 bulan.
Pengalaman penulis saat bertugas di Surabaya kurun 2005, program OTAS pernah juga ditawarkan kepada publik. Bahkan, penulis menjadi OTAS untuk satu anak singa dalam kurun setahun. Sejak 2006, penulis pindah tugas ke Samarinda, Kalimantan Timur, sehingga tidak bisa meneruskan program tersebut.
KBS merupakan salah satu obyek wisata kebanggaan Arek Suroboyo. Sebelum serangan pandemi, obyek wisata di tepi simpang Jalan Raya Darmo dan Jalan Diponegoro ini selalu menjadi favorit, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan, pernah dalam sehari, yakni saat Lebaran dan Tahun Baru, kunjungan di KBS yang seluas 16 hektar menembus 100.000 orang.
Mengutip laman resmi https://www.surabayazoo.co.id/, KBS didirikan oleh jurnalis pengoleksi satwa, yakni HFK Kommer, pada 31 Agustus 1916. Pada masa Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda itu, KBS bernama Vereeninging Soerabaiasche Planten-en Dierentuin di Jalan Kaliondo, kini kawasan Kapasan. Selanjutnya, pada 28 september 1917, KBS dipindahkan ke Jalan Groedo.
Sejak 1918, masih pada era kolonial, KBS dibuka untuk umum dan dikenakan tarif atau tiket. Dua tahun kemudian atau 1920, KBS pindah ke lokasi saat ini atas jasa Oost-Java Stoomtram (OJS), maskapai perekaapian, yang menghibahkan tanah seluas 32.000 meter persegi. Seiring waktu, pemanfaatan lahan untuk KBS meluas menjadi 15 hektar dan koleksi lebih dari 2.200 satwa dari 212 jenis.
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 19 Tahun 2012 tentang PD Taman Satwa KBS, terhitung sejak Juli 2012, pengelolaan KBS berada dalam naungan pemerintah. Sebelumnya, pengelolaan oleh yayasan atau perkumpulan tetapi beberapa kali memunculkan masalah sehingga dikelola oleh pemerintah dengan status BUMD.