Beragam usaha kreatif coba dihidupkan di Lapas Kelas IIA Jambi. Hasilnya ternyata jadi sumber rezeki merintis penghidupan baru para napi dan bahkan menambah pemasukan bagi negara.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·5 menit baca
Sempat trauma penyebaran Covid-19 dalam Lembaga Pemasyarakat Kelas IIA Jambi, para narapidana berjuang kembali pulih. Demi membangun semangat baru, ekonomi kreatif dihidupkan. Menjadi modal berharga saat bebas nanti.
Terpaan sinar pagi disambut gembira para narapidana alias napi di halaman Lembaga Pemasyarakat (Lapas) Kelas IIA Jambi. Ditemani musik berirama cepat, mereka mengikuti senam pagi dipandu oleh Jojon (34), mantan atlet senam nasional yang tengah menjalani vonis kurungan 4 tahun 3 bulan.
Acara senam berlangsung semarak. Persis seperti di studio senam aerobik. Hampir 1 jam lamanya kegiatan senam baru berakhir pukul 10.00 WIB.
Selepas itu, ada yang beristirahat, sementara lainnya melanjutkan hobi-hobi baru. Ada yang langsung bergelut di lahan tanam. Ada pula yang bergeser ke kolam-kolam ikan.
Hamparan kolam dan lahan tanam yang sempat terbengkalai bertahun-tahun, kini menjadi ladang rezeki baru, membantu penghidupan para napi, petugas lapas, serta menambah pemasukan bagi negara.
Kolam-kolam itu kini menghasilkan rupiah yang menggiurkan lewat budidaya terpadu maggot, perikanan, dan hortikultura. Dari kolam lele saja, dihasilkan 3 ton setiap bulan. Seluruhnya untuk memasok kebutuhan di Pasar Angso Duo, Kota Jambi.
Dalam sebulan, hasil dari budidaya ikan mencapai omzet sekitar Rp 40 juta. Hasilnya dibagi-bagikan jadi 15-an napi yang turut serta bergelut di budidaya terpadu itu. Sebagian lagi masuk ke dalam kas karyawan lapas, dan sisanya untuk modal pengembangan dan setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
Selain itu, ada pula hasil budidaya nila dan sayuran. Semua dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari di lapas dan selebihnya bagi keluarga petugas lapas.
Manfaatkan limbah makanan
Besarnya kebutuhan ikan akan pakan coba disiasati lewat pengembangan budidaya maggot. Rintisannya diinisiasi oleh Azan Wahyuli (39), seorang pegawai di Lapas Kelas IIA Jambi. Azan yang juga pembudidaya ternak dan maggot melihat peluang besar dari banyaknya limbah sisa makanan yang terbuang di lapas.
Selama ini, petugas lapas menyiapkan makanan bagi warga binaan yang jumlahnya mencapai 1.120 orang. Setiap hari pula banyak penjenguk datang membawakan makanan untuk anggota keluarga mereka yang menghuni lapas.
Alhasil sisa-sisa makanan menggunung setiap harinya. ”Produksi limbah sisa makanan di lapas mencapai 120-an kilogram per hari,” katanya. Itu belum termasuk limbah cucian beras yang mencapai 150-an liter air.
Demi memanfaatkan limbah, Azan menginisiasi usaha pengolahan maggot. Ternyata usaha itu memiliki dampak besar. Limbah makanan yang selama ini memenuhi tempat Pembuangan Akhir Sampah Talang Gulo kini diolah menjadi pakan berprotein dan bernutrisi baik bagi ternak ikan.
Budidayanya pun terbilang mudah karena dapat diproduksi dalam waktu singkat dan berkelanjutan. Maggot adalah larva lalat yang mengandung nutrisi baik. Sebanyak 60 persen kebutuhan pakan lele dapat dipenuhi dari maggot hasil usaha di lapas sendiri.
Lewat pengolahan limbah menjadi maggot, lanjut Azan, para napi dapat menekan biaya pakan. Untuk kebutuhan 1 ton pakan jika dapat dipenuhi 60 persen dari produksi maggot, penghematan akan bernilai Rp 6,5 juta per masa panen. Lewat penghematan ini, modal usaha dapat ditabung untuk pengembangan usaha berikutnya.
Lewat pemanfaatan limbah untuk budidaya terpadu pula, lapas tak lagi menghasilkan limbah. Bahkan, limbah yang dihasilkan dari sisa pengolahan maggot pun dapat dimanfaatkan sebagai bahan pupuk tanaman sayur di lahan. ”Akhirnya semua dimanfaatkan tanpa menyisakan sampah baru,” katanya.
Memupus trauma
Kepala Lapas Kelas IIA Jambi, Emmanuel Harefa, mengatakan, semangat untuk membangun ekonomi bagi para napi terus digalakkan di sana. Awalnya semangat itu dihidupkan untuk memupus trauma napi yang terinfeksi Covid. Sepanjang tahun lalu merupakan masa-masa paling suram. Lapas sempat ditutup total setelah 40-an napi terkonfirmasi positif Covid-19.
Lapas Jambi bahkan disebut-sebut sebagai salah satu kluster yang paling rentan penyebaran virus korona jenis baru. Apalagi, dengan kapasitas lapas hanya 200-an orang harus dihuni hampir enam kali lipatnya. Penghuni yang berlebih inilah yang memicu penyebaran virus korona jenis baru.
Selama masa-masa isolasi tersebut, lapas ditutup total. ”Bahkan, sampai sekarang, kami masih meniadakan jam jenguk demi keselamatan penghuni lapas. Penjenguk hanya bisa lewat petugas jika ingin menitipkan makanan kepada kerabatnya di sel,” katanya.
Harefa bersyukur penyebaran Covid-19 sudah dapat diatasi. Tak ada lagi napi yang terkonfirmasi positif.
Demi mencegah penularan, bekas sel napi perempuan dijadikan kawasan karantina khusus Covid-19. Sel khusus ini diisi oleh para napi yang baru masuk dari luar lapas. Setelah dikarantina 14 hari lamanya, jika kondisi mereka baik, barulah dapat berbaur dengan napi lainnya. Adapun napi perempuan telah dipindahkan semuanya ke lapas khusus wanita di Kabupaten Batanghari.
Salah seorang napi, Pawir Suparman, lega dirinya kini telah mendapatkan keterampilan budidaya maggot dan ikan. Ia optimistis ingin mengembangkan usaha serupa setelah menghirup udara kebebasan. ”Masa kurungan akan berakhir pada tahun ini. Setelah keluar nanti, saya mau teruskan usaha ini,” katanya.
Hal senada dikemukakan Yudiono, napi lainnya. Selain budidaya ikan, ia pun berniat mengembangkan pula pertanian terpadu untuk memproduksi sayur- mayur.
Harefa menyebutkan, setiap napi diberikan kesempatan untuk menciptakan ide kreatif. ”Usaha apa pun yang positif akan coba kami dukung,” ujarnya.
Selain pertanian, usaha senam seperti yang digeluti oleh Jojon pun dibukakan peluang.
Jojon menceritakan, beberapa kali ia telah diundang menjadi instruktur senam pada acara-acara tertentu di luar lapas. ”Setelah bebas nanti, saya berencana membuka usaha studio senam,” katanya optimistis.
Para napi yang serius bertekun mengembangkan potensi dirinya, lanjut Harefa, mendapatkan pertimbangan khusus untuk asimilasi. Jika dari asimilasi mereka mampu membuktikan potensi baiknya, udara kebebasan akan segera menjadi milik mereka.