Dengan adanya serapan baru tahun 2021 sebesar 19.000 ton, maka jumlah total stok di Bulog Malang nantinya mencapai 35.000 ton. Jumlah ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama satu tahun.
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Bulog Subdivisi Regional Malang, Jawa Timur, mulai menyerap gabah dari petani meski stok di gudang masih banyak. Bulog Subdivre Malang menargetkan bisa menyerap 19.000 ton selama tahun 2021.
Kepala Bulog Divisi Regional Malang Supriyono, Jumat (19/3/2021), mengatakan, Maret ini petani mulai panen. Pihaknya sudah turun ke lapangan mengecek kondisi yang ada. Bulog Malang membawahkan Kota dan Kabupaten Malang serta Kota dan Kabupaten Pasuruan.
”Petani memang sudah mulai panen. Sekarang kami sedang proses pengadaan. Di Malang sudah mulai pengadaan, yang di Pasuruan mulai kerja sama dengan mitra kerja,” ujar Supriyono melalui sambungan telepon.
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 24 Tahun 2020, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp 4.200 per kg dan di tingkat penggilingan Rp 4.250 per kg. Sementara gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp 5.250 per kg dan di gudang bulog Rp 5.300 per kg.
Bulog Malang akan membeli dari petani dengan harga Rp 5.300 untuk gabah kering giling (GKG) dan Rp 8.300 per kg untuk beras. ”Yang GKP ada persyaratannya. Biasanya yang di lapangan kualitasnya kurang, tingkat kerusakan dan kadar airnya masih tinggi,” katanya.
Menurut Supriyono, di gudang Bulog Malang saat ini terdapat 16.000 ton beras atau sekitar 70 persen dari kapasitas. Dari jumlah tersebut, sekitar 11.000 ton berada di gudang Pasuruan dan 5.000 sisanya di gudang Malang.
Beras tersebut merupakan hasil serapan 2019-2020. Dengan adanya serapan baru tahun 2021 sebesar 19.000 ton, maka jumlah total stok di Bulog Malang nantinya mencapai 35.000 ton. Jumlah ini lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama satu tahun.
Disinggung soal kualitas stok beras di gudang, Supriyono mengatakan sebagian memang ada yang menurun kualitasnya akibat dua tahun di penyimpanan. ”Namun, ada izin dari pusat. Ada proses untuk diperbaiki lagi (kualitas beras) sebelum disalurkan,” katanya.
Pembelian beras oleh Bulog diharapkan bisa membantu petani karena saat ini harga gabah di Malang juga turun. Namun, dibandingkan daerah lain, harga gabah di Malang masih relatif lebih tiggi, yakni mencapai Rp 4.100 per kg GKP di tingkat petani dan Rp 4.500-Rp 4.600 per kg GKG di tingkat penggilingan.
Pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan Kabupaten Malang, Ali Masjudi, mengatakan, harga panen tertinggi terjadi pada musim kemarau. Saat itu, kualitas panen bagus dan harganya bisa tembus Rp 5.000 per kg GKP di tingkat petani.
”Sekarang, hasil panen terpengaruh kondisi cuaca. Curah hujan tinggi sehingga kandungan air di gabah masih tinggi pula. Untuk menjemur juga sulit karena mendung. Ini jadi kendala yang dihadapi oleh petani,” ucapnya.
Sekarang, hasil panen terpengaruh kondisi cuaca. Curah hujan tinggi sehingga kandungan air di gabah masih tinggi pula. Untuk menjemur, juga sulit karena mendung.
Musim panen raya untuk tanam November-Desember di Malang hampir selesai. Di sejumlah tempat, petani sudah bersiap kembali menanam padi. Sementara sebagian lainnya telah memulai tanam sejak beberapa pekan lalu. Pantauan Kompas di Kecamatan Singosari, Pakis, Pakisaji, dan sebagian Kepanjen, tinggal satu-dua petak sawah yang padinya belum dipanen.