Bulog Banyuwangi tak tetapkan target serapan, tetapi akan menyerap sebanyak-banyaknya gabah petani. Seminggu terakhir, Bulog Banyuwangi serap 500 ton beras dan 300 ton gabah. Di Banyuwangi, GKP masih sedikit di atas HPP.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Menjelang panen raya padi pada April, harga gabah kering panen di Banyuwangi sudah menyentuh Rp 4.200. Bulog Banyuwangi siap menyerap sebanyak-banyaknya gabah petani tanpa menetapkan target serapan.
Bulog Banyuwangi akan membeli gabah petani sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 4.200 per kg jika beras tersebut sesuai dengan standar kualitas yang ditetapkan. Saat ini harga gabah kering panen di tingkatan petani berkisar Rp 4.200-Rp 4.300 per kg.
Hal itu disampaikan Pimpinan Cabang Bulog Banyuwangi Jusri Pakke di Banyuwangi, Jumat (19/3/2021). ”Saat ini harga gabah kering panen di lapangan (di tingkat petani) masih sedikit di atas HPP. Kendati demikian, kami sudah mulai melakukan penyerapan sejak seminggu terakhir,” ujarnya.
Jusri mengatakan, pihaknya tahun ini sudah menyerap 500 ton beras dan 300 ton gabah. Serapan itu dilakukan dalam satu minggu terakhir, saat petani Banyuwangi baru memulai panen raya.
Bulog Banyuwangi mengatakan siap menyerap berapa pun jumlah gabah petani yang ada di Banyuwangi. Gabah yang sesuai dengan kualitas Bulog akan dibeli sesuai dengan HPP.
”Kami tidak menetapkan target berapa gabah atau beras yang akan kami serap tahun ini. Sebanyak-banyaknya akan kami serap asalkan kualitasnya sesuai dengan yang sudah ditetapkan,” katanya.
Gudang Bulog Banyuwangi memiliki kapasitas penyimpanan maksimal hingga 120.000 ton beras. Sampai saat ini baru ada sekitar 16.000 ton beras yang tersimpan di gudang Bulog. Jumlah itu setara dengan 13 persen dari total kapasitas gudang Bulog Banyuwangi.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Banyuwangi mencatat, luas tanam untuk masa tanam Oktober-Maret seluas 54.605 hektar. Hingga Februari, sawah seluas 11.585 hektar di antaranya telah dipanen dengan hasil 74.491,5 ton gabah.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Banyuwangi Arief Setyawan mengungkapkan, harga GKP saat ini lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu. Tahun lalu, GKP dihargai sekitar Rp 4.700, lebih tinggi Rp 500 jika dibandingkan dengan GKP saat ini yang hanya Rp 4.200.
”Namun, jika dibandingkan dengan daerah lain, harga GKP di Banyuwangi masih lebih baik daripada beberapa daerah lain di Jawa Timur. Di salah satu kabupaten bahkan ada yang menyentuh Rp 3.000 sampai Rp 3.500 per kg GKP,” ungkapnya.
Arief mengatakan, harga GKP di Banyuwangi tidak sampai di bawah HPP karena kualitas gabah petani Banyuwangi masih tergolong baik. Sementara beberapa sentra beras di kabupaten lain mengalami kebanjiran. Harga jual gabah mereka anjlok karena kualitasnya gabahnya buruk.
Ketua Kelompok Tani Podo Makmur Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Umar Said (54) mengatakan, pada awal Februari harga gabah masih berkisar Rp 4.850 per kg, tetapi kini sudah turun menjadi Rp 4.200 hingga Rp 4.300 per kg. Menurut Umar, harga gabah saat ini belum menguntungkan bagi para petani.
”Kalau mau petani untung harga GKP minimal Rp 4.700 per kg. Harga 4.200 itu hanya pak-puk (impas), apalagi nanti kalau pemerintah jadi impor. Bisa-bisa gabah anjlok sampai Rp 3.000 dan petani rugi besar,” keluhnya.
Umar masih ingat pengalaman panen pada 2011, saat pemerintah membuka keran impor beras 2,75 juta ton. Saat itu ia terpaksa menjual gabah dengan harga Rp 3.000 per kg GKP.
Pengalaman pahit kembali terulang pada 2018, saat pemerintah kembali mengimpor 2,14 juta ton beras. Saat itu Umar menjual gabahnya dengan harga Rp 4.000 per kg GKP.
Ia berharap pemeritah membatalkan rencana impor beras. Menurut dia, hal itu justru berbahaya bagi ketersediaan pangan negeri ke depannya.
”Kalau sampai impor beras, lalu harga gabah jatuh, petani akan malas menanam. Kalau itu yang terjadi, kita akan terus-terusan impor tanpa pernah swasembada beras,” ujarnya.