Bersama-sama Turun Tangan Angkat Gula Aren Buwun Sejati
Semangat bersama untuk mendukung usaha lokal sangat diperlukan. Itu juga yang terlihat lewat dukungan terhadap kelompok Pade Mikir, Desa Buwun Sejati, Lombok Barat, NTB, dalam memasarkan produk gula arena mereka.
Usaha masyarakat yang berbasis potensi lokal tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri. Semua pihak harus ambil bagian dan turun tangan untuk membantu dengan caranya masing-masing. Hal itu juga yang terlihat dalam upaya bersama mendukung pengembangan gula aren di Desa Buwun Sejati, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Mendung di Dusun Batu Asak, Desa Buwun Sejati, tak menyurutkan warganya untuk beraktivitas. Termasuk menghadiri acara peresmian Sekretariat dan Gerai Penjualan Kelompok Produksi Gula Aren Pade Mikir, Rabu (24/2/2021).
Baca juga: Meningkatkan Kontribusi UMKM
Acara itu mengambil tempat di sebuah area yang selama ini jadi bengkel. Di area itu terdapat sebuah bangunan yang salah satu ruangannya dijadikan gerai. Sebuah etalase dari kaca diletakkan di bagian depan ruangan berukuran 3 meter x 4 meter itu. Berbagai produk gula aren yang telah dikemas dipajang di sana.
Setelah berbagai sambutan, di bagian akhir acara dilakukan pengguntingan pita oleh Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Balai Kemasan Dinas Perindustrian Provinsi Nusa Tenggara Barat Lalu Siswadi Handayani.
Semua warga yang hadir terlihat gembira. Termasuk Syahdan (50), Ketua Kelompok Produksi Gula Aren Pade Mikir. Ia termasuk yang sibuk mempersiapkan acara itu bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pembuatan 1000 Wirausaha Baru (P1000WB) Universitas Mataram. Acara itu sekaligus penarikan mahasiswa KKN tersebut secara resmi.
Menurut Syahdan, gerai itu penting bagi kelompoknya. Terutama untuk mempermudah pendistribusian gula aren yang mereka produksi. ”Selama ini, setiap ada yang membeli gula, saya ditelepon. Lalu saya harus berkeliling ke anggota dulu untuk mengumpulkan gula-gula sesuai pesanan,” kata Syahdan.
Baca juga : UMKM Tulang Punggung Pulihkan Ekonomi Nasional
Sekarang, dengan adanya gerai itu, kata Syahdan, ia tidak perlu repot berkeliling mengumpulkan gula dari anggota. Cukup dengan menempatkan gula-gula produksi mereka di gerai dan tinggal mengarahkan pembeli ke sana.
Desa Buwun Sejati berada 21 kilometer timur laut Mataram, ibu kota Nusa Tenggara Barat (NTB). Alam yang subur membuat desa berpenduduk sekitar 4.600 jiwa ini memiliki potensi komoditas perkebunan yang besar. Salah satunya pohon aren.
Selama bertahun-tahun masyarakat setempat telah menyadap pohon aren. Salah satunya untuk membuat gula. Termasuk Syahdan yang kemudian pada 2017 mulai membentuk kelompok.
Saat ini, kelompok tersebut beranggotakan 17 orang. Satu anggota rata-rata menggarap lima pohon nira. Dari lima pohon, setiap hari mereka bisa mendapatkan 100 liter nira masing-masing 60 liter pada pagi hari dan 40 liter pada sore hari. Keesokan harinya, mereka mengambil lagi tambahan 60 liter baru kemudian diproses.
Baca juga: Janji UMKM Menjadi Tangguh
”Jadi, dari sekitar 160 liter itu, kami bisa mendapatkan 5 cakep (1 cakep masing-masing dua gula batok). Itu dijual Rp 40.000 per cakep. Sementara kalau membuat gula semut, bisa dapat sekitar 20 kilogram. Harga per kilogramnya juga sama, yakni Rp 40.000,” kata Syahdan.
Selain dijual secara lokal atau kepada warga di desa, pembeli gula juga dari luar Buwun Sejati. Hanya saja, tidak adanya gerai membuat Syahdan kadang kerepotan. Apalagi ia harus meninggalkan pekerjaan di sawah karena harus memenuhi pesanan pembeli.
Kendala pemasaran itu yang kemudian dilihat mahasiswa KKN Tematik Pembuatan 1000 Wirausaha Baru Universitas Mataram sehingga mereka berinisiatif mendorong adanya gerai.
Gayung bersambut karena salah satu anggota kelompok bersedia memberikan salah satu ruangan miliknya sebagai gerai. Di akhir kegiatan KKN itu, mereka mengagendakan peluncuran gerai secara resmi.
Baca juga : Pembangunan Jalan Kawasan Khusus Mandalika Capai 58 Persen
”Lewat gerai ini, kami ingin memperkenalkan gula aren dari Buwun Sejati secara lebih luas,” kata Ketua KKN Tematik P1000WB Universitas Mataram Desa Buwun Sejati Muhammad Zulhan Munadi.
Beragam upaya
Menurut Syahdan, sejak awal membuat gula, selain penjualan, kemasan yang digunakan juga konvensional. Misalnya untuk gula batok, cukup hanya dibungkus dengan daun pisang. Gula briket dan gula semut yang diproduksi berikutnya oleh Syahdan bersama kelompoknya hanya dibungkus keresek.
Dalam perjalanannya, dukungan untuk kelompok itu berdatangan. Tahun 2019, misalnya, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi AMM Mataram mengadakan Program Pengabdian Dosen untuk Usaha Produktif di sana.
Koordinator Tim Pengabdian Dosen STIE AMM Mataram Sigit Ary Wijayanto mengatakan, pengemasan dan pemasaran kemudian menjadi fokus mereka saat itu. Mereka kemudian mendesain kemasan untuk produk gula buatan kelompok Pade Mikir.
Baca juga: Promosi UMKM di Masa Pandemi
Kemasan yang dibuat berupa plastik ziplock (kemasan berdiri) ukuran 250 gram. Kemasan ini jauh lebih baik dan membuat produk bisa mudah disimpan dibandingkan hanya menggunakan keresek. Kemasan itu kemudian dilengkapi stiker berisi nama produk disertai keterangan produksi kelompok Pade Mikir.
Mereka juga membantu kelompok itu membuat izin produksi industri rumah tangga (P-IRT). Dengan adanya izin itu, produk tersebut bisa diedarkan atau dipasarkan kepada masyarakat luas.
”Setelah itu, dengan memanfaatkan media sosial yang ada, kami bantu pasarkan produk kelompok ini. Cukup membantu karena pesanan ada yang datang dari luar NTB,” kata Sigit.
Menurut Sigit, saat ini, mereka tengah berupaya mendorong produksi gula kelompok Pade Mikir ke pasar modern. Misalnya, ke jaringan toko swalayan hingga pusat perbelanjaan.
Baca juga : Penggunaan Media Digital oleh Pelaku UMKM Meningkat Selama Pandemi
Masuknya KKN Tematik P1000WB Universitas Mataram Desa Buwun Sejati pada Januari 2021 menambah pihak yang mendukung kelompok Pade Mikir. Menurut Zulhan, selain gerai dan bantuan alat, mereka juga membuat kemasan baru untuk produk gula semut. Lengkap dengan stikernya.
”Kami juga meneliti hasil kadar air produk gula kelompok Pade Mikir. Teryata sekitar 2 persen atau masuk kategori bagus sesuai dengan standar yang dikeluarkan Badan Standardisasi Nasional,” kata Zulhan yang juga mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unram.
Pengujian itu penting. Setidaknya bisa menjadi salah satu bahan promosi bahwa produk kelompok Pade Mikir berkualitas. Rencananya, ketika nanti bisa masuk pasar modern, itu akan dicantumkan.
Sejauh ini, pembeli gula aren produksi kelompok Pade Mikir menikmati produk tersebut. ”Gula semut lebih fleksibel. Bisa untuk kopi, taburan buah atau kue. Juga tahan lama. Mungkin karena dikemas bagus. Juga tidak gampang lembab,” kata Sudirman, pembeli asal Mataram.
Baca juga: UMKM Mendapatkan Stimulus Restrukturisasi Kredit
Dosen pembimbing KKN Tematik P1000WB Unram Buwun Sejati, Prayitno Basuki, mengatakan, sebagai bentuk dukungan, mereka juga telah membangun jaringan pemasaran gula aren dengan sejumlah desa wisata di Lombok, seperti Bilebante di Lombok Tengah dan Sembalun di Lombok Timur. Masing-masing di awal akan memesan 5 kg gula semut per minggu.
”Insya Allah, dengan produksi yang melimpah, kami bisa memenuhi permintaan itu,” kata Syahdan.
Selain dari STIE AMM Mataram dan Unram, menurut Kepala Desa Buwun Sejati Muhidin, mahasiswa asal Jerman juga pernah ikut memberikan pendampingan pengolahan gula aren. Terutama soal lama pengolahan yang semula dari lima jam bisa menjadi dua sampai tiga jam.
”Bagi kami, dukungan dari berbagai pihak ini sangat membantu. Sangat memberikan pencerahan kepada kelompok yang ada untuk meningkatkan kualitas produksi,” kata Muhidin.
Baca juga: UMKM Tempe yang Kembali Bangkit
Menurut Muhidin, selain sumber daya manusia, pemasaran memang menjadi salah satu kendala mereka di Buwun Sejati. Tidak hanya untuk gula aren, tetapi juga komoditas perkebunan lain.
”Kalau musim panen, produksi melimpah. Tetapi, harga anjlok. Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan dukungan berbagai pihak untuk meningkatkan kapasitas dan ekonomi masyarakat,” kata Muhidin.
Menurut Muhidin, ke depan mereka akan mendorong agar produk kelompok usaha di desanya bisa menjadi bagian dari pengembangan agrowisata Buwun Sejati.
Menyikapi hal itu, Kepala Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Balai Kemasan Dinas Perindustrian Provinsi Nusa Tenggara Barat Lalu Siswadi Handayani mengatakan, upaya berbagai pihak untuk mendukung kelompok Pade Mikir adalah tantangan bagi pemerintah.
Baca juga : Pandemi Jadi Momentum Pacu Daya Saing UMKM
Menurut Siswadi, setelah peluncuran, pemerintah juga ditantang untuk memastikan kelompok itu terus berjalan dan semakin baik. Oleh karena itu, ia berjanji akan memfasilitasi, membina, mendampingi, dan membantu pengadaan alat produksi untuk kelompok Pade Mikir.
Seperti Pade Mikir yang berarti sama-sama berpikir, upaya mendukung peningkatkan perekonomian masyarakat harus dilakukan bersama-sama. Semua harus ikut berpikir dan turun tangan membantu.