Badan Geologi: Warga Brau di Kota Batu Direkomendasikan untuk Relokasi
Tim Badan Geologi memeriksa kondisi tanah bergerak Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kota Batu, Jawa Timur. Mereka menilai tempat itu tidak layak dan warga yang tinggal direkomendasikan untuk dipindah ke tempat aman
Oleh
KOMPAS/DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS-Tim Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, menilai kondisi tanah bergerak di RT 04 RW 10 Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kota Batu, Jawa Timur, tidak layak ditempati. Warga yang tinggal direkomendasikan untuk dipindah ke tempat lain yang aman.
Secara keseluruhan ada 16 keluarga (53 jiwa) terdampak tanah bergerak di Brau. Dari jumlah itu, satu rumah rusak dan 15 lainnya terancam. Sejak awal Februari, belasan keluarga ini telah menempati tenda pengungsian yang berada tidak jauh dari rumah mereka. Pemerintah Kota Batu tengah mencari lahan untuk relokasi.
“Hasil pengamatan langsung memang lokasi tersebut direkomendasikan untuk dipindahkan,” kata Ketua Tim Badan Geologi, Asep Nursalim, di sela-sela pemeriksaan lokasi tanah bergerak di Brau, Rabu (17/3/2021).
Pemeriksaan lokasi tanah bergerak dilakukan untuk menindaklanjuti permintaan BPBD Kota Batu. Selain mengecek tanah bergerak di Brau dan sekitarnya, tim juga mengecek kondisi tanah di daerah Payung, Kelurahan Songgokerto yang menjadi salah satu titik rawan longsor--jalur utama Malang-Kediri--di Kota Batu.
Selain mengamati kondisi Brau, menurut Asep informasi dari masyarakat dan keterangan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu yang menyatakan telah beberapa kali terjadi retakan juga menjadi bahan rekomendasi untuk relokasi.
Apalagi, sebelumnya, alat peringatan dini (early warning system) yang dipasang oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur, juga kerap berbunyi saat hujan deras dan terjadi pergerakan tanah.
Selain tanah yang bergerak, Tim Badan Geologi juga memeriksa langsung calon lahan relokasi. Total ada tiga alternatif calon lahan relokasi yang disiapkan oleh Pemerintah Kota Batu di wilayah Dusun Brau. Tim Badan Geologi akan memberikan rekomendasi ke pemerintah daerah tentang lahan mana yang paling aman.
Menurut Asep, dalam pemeriksaan kali ini, pihaknya tidak memasang alat khusus di Brau. Tim hanya melakukan pengamatan visual dan foto udara menggunakan drone. Hasilnya akan dideliniasi berapa rumah yang perlu dipindahkan.
“Kalau secara ini mungkin hampir seluruh rumah, karena dampak longsor ada satu rumah rusak dan 15 unit lainnya terancam. Dan tentunya, nanti hasil rekomendasi yang disampaikan diharapkan ke-16 rumah itu bisa tercover ke lahan (relokasi) yang telah diperiksa,” katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad C Rochim, mengatakan, pihaknya memang sudah menyurvei tiga alternatif calon lahan relokasi di daerah setempat. Namun, sejauh ini belum diputuskan lahan mana yang akan dipilih.
“Sejauh ini belum diputuskan karena harus dipastikan dulu keamanannya, kerentanan gerakan tanahnya. Tentunya yang akan dipakai sebagai lahan relokasi adalah yang paling aman. Kalau calon sementara ada tiga titik di kawasan itu,” ucapnya.
Sambil menunggu tempat relokasi, Pemerintah Kota Batu melalui Dinas Sosial telah memiliki rencana membangun tempat hunian sementara. Menurut Rochim hunian sementara itu akan dibangun beberapa hari ke depan.
Disinggung soal adanya pengungsi yang pulang ke rumah, Rochim mengatakan kondisi tenda pengungsian memang masih terbatas. Sambil menunggu pembangunan tenda yang lebih besar, mereka diizinkan pulang dengan catatan saat hujan mereka harus kembali ke tenda pengungsian. “Nanti kalau sudah selesai kita minta semua kembali lagi ke pengungsian,” katanya.
Adapun, warga terdampak, mengaku ingin mendapatkan kepastian secepatnya soal lahan relokasi. Kariyan, salah satu warga yang ditemui Kompas, mengatakan, mereka sudah menempati pengungsian hampir dua bulan dan sejauh ini belum ada perkembangan. Kariyan sendiri mengaku sudah kembali ke rumah sejak beberapa hari lalu.
Sementara itu, sebelum memeriksa kondisi tanah bergerak di Brau, Selasa (16/3/2021), Badan Geologi lebih dulu memeriksa lahan calon tempat relokasi bagi warga terdampak tanah bergerak di Desa Jungo, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, yang berada di lereng timur Gunung Wilis.
Luas calon lahan relokasi mencapai 500 meter persegi (m2). Lahan itu diperuntukkan bagi tujuh rumah warga terdampak longsor tahun 2019. Lahan tersebut, menurut Asep kurang layak menjadi tempat relokasi karena lokasinya berbatasan langsung dengan lembah dan tebing.
“Selain itu, luas lahannya kurang. Tidak mencukupi untuk menampung tujuh unit rumah karena luasannya cuma 500 m2 belum dikurangi bagian yang mepet ke lembah,” katanya. Terkait hal ini, Badan Geologi telah berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Kediri dan mereka diperkirakan akan mencari lahan lain.