TNI AL Tambah Fasilitas Pusat Latihan Tempur di Banyuwangi
Salah satu upaya meningkatkan kapasitas dilakukan dengan menambah fasilitas gedung di Pusat Latihan Tempur Marinir 7 Lampon, Banyuwangi.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — TNI Angkatan Laut terus berupaya meningkatkan fasilitas dan kapasitas sejumlah pusat latihan tempur. Hal itu dilakukan untuk mencetak prajurit-prajurit yang andal, modern, dan profesional.
Salah satu upaya meningkatkan kapasitas dilakukan dengan menambah fasilitas gedung di Pusat Latihan Tempur Marinir 7 Lampon, Banyuwangi. Pusat latihan tempur Marinir tersebut berdiri di lahan seluas 30 hektar hasil pinjam pakai milik Perhutani.
Hal itu disampaikan Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono ketika meresmikan fasilitas baru Gedung Evert Julius Ven Kandao di Pusat Latihan Tempur Marinir (Puslatpurmar) 7 Lampon, Banyuwangi, Selasa (16/3/2021). Hadir pula dalam kegiatan tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono.
”Saat ini kami banyak menggalakkan pusat-pusat latihan tempur di wilayah-wilayah strategis. Pusat latihan tempur itu harus memiliki area yang dapat menjadi medan tugas Marinir, pendarat amfibi, pendaratan khusus, dan Kopaska,” ujarnya.
Yudo mengatakan, daerah-daerah yang dipilih sebagai pusat latihan tempur bukanlah daerah dengan medan yang ringan. Menurut dia, medan yang berat justru bisa menjadi sarana untuk meningkatkan profesionalisme prajurit.
Saat ini kami banyak menggalakkan pusat-pusat latihan tempur di wilayah-wilayah strategis. Pusat latihan tempur itu harus memiliki area yang dapat menjadi medan tugas Marinir, pendarat amfibi, pendaratan khusus, dan Kopaska. (Yudo Margono)
TNI Angkatan Laut, lanjut Yudo, terus berupaya meningkatkan kapasitas dan fasilitas pusat-pusat latihan tempur. Ia berharap pusat-pusat latihan tempur itu bisa mencetak prajurit-prajurit yang andal, profesional, dan modern.
”Medan yang berat justru akan melatih ketangguhan para prajurit dalam merebut pantai lawan. Kalau biasa berlatih di medan berat, saat harus terjun ke medan perang yang mudah, mereka mampu, dan saat menghadapi medan yang berat, mereka biasa,” tuturnya.
Komandan Puslatpurmar 7 Lampon Letkol Doddy Eko Siswanto mengungkapkan, daerah Lampon dijadikan latihan pendidikan Intai Para-Amfibi (IPAM; kini Intai Amfibi/Taifib) sejak tahun 1967. Pembantu Letnan Dua KKO (Purn) Evert Julius Vence Kandou saat itu yang menemukan lokasi tersebut.
”Baru pada tahun 1968 didirikan Pos Marinir yang berada di bawah naungan Pusat Latihan Marinir 5 Baluran. Pada tahun 2015, Pos Marinir ini resmi menjadi Pusat Latihan Marinir 7 Lampon, langsung berada di bawah Komando Latihan Marinir,” tuturnya.
Doddy mengatakan, para prajurit yang dididik di Puslatpurmar 7 Lampon disiapkan untuk mendukung penyiapan pasukan pendaratan maupun untuk operasi khusus. Lokasi Pantai Lampon yang berbatasan dengan Samudra Hindia cocok untuk melatih prajurit dalam menghadapi skenario perang laut dan perang darat.
Dalam kesempatan tersebut, para prajurit memperagakan skenario penyergapan ke markas lawan. Para prajurit bahkan harus berjalan merayap di tengah hujan peluru dan bom. Langkah penyergapan yang taktis, tepat, dan terukur menjadi fokus skenario latihan tersebut.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang juga hadir mengapresiasi upaya TNI Angkatan Laut dalam meningkatkan kapasitas dan fasilitas pusat latihan tempur. Ia berharap keberadaan Puslatpurmar 7 Lampon juga mendukung keamanan wilayah perairan di Banyuwangi.