Musik untuk yang Tersayang, Derma bagi Korban Pandemi
Guru Besar UGM Adi Utarini menggelar konser amal untuk mengenang suaminya, Iwan Dwiprahasto, yang meninggal seusai terinfeksi Covid-19. Konser itu juga menjadi ajang penggalangan dana untuk membantu penanganan pandemi.
Kobar semangatmu oh getarkan jiwa
Canda tawamu selalu dinanti
Karya indahmu inspirasiku
Prestasimu kebanggaanku...
Kata-kata itu merupakan penggalan lirik lagu berjudul ”Inspirasiku” yang ditulis Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Adi Utarini (55). Pada mulanya, lirik lagu tersebut diciptakan Utarini sebagai puisi untuk mengenang almarhum suaminya, Iwan Dwiprahasto, yang juga Guru Besar FKKMK UGM.
Iwan meninggal pada 24 Maret 2020 dalam usia 58 tahun setelah beberapa hari sebelumnya dinyatakan positif terinfeksi Covid-19. Iwan merupakan ahli farmakologi atau ilmu pengetahuan yang mempelajari penggunaan obat-obatan untuk penyembuhan penyakit. Selain itu, Iwan juga pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM.
Sementara itu, Adi Utarini merupakan akademisi yang juga Ketua Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta. Selama beberapa tahun terakhir, WMP Yogyakarta melakukan penelitian untuk menanggulangi penyakit demam berdarah dengan menggunakan bakteri Wolbachia. Berkat perannya itu, Utarini atau biasa dipanggil Uut masuk dalam daftar 10 orang yang menentukan perkembangan sains pada 2020 versi Nature, jurnal ilmiah ternama dunia dari Inggris.
Kepergian Iwan Dwiprahasto pada tahun lalu terasa sangat menyedihkan karena dia merupakan pasien Covid-19 yang pertama meninggal di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Apalagi, setelah Iwan meninggal, Utarini juga harus dirawat di rumah sakit karena positif Covid-19.
Baca Juga: Duka Senyap untuk Prof Iwan Dwiprahasto...
Selama dirawat di rumah sakit itu, Utarini mengaku menulis buku harian untuk mengeluarkan segala keresahannya. Di antara tulisan buku harian itu, Utarini juga menulis puisi untuk mengenang Iwan. Puisi itu awalnya berjudul Dia dan yang kemudian dicetak dalam buku tahlil dalam acara doa 100 hari Iwan Dwiprahasto.
”Ketika membaca lagi puisi itu, saya berpikir kok kayaknya bagus ini kalau dikembangkan jadi lagu,” ujar Utarini yang dikenal hobi bermain musik dan telah beberapa kali menggelar konser musik.
Baca Juga: Guru Besar UGM Positif Covid-19 Meninggal, Kolega Diimbau Tak Hadiri Pemakaman
Setelah itu, Utarini berdiskusi dengan musisi Afriza Animawan Arifin yang juga lulusan UGM. Afriza lalu membuatkan melodi untuk puisi gubahan Utarini itu sehingga kata-kata yang awalnya diniatkan sebagai puisi tersebut kemudian berubah menjadi lagu berjudul ”Inspirasiku”.
”Dari diskusi-diskusi itu, akhirnya Mas Afriza menyodorkan sebuah melodi. Waktu pertama kali mendengarkan melodi itu, rasanya saya seperti membayangkan Mas Iwan. Jadi, rasanya indah, syahdu, tetapi ada juga semangat yang ingin disampaikan,” tutur Utarini.
Lagu ”Inspirasiku” diluncurkan dalam Konser Amal Virtual ”Life, Passion, and Music Volume 2: Tribute to Prof Iwan Dwiprahasto” yang digelar Sabtu (13/3/2021) malam. Konser yang digelar Adi Utarini dan Gerakan Sambatan Jogja (Sonjo) itu disiarkan secara daring melalui website www.adiutarini.id serta kanal Youtube Live Musik Jogja.
Selain untuk mengenang Iwan Dwiprahasto, konser musik tersebut juga diselenggarakan sebagai aktivitas penggalangan dana guna mendukung gerakan masyarakat dalam menghadapi pandemi. Seluruh dana yang terkumpul dalam konser itu akan disumbangkan untuk mendukung fasilitas isolasi pasien Covid-19 di Shelter Tangguh Covid-19 dan shelter-shelter desa di Kabupaten Bantul, DIY.
Waktu pertama kali mendengarkan melodi itu, rasanya saya seperti membayangkan mas Iwan. Jadi, rasanya indah, syahdu, tetapi ada juga semangat yang ingin disampaikan.
Hingga Minggu (14/3/2021) siang, jumlah dana yang terkumpul dalam konser tersebut sekitar Rp 72 juta. Namun, jumlah dana itu masih mungkin bertambah karena penggalangan dana masih dibuka hingga 8 April 2021.
Konser musik itu juga merupakan kelanjutan dari konser amal ”Life, Passion, and Music” yang digelar Adi Utarini pada 2018. Saat itu, dana yang terkumpul didonasikan kepada Yayasan Kanker Indonesia Cabang DIY untuk membantu fasilitas bagi pasien kanker yang sedang berobat.
Bermain piano
Konser Amal Virtual ”Life, Passion, and Music Volume 2: Tribute to Prof Iwan Dwiprahasto” menampilkan sejumlah musisi. Selain Adi Utarini dan putrinya, Putri Karina Larasati, ada beberapa musisi dan kelompok musik yang tampil, misalnya Budi Utomo Prabowo, Safarina G Malik, Jodi Visnu, Afriza Animawan, Rachmat Zia, Heni Kusumawati, SKE Band, Oldies Section Band, serta Psiline & Mix line dance.
Pada konser tersebut, Adi Utarini beberapa kali tampil dengan memainkan piano. Dalam lagu ”Inspirasiku”, misalnya, Utarini bermain piano, sementara Putri Karina Larasati, Heni Kusumawati, dan Rachmat Zia menyanyikan lagu tersebut.
Selain itu, Utarini juga sempat bermain duet piano dengan dua orang berbeda. Pada kesempatan pertama, dia berduet piano dengan Budi Utomo Prabowo yang dikenal sebagai konduktor atau pengaba musik klasik. Keduanya memainkan beberapa komposisi karya komposer Inggris, Ernest Markham Lee.
Pada kesempatan kedua, Adi Utarini berduet piano dengan Safarina G Malik yang merupakan peneliti di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta. Dua ilmuwan tersebut memainkan ”Sonata in C Major, K. 545” karya Wolfgang Amadeus Mozart.
Pada kesempatan berikutnya, Utarini tampil bersama teman-teman SMA-nya yang tergabung dalam SKE Band. Mereka membawakan lagu ”Invisible Touch” milik band rock Inggris Genesis. Setelah itu, Utarini kembali tampil bersama Oldies Section Band membawakan lagu ”Cantik” milik Kahitna.
Penampilan dengan format band itu membawa suasana berbeda karena menghadirkan nuansa yang lebih bersemangat dan ceria dalam konser tersebut. Hal ini berbeda dengan sejumlah lagu sebelumnya yang bernuansa melankolis dan syahdu.
Meski begitu, secara umum, suasana Konser Amal Virtual ”Life, Passion, and Music Volume 2: Tribute to Prof Iwan Dwiprahasto” sebenarnya juga penuh dengan keceriaan. Pada beberapa kesempatan, Utarini bahkan bercanda dengan pembawa acara dan dia juga sempat mengisahkah salah satu lelucon yang sering diceritakan mendiang suaminya.
Baca Juga: Adi Utarini, Peneliti Demam Berdarah dari UGM yang Diakui Dunia
Utarini mengatakan, konser amal itu diselenggarakan karena dorongan beberapa teman dosen di UGM. Dia menceritakan, sejak akhir tahun lalu, sejumlah temannya memang mendorong untuk menggelar konser amal untuk mengenang Iwan sekaligus menggalang dana. Namun, konser amal itu tak langsung terwujud karena butuh waktu bagi Utarini untuk mengumpulkan kekuatan sesudah kepergian suaminya.
Menurut Utarini, setelah sang suami meninggal, dirinya sempat kesulitan untuk bermain piano lagi. Sebab, tiap kali mencoba bermain piano, Utarini kerap kali menangis mengenang kepergian suaminya. ”Butuh waktu lima bulan untuk saya bisa mendekat, duduk, dan bermain piano tanpa menangis,” ungkapnya.
Testimoni
Selain suguhan musik, Konser Amal Virtual ”Life, Passion, and Music Volume 2: Tribute to Prof Iwan Dwiprahasto” juga menghadirkan testimoni dari sejumlah pejabat, tokoh, dan teman-teman almarhum Iwan Dwiprahasto. Salah satu yang memberikan testimoni adalah Menteri Sekretaris Negara Pratikno yang juga mantan Rektor UGM. Saat Pratikno menjabat sebagai Rektor UGM, Iwan menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UGM.
Pratikno menuturkan, ketika menjabat sebagai wakil rektor, Iwan memiliki kebiasaan unik, yakni memakai baju kemeja lengan panjang warna putih dan dasi setiap hari. ”Beliau selalu memakai baju putih lengan panjang dan berdasi dengan rapi. Ini beliau lakukan sehari-hari, terus-menerus, sehingga kami sering mengejek beliau, ini pakaian putihnya berapa banyak ini,” katanya.
Pratikno menyebut, sebagai wakil rektor, Iwan juga selalu sabar saat menghadapi mahasiswa. Iwan juga sering mendengarkan masukan dari mahasiswa dan pihak-pihak lainnya. ”Beliau sabar mendengarkan, selalu memberikan inspirasi, dan tegas dalam memutuskan,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga memberikan testimoni secara daring karena, semasa hidup, Iwan sering memberi masukan kepada Kementerian Kesehatan. Menurut Budi, selain menjadi dosen yang mendidik mahasiswa, Iwan kerap memberi masukan mengenai kebijakan pelayanan kesehatan, terutama terkait cost effectiveness atau efektivitas biaya obat.
”Peran beliau yang tidak kalah penting adalah penguatan kebijakan pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah membantu implementasi cost effectiveness obat. Penguatan-penguatan yang dilakukan beliau merupakan salah satu pilar Kementerian Kesehatan dalam mengambil kebijakan,” tutur Budi.
Seperti pernah diungkapkan Edward Bulwer-Lytton, novelis, penyair, dan politikus Britania Raya (1803-1873), ”Musik, sekali masuk ke dalam jiwa, akan menjadi semacam semangat dan tidak akan pernah mati.” Melalui musik, Adi Utarini dan kolega mengabadikan kenangan terhadap mendiang Prof Iwan Dwiprahasto. Kenangan yang kemudian melebur menjadi semangat dan inspirasi untuk saling berbagi di masa pandemi.