Kematian Peserta Kemah Bakti Mahasiswa di Limapuluh Kota Masih Misteri
Enam orang sudah dimintai keterangan. Tidak ditemui tanda-tanda kekerasan di tubuh Mulia.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Kepolisian Resor Limapuluh Kota menyelidiki kematian seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat peserta kemah bakti di Kecamatan Harau, Limapuluh Kota. Enam orang sudah dimintai keterangan, termasuk panitia acara dan teman satu angkatan korban.
Mahasiswa yang meninggal itu Mulia Firdaus (20) dari Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah (UM) Sumbar. Mahasiswa baru tersebut ditemukan tak bernyawa di aliran Sungai Air Luluh, Jorong Padang Tarok, Nagari Harau, Kecamatan Harau, Minggu (15/3/2021) sekitar pukul 23.00.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Limapuluh Kota Ajun Komisaris Nofrizal Chan, Senin (15/3/2021), mengatakan, sudah enam orang diminta keterangan, antara lain panitia kemah, teman seangkatan korban, dan warga sekitar. ”Keenamnya masih bertatus saksi,” katanya.
Nofrizal menjelaskan, Mulia sebelumnya mengadakan kemah di Jorong Padang Tarok. Kemah yang berlangsung Jumat-Minggu (12-14/3/2021) itu diikuti 84 orang. Kegiatan diadakan mahasiswa senior dan diikuti mahasiswa baru.
Pada Minggu sore, kata Nofrizal, acara kemah berakhir. Sebelum pulang, peserta kemah mandi di sungai kecil di sekitar lokasi kemah. Panitia membatasi dan mengawasi bagian hulu dan hilir yang boleh dimasuki peserta.
Sehabis mandi, para peserta kemah berangsur-angsur meninggalkan sungai dan bersiap-siap pulang. Semua tenda dan barang-barang dikemas, kemudian dimasukkan ke mobil. Para peserta masuk ke tiga mobil yang disediakan, lalu berangkat ke kampus di Bukittinggi.
Sebelum berangkat, lanjut Nofrizal, panitia mengaku sudah mengecek sekeliling lokasi kemah. Secara kasatmata, tidak ada yang tertinggal. Karena peserta ramai dan mobilnya tiga unit, panitia memutuskan melakukan absensi ketika tiba di kampus. Mereka berangkat maghrib dan tiba di kampus, Bukittinggi, sekitar pukul 20.00.
”Ketika panitia mengambil absensi di kampus, ada satu tas yang tersisa. Begitu pula satu ponsel yang belum diambil pemiliknya. Kata teman akrabnya, itu milik MF. Di sini baru panitia sadar kalau ada satu peserta yang kurang,” ujar Nofrizal.
Kata Nofrizal, panitia langsung kembali ke lokasi kemah. Mereka menelusuri dan mencari Mulia. Minggu malam, jasadnya ditemukan tenggelam di dalam sungai tempat mandi. Di tubuh almarhum ditemukan luka lecet di bagian lutut.
Dari pemeriksaan sementara, kata Nofrizal, belum ada indikasi tindak pidana dalam kasus ini. Secara medis, tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh. Dalam pemeriksaan di lokasi kejadian dan keterangan mahasiswa baru peserta kemah, juga tidak ada tindak kekerasan dari senior mereka.
”Sebelum acara Jumat, panitia bertanya, siapa yang punya riwayat sakit. Korban mengangkat tangan, ia mengaku punya riwayat sakit tipus. Selama kegiatan, korban mengenakan ban lengan tanda punya riwayat sakit dan dalam pengawasan. Namun, penyebab kematiannya belum dapat dipastikan, kami terus menyelidiki. Sejauh ini, belum terlihat indikasi tindakan pidana,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Polres Limapuluh Kota Ajun Komisaris Besar Trisno Eko Santoso mengatakan, korban memang punya riwayat sakit sehingga diberi ban lengan. MF semestinya dalam pengawasan panitia.
”Namun, secara faktanya, tidak dilakukan pengawasan. Nanti kami tengok, kalau ada unsur kelalaian yang menyebabkan nyawa orang hilang atau bahaya bagi seseorang, bisa kami pidanakan. Sekarang masih didalami,” kata Trisno.
Trisno juga mengkritik kegiatan keramaian tersebut. Kemah yang diikuti oleh 84 orang itu semestinya tidak diadakan karena masih dalam masa pandemi. Panitia juga tidak ada memberikan surat pemberitahuan kepada kepolisian terkait acara tersebut.
Secara terpisah, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan UM Sumbar Moch Abdi mengatakan turut berduka cita atas meninggalnya Mulia. ”Ini tidak hanya duka keluarga, tetapi juga duka keluarga besar UM Sumbar,” kata Abdi.
Abdi menjelaskan, kemah bakti ini merupakan kegiatan tahunan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UM Sumbar. Panitia sudah mendapat izin dari kampus dalam melakukan kegiatan ini. Dalam kegiatan ini, mahasiswa melakukan bakti sosial, sarasehan, mengikuti materi kepemimpinan, dan outbound.
Karena pandemi Covid-19, kata Abdi, jumlah peserta kemah dibatasi separuh dari jumlah mahasiswa, sesuai aturan tidak boleh lebih dari 100 orang. Tahap I diikuti 84 mahasiswa. Jumlah itu juga sudah sesuai dengan izin wali jorong yang membatasi jumlah peserta kemah separuh dari daya tampung lokasi.
Atas kejadian ini, kampus menghentikan sementara semua kegiatan mahasiswa di lapangan. Abdi berjanji melakukan evaluasi. ”Kami akan evaluasi seluruh kegiatan mahasiswa ke depan supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi,” tuturnya.