Aktivis GMNI Cabang Ambon menggelar unjuk rasa memprotes penggunaan ubin licin pada trotoar di Kota Ambon, Maluku. GMNI mendesak trotoar yang membahayakan pejalan kaki itu agar dibongkar.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ambon menggelar unjuk rasa menyikapi proyek perbaikan trotoar di Kota Ambon, Maluku. Aksi yang berlangsung pada Senin (15/3/2021) itu mendesak Pemerintah Provinsi Maluku selaku penanggung jawab proyek agar membongkar trotoar yang dianggap mengganggu keselamatan pejalan kaki itu.
Aksi itu berlangsung di depan Monumen Gong Perdamaian Dunia, kemudian dilanjutkan di kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku selaku penanggung jawab teknis proyek. Beberapa orator secara bergantian menyampaikan tuntutan mereka. Mereka berdiri di atas trotoar yang sudah diperbaiki itu sambil membentangkan poster berisi kritik.
”Kebijakan publik yang abnormal”, ”trotoar Kota Ambon indah dipandang, namun sulit dimiliki”, dan ”jeritan rakyat di pelosok negeri, Pemerintah Provinsi Maluku sibuk urus trotoar”. Demikian isi poster yang mereka tulis. ”Trotoar ini bukan malah membuat masyarakat nyaman, melainkan malah membahayakan keselamatan masyarakat,” kata seorang orator.
Aksi itu sempat dihadang oleh sekelompok orang yang tidak jelas identitasnya. Para mahasiswa dihadang pada saat tiba di Kantor Dinas PU Maluku. Sempat terjadi bentrok fisik di antara mereka. Kelompok penyerang itu diduga berasal dari pihak yang terganggu dengan aksi protes tersebut. Mereka diduga merupakan orang-orang suruhan. Tiga mahasiswa dipukul.
Ketua Dewan Pimpinan Cabang GMNI Ambon Adi Suherman Tebwaiyanan mengatakan, unjuk rasa itu berangkat dari keluhan masyarakat. Banyak warga yang terpeleset, bahkan jatuh saat berjalan di atas trotoar. ”Makanya, kami mendesak agar trotoar ini diganti. Tidak ada gunannya sebab membahayakan keselamatan masyarakat,” ucapnya.
Ia juga menyinggung tidak transparannya anggaran pembangunan trotoar. Sampai saat ini, tidak ada papan informasi proyek yang dipasang di lokasi pembuatan trotoar. Lokasi dimaksud mulai dari Lapangan Merdeka, Monumen Gong Perdamaian Dunia, Taman Pattimura, sepanjang Jalan Telukabessy, jalan menuju Pasar Mardika, dan sebagian Jalan Rijali.
Ia menambahkan, pembangunan trotoar itu juga tidak tepat sasaran. Pada saat bersamaan, masih banyak daerah di Maluku yang membutuhkan pembangunan infrastruktur dasar, seperti jalan, jembatan, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Hal itu yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah saat ini.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, perhatian masyarakat muncul setelah pemasangan ubin untuk permukaan trotoar tersebut. Ubin dimaksud berwarna-warni dan ada logo ”Ambon City of Music”. Namun, permukaan ubin itu licin sehingga dapat membahayakan pejalan kaki.
Di media sosial, isu trotoar licin itu mulai mencuat pekan lalu dan ramai diperbincangkan warganet. Ratusan warganet terpantau membicarakan hal itu. Bahkan, banyak di antara mereka yang menceritakan pengalaman terjatuh pada saat melewati trotoar itu.
Geva Maturan, pengguna akun Facebook yang berdomisili di Desa Soya, menuturkan, dirinya terjatuh saat berjalan di trotoar depan Swalayan Citra yang berada di Jalan Telukabessy. Saat terjatuh, ibu rumah tangga yang berusia 42 tahun itu hampir terperosok ke dalam got yang berada di samping trotoar (Kompas, 13/3/2021).
Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Maluku Muhammad Marasabessy belum juga merespons pertanyaan Kompas terkait dengan kondisi tersebut. Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang juga tidak mau mengomentari protes masyarakat tersebut. Pembangunan terus berlangsung.