Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur melanjutkan ekskavasi di Situs Kumitir di Jatirejo, Mojokerto. Ekskavasi tahap ketiga terus memberikan temuan penting berupa repihan penting atau tinggalan Majapahit abad ke-14.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO
Anak-anak didampingi orangtua berada di samping Situs Kumitir yang masih dalam proses ekskavasi di Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (11/3/2021).
MOJOKERTO, KOMPAS — Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur melanjutkan ekskavasi di Situs Kumitir di Jatirejo, Mojokerto. Ekskavasi tahap ketiga yang sudah berlangsung hampir tiga pekan terus memberikan temuan penting berupa artefak kuno masa Majapahit abad ke-14.
Pantauan Kompas di Situs Kumitir, Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kamis (11/2/2021), kegiatan ekskavasi oleh tim terpadu arkeologi BPCB Jatim diliburkan karena bertepatan dengan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1442 Hijriah. Ekskavasi sudah dilaksanakan sejak Selasa (23/2/2021) dan akan berakhir pada akhir bulan ini.
Penggalian saat ini merupakan tahap ketiga. Ekskavasi pertama berlangsung pada Oktober-November 2019. Tahap kedua berlangsung pada Agustus-September 2020. Penggalian selanjutnya atau tahap keempat direncanakan berlangsung pada Juli 2021. Ekskavasi bertujuan menemukan batas-batas terluar Situs Kumitir yang sementara ini diketahui memiliki bentang panjang 318 meter dan lebar 197 meter dari temuan struktur susunan bata kuno menyerupai dinding dan membentuk sudut. Kompleks ini seluas 62.646 meter persegi atau 6,2 hektar.
Ekskavasi tahap ketiga dikonsentrasikan di kompleks reruntuhan di tepi barat makam Dusun Bendo. Kompleks dimaksud disebut sebagai sektor A, B, C yang mulai dikupas pada penggalian tahap kedua (4 Agustus-9 September 2020). Sejak Selasa (23/2/2021) atau hari pertama ekskavasi tahap ketiga, menurut BPCB Jatim, telah ditemukan fragmen bata bergores, batu putih bergores bentuk bintang segi enam, bata segi delapan, dan kerangka manusia tetapi yang utuh mewakili satu individu. Selain itu, juga pecahan genting, ukel (hiasan atau bangunan), gerabah, dan keramik.
Anak-anak didampingi orangtua berada di samping Situs Kumitir yang masih dalam proses ekskavasi di Kumitir, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (11/3/2021). Lokasi yang sedang dalam proses ekskavasi sejak pekan keempat Februari 2021 oleh tim terpadu Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim ini diyakini merupakan reruntuhan istana Bhre Wengker, salah satu bangsawan Majapahit.
Koordinator Tim Ekskavasi Situs Kumitir sekaligus arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho menyatakan, tahap ketiga kembali bertujuan mengangkat tanah yang menutupi lapisan struktur bata dan lapisan bolder (bongkahan batu-batu andesit). Keberadaan bolder menimbulkan pertanyaan yang belum bisa dijawab. Bolder bisa jadi merupakan bagian dari material letusan gunung api di masa silam yang turut merusak peradaban Majapahit termasuk Situs Kumitir.
Kemungkinan lain, bolder adalah upaya gegabah menutupi penjarahan di masa silam kurun 1950-1960 oleh masyarakat untuk mencari peninggalan berharga dan menyerahkannya kepada pemerintah demi imbalan. ”Penjarahan sudah terjadi di era kolonial dengan inisiatif penjajah yang mengiming-imingi warga dengan imbalan agar terus mencari peninggalan Majapahit. Kebiasaan itu terus terjadi sehingga bolder kemungkinan juga sebagai upaya menutupi jejak penjarahan,” kata Wicaksono.
Meski demikian, temuan signifikan yang tersisa kian menguatkan hipotesis bahwa kompleks reruntuhan di sektor A, B, C merupakan bangunan, tetapi bukan candi. Dugaannya bahwa di sektor itulah pernah berdiri istana Bhre Wengker, bangsawan Majapahit. Dalam pemberitaan sebelumnya, di masa awal Majapahit abad ke-13, penguasa Wengker saat itu adalah kesatria bernama Kudamerta. Lelaki ini, menurut kitab Pararaton, menjadi menantu Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), pendiri Majapahit. Bhre atau Batara Wengker menikahi Rajadewi Maharajasa (Bhre Daha), yang juga adik Tribhuwana Wijayatunggadewi (Bhre Kahuripan), dan mendapat gelar Wijayarajasa.
Dugaannya bahwa di sektor itulah pernah berdiri istana Bhre Wengker, bangsawan Majapahit.
Kesimpulan itu didukung keterangan pada naskah-naskah kuno, yakni Negarakertagama, Pararaton, dan Kidung Wargasari. Keterangan itu dipadukan dengan legenda peta-peta Majapahit era Hindia-Belanda, yakni sketsa rekonstruksi Maclaine Pont, Stutterheim, Pigeaud, dan peta RA Kromodjoyo Adi Negoro 1921.
Selain itu, juga menyelaraskan dengan peta Keletakan Kekunaan Majapahit di Trowulan dan peta Kawasan Cagar Budaya Nasional Trowulan. Naskah dan legenda peta menyebut ada suatu kompleks bangunan di sisi timur Trowulan yang disebut Kumitir (Kumeper versi Pararaton). Kumitir juga disebut sebagai tempat bangunan Pura van Wengker atau Compound of Wengker-Kadiri.
Dalam ekskavasi tahap ketiga, juga terus dicari sudut dari struktur dinding pagar di sisi tenggara. Namun, sisi tenggara telah mengalami kerusakan lebih parah dibandingkan dengan sisi lainnya karena penggalian untuk pembuatan bata di masa silam atau penjarahan yang belum diketahui. Jika diketahui batas-batas kompleksnya, selanjutnya akan ditempuh pembebasan lahan, ekskavasi lanjutan, sampai rekonstruksi atau restorasi sehingga menjadi kompleks yang utuh.
Sisa bangunan diduga kompleks istana singgah pejabat tinggi Kerajaan Majapahit pascaberakhirnya ekskavasi tahap kedua di kawasan Situs Kumitir di Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu (12/9/2020). Situs kumitir seluas 6 hektar pada awalnya diyakini sebagai lokasi pendarmaan Mahisa Cempaka, tetapi dari penggalian terkini ada temuan informasi bahwa situs pendarmaan itu berada dalam kompleks istana petinggi Majapahit yang diduga adalah Bhre Wengker.
Secara terpisah, antropolog ragawi Universitas Airlangga Toetik Kusbardiyati dan tim akan membantu BPCB Jatim dalam mengidentifikasi temuan kerangka manusia. Sementara ini, kerangka utuh yang telah berhasil ditemukan mengungkap jenis kelamin individu dimaksud ialah perempuan yang berusia muda.
”Akan kami teliti untuk mencari tinggi tubuh, bobot, perawakan, usia, dan kematiannya,” kata Toetik, Kepala Museum Etnografi dan Pusat Kajian Kematian Unair itu.